Advertorial

Berbanding Terbalik, Kasus Corona di AS Tinggi Tapi Bersiap Longgarkan Lockdown, Sementara Kasus di Australia Lebih Rendah Tapi Perpanjang Lockdown hingga Empat Minggu

Tatik Ariyani

Editor

Intisari-Online.com -Jumlah korban meninggal akibat virus corona di Amerika Serikat (AS) telah melampaui 30 ribu orang.

Total kasus di negara ini juga semakin bertambah hingga melampaui 635 ribu kasus.

Data penghitungan terbaru Reuters menyebut lebih dari 30.800 orang meninggal dunia akibat corona di wilayah AS hingga Rabu (15/4) sore waktu setempat.

Meski jumlah kasus semakin banyak, AS disebut akan mengikuti langkah negara-negara Eropa yang mulaimempertimbangkan melonggarkan penguncian atau lokcdown secara bertahap.

Baca Juga: Geger Foto Viral Kuitansi Rp 15 Juta untuk Proses Pemakaman Jenazah ODP Covid-19, Pemerintah Daerah Tegur Rumah Sakit, Keluarga Justru Membela dan Balik Kritik Pemerintah, Ada Apa?

Presiden AS Donald Trump mengatakan dia akan mengumumkan rencana pertama untuk mencabut aturan lockdown di seluruh Amerika Serikat pada Kamis (16/04), setelah negara itu melewati "puncak" pandemi.

Pengumuman ini muncul tak lama sebelum AS dilaporkan memiliki jumlah kematian akibat COVID-19 tertinggi di dunia, bahkan melewati Italia.

Jumlah kematian harian akibat COVID-19 di AS telah mencapai rekor baru dan menjadi yang tertinggi dibandingkan negara mana pun di dunia.

"Jelas bahwa strategi agresif kami berhasil," ujar Trump dalam konferensi pers Rabu (15/04) malam di Washington. "Pertempuran masih berlanjut tetapi data menunjukkan bahwa secara nasional kami telah melewati puncak kasus-kasus baru,” pungkasnya.

Trump mengatakan dia akan mengumumkan pedoman untuk melonggarkan penguncian di beberapa negara bagian, yang kemungkinan mulai berlaku sebelum akhir bulan ini.

Sementara AS berencana melonggarkan lockdown, Australia justru akan melakukan hal yang sebaliknya.

Perdana Menteri Scott Morrison mengatakan, Australia akan mempertahankan pembatasan gerakan publik selama setidaknya empat minggu ke depan.

Baca Juga: Haru, Ditinggal Istrinya, Pria ini Ceritakan Kiprah Perawat yang Jenazahnya Ditolak Warga, 'Dia Perawat yang Gigih, Dirawat pun Masih Dalam Kondisi Bekerja'

Australia menutup perbatasannya dan memberlakukan tindakan jarak sosial yang ketat selama sebulan terakhir.

Meski, langkah-langkah tersebut bisa menggandakan angka pengangguran.

Restoran, bar, dan bisnis tidak penting lainnya harus tutup.

Kemudian, pertemuan publik lebih dari dua orang dilarang, dengan ancaman hukuman denda dan bahkan penjara.

Tingkat harian infeksi baru di Australia telah stabil di angka satu digit, dari sekitar 25% beberapa minggu lalu. Saat ini, kasus virus corona mencapai 6.500 dengan 63 kematian.

Baca Juga: Alami Rasa Sakit di Perut Sebelah Kanan Tidak Parah Tapi Terjadi Terus Menerus, Bisa Jadi Gejala Usus Buntu Kronis

Tapi, Morrison menegaskan, Australia tidak akan melonggarkan pembatasan sosial sampai kapasitas pengujian virus secara nasional meningkat, pelacakan kontak dari kasus semakin luas, dan respons terhadap wabah di masa depan sepenuhnya siap.

"Kami ingin menjadi sangat jelas dengan warga Australia, batasan dasar yang kami miliki saat ini, tidak ada rencana untuk mengubahnya selama empat minggu ke depan," kata Morrison dalam konferensi pers, Kamis (16/4), seperti dikutip Reuters.

Meski begitu, Morrison bilang, Australia sedang merumuskan pelonggaran pembatasan.

Tetapi, ia tidak menyebutkan secara spesifik, mana yang bisa lebih dulu dilonggarkan kelak.

Hanya, dalam beberapa hari terakhir, dia mendorong para pemimpin negara bagian dan teritori untuk membuka kembali sekolah-sekolah.

Morrison mengutip saran medis yang menyebutkan anak-anak membawa risiko rendah menularkan virus corona.

Baca Juga: Hadapi Corona: 16 Makanan Ini Direkomendasikan oleh Ahli Gizi untuk Tingkatkan Sistem Kekebalan Tubuh Melawan Virus Corona, Salah Satunya Ubi Jalar

Artikel Terkait