Di Vietnam Kucing Hitam Laris Diburu Untuk Dibantai Kemudian Dikonsumsi Karena Diyakini Sebagai Obat Virus Corona

Afif Khoirul M

Penulis

Salah satu obat yang diyakini oleh orang Vietnam ternyata cukup mengejutkan, karena mereka percaya kucing bisa menjadi obat virus corona.

Intisari-online.com - Hingga saat ini virus corona diketahui belum ada obatnya secara medis.

Berbagai cara dan upaya dilakukan untuk menemukan obat virus corona, termasuk menggunakan obat alternatif lain hingga ramuan tradisional.

Salah satu obat yang diyakini oleh orang Vietnam ternyata cukup mengejutkan, karena mereka percaya kucing bisa menjadi obat virus corona.

Melansir Daily Star pada Kamis (24/4/2020), kucing hitam kini menjadi buruan di Vietnam karena diyakini tubuh mereka bisa menjadi obat virus corona, lapor sebuah badan amal di Vietnam.

Baca Juga: Kisah Saat Bung Karno Berucap 'Hei Wanita yang Pakai Kelom Geulis, Mari Duduk Dekat Saya,' Kontan Para Wanita Berlarian dan Berebut Kursi Mendekatinya

Kelompok No To Dog Meat itu menyelidiki, di negara Asia Tenggara itu mengatakan mereka mengonsumsinya dengan cara tak biasa.

Kucing direbus, kemudian dimasak, lalu diubah menjadi pasta yang diklaim sebagai ramuan penyembuh virus corona.

Dikatakan praktik ini berpusat di sekitar Hanoi, hingga kucing juga dijual secara online.

Pedagang mengatakan, kucing hitam merupakan daftar solusi yang bisa mereka konsumsi sebagai ramuan.

Baca Juga: Hadapi Corona Bila Anda Harus Menjalani Karantina Mandiri, Ini 12 Panduan dari WHO untuk Persiapkan Makanan dan Nutrisi di Rumah, Termasuk Batasi Asupan Garam dan Gula

Sebuah foto menujukkan bahwa bayi juga sudah diberikan campuaran ramuan ini dalam makananya.

Badan aman yang membongkar kekejaman pada hewan itu, menemukan deretan kucing yang mati dijemur setelah disembelih.

Rekaman menyedihkan lainnya adalah, seekor kucing hidup di dalam kantung yang diletakkan di panci masak dengan air mendidih di tuangkan di atasnya.

Julia de Cadenet yang mendirikan badan amal ini, langsung mengkampanyekan perhentian perdagangan satwa liar, termasuk daging anjing dan kucing.

Dia mengatakan, "orang-orang seluruh dunia dapat mengerti ketakutan Covid-19, tetapi kekejaman terhadap hewan yang dilakukan orang-orang Vietnam ini tidak bisa dibiarkan."

"Tidak ada bukti apapun, bahwa makan kucing bisa menyembuhkan dari virus corona, kalaupun ada itu tidak manusiawi ini tingkat kekejaman yang tidak bisa diterima," katanya.

Baca Juga: Minum Segelas Air Putih saat Buka Puasa Memang Baik untuk Kesehatan, Tapi Lebih Baik Air Mineral atau Air Sumur?

"Di China virus muncul dan menyebar ke hewan peliharaan, banyak pihak berwenang menangkap dan membunuh hewan tersebut," jelasnya.

"Pandemi ini seharusnya tidak dijadikan alasan untuk menyakiti hewan-hewan tak berdaya demi mencari perlindungan dari virus corona," tambahnya.

"Obat yang dibuat dengan menggiling kucing, kemudian dimasak menjadi pasta dan diberikan kepada penderita, ini tidak masuk akal aku harap mereka ditangkap," paparnya.

Julia berkali-kali mengatakan pada PBB bahwa daging anjing dan kucing tidak bersih dan bisa menyebabkan krisis kesehatan global.

Dia menambahkan, "Mereka menyadari menyembelih hewan di pasar seperti di China itu tidak sehat, khususnya konsumsi terhadap satwa liar dan spesies yang terancam punah."

Di Vietnam dan wilayah tertentu Indonesia, praktik makan anjing dan kucing dianggap masih sering terjadi.

Baca Juga: Memiliki Kemiripan dengan Virus Corona, Ilmuwan Temukan Penyakit Baru Berasal dari Asia, Penyakit Ini Sudah Menyebar Luas di Jerman

Sementara di Indonesia, pasar Tomohon yang menjual berbagai satwa liar juga sempat mendapat sorotan karena mirip dengan pasar di Wuhan.

Meski tak ada penelitiannya, beberapa pedagang satwa liar justru mempromosikan hewan eksotis sebagai obat untuk virus corona.

Artikel Terkait