Penulis
Intisari-Online.com - Di berbagai negara, kebijakan Lockdown menjadi dilematis, ketika banyak orang menderita karena tak bisa bekerja.
Mencegah penularan virus corona penting, namun di saat bersamaan mereka tetap harus memenuhi berbagai kebutuhan yang bisa dilakukan dengan bekerja.
Tak jarang justru terjadi kelaparan di tengah penerapan lockdown, seperti yang sempat terjadi di India.
Polemik lockdown rupanya bukan hanya terjadi di negara berkembang seperti India, namun juga di negara maju seperti Amerika.
Orang-orang melakukan protes untuk dihentikan lockdown agar mereka bisa kembali bekerja.
Peristiwa tersebut membuat para tenaga medis harus turun tangan menghadapi para demonstran sebelum petugas yang berwenang datang.
Melansir New York Post (19/4/2020), petugas kesehatan pada hari Minggu berhadapan dengan para demonstran yang menyerukan diakhirinya peraturan agar tetap di rumah karena virus corona.
Dua orang pekerja media mengenakan pakaian medis dan masker N95 terlihat menghalangi para demonstran yang berkumpul di State Capitol di Denver.
Baca Juga: Bersepeda Saat Puasa: Kapankah Waktu yang Tepat untuk Bersepeda saat Puasa?
Hal itu terlihat dari foto dan video yang diposting di media sosial.
"Mereka menghalangi jalan sampai pasukan polisi masuk." jurnalis foto, Alyson McClaren, yang memposting foto-foto di Facebook mengatakan kepada The New York Times.
"Orang-orang meletakkan mobil mereka tepat di depan mereka," sambungnya.
Video dari insiden itu memperlihatkan seorang wanita dengan kaos bendera Amerika yang tergantung di luar jendela mobilnya berteriak kepada petugas kesehatan.
"Pergi ke China jika Anda ingin komunisme," katanya , membunyikan klakson keras.
"Kamu bisa pergi kerja kenapa aku tidak bisa pergi kerja?" wanita itu bertanya, merujuk pada penutupan bisnis yang tidak penting di negara bagian.
Meski mendapatkan protes seperti itu, para petugas medis tidak tampak meresponnya.
Tampak dari foto-foto yang ada, para petugas medis hanya diam berdiri di hadapan para demonstran.
Bahkan, ketika demonstran tampak mulai memancing untuk berinteraksi dengan mereka.
Pekerja medis pun hanya menunjukkan gestur menenangkan, tetap diam dan memalingkan wajah berusaha tak terpancing intimidasi.
Beberapa ratus demonstran berbaris di jalan-jalan ke kota dengan kendaraan mereka sambil membunyikan klakson sebelum berkeliling berjalan kaki.
Banyak yang mengibarkan bendera Amerika dan memegang tanda yang bertuliskan:
"Akhiri Virus, Bukan Ekonomi" dan "Kita perlu stabilitas untuk tetap sehat," menurut The Denver Post.
Kelaparan di Tengah Lockdown Covid-19, Seorang Ibu di India Lempar 5 Anaknya ke Sungai Gangga
Melansir Kompas.com, Insiden mengejutkan terjadi di India, di mana seorang ibu melemparkan lima anaknya ke Sungai Gangga karena kelaparan di tengah lockdown Covid-19.
Media lokal Hindustan Times melaporkan, insiden itu terjadi ketika Manju bertengkar dengan suaminya karena meminta uang untuk membeli kebutuhan harian.
Setelah pertengkaran itu, ibu yang tinggal di desa Jahagira, membawa lima anaknya ke tepi Sungai Gangga, dan melemparkan mereka.
Media India memberitakan, Manju dan suaminya terlibat perang mulut karena kelaparan dan kekurangan uang di tengah lockdown virus corona.
Dikutip Gulf News Senin (13/4/2020), kelima anak itu, Shiv Shankar (8), Keshav Prasad (3), Saraswati (6), serta dua anak berusia 10 dan 12 tahun yang tak disebutkan identitasnya diyakini tenggelam.
Sementara si ibu sempat ikut meloncat setelah melempar anaknya.
Tetapi, dia kemudian berubah pikiran dan disebut berenang ke tepi.
Warga lokal yang kebetulan tengah bekerja di lokasi dekat insiden terjadi segera bergegas menyelamatkan mereka, tetapi gagal.
Hakim Distrik (DM), Bhadohi Rajendra Prasad, dan Pengawas Polisi Rambadan Singh segera menuju ke lokasi dan mengerahkan dua tim penyelam untuk menemukan jenazah lima anak itu.
DM kemudian mengonfirmasi, karena bertengkar dengan si suami, Manju kemudian mengambil keputusan untuk membuang anaknya ke Sungai Gangga.
Sejumlah warga lokal menuturkan, kondisi mental Manju disebut tidak fit.
Tetapi keterangan tersebut segera dibantah sang suami.
Dia dilaporkan sempat mengatakan tidak mengerti mengapa istrinya bisa mengambil langkah seekstrem itu.