Find Us On Social Media :

Mengerikan, Ilmuwan Sebut Virus Corona Adalah Satu yang Ciptakan Penyakit Mematikan, Masih Ada Ribuan Virus Lebih Ganas Lagi yang Menunggu

By Maymunah Nasution, Jumat, 10 April 2020 | 16:23 WIB

Penyakit pneumonia disebabkan coronavirus sudah menyebar ke Thailand dan Jepang

Intisari-online.com - Abad 21 telah ada dua wabah penyakit yang disebabkan virus Corona dari hewan ke manusia.

Covid-19 adalah wabah penyakit ketiga yang muncul dari proses mutasi dan menempel di sel manusia.

Ilmu medis sedang melawan dengan peralatan yang sudah ada dan membangun dasar pertahanan baru.

Namun bukti tunjukkan jika ketiga virus ini hanyalah satu dari sepasukan patogen potensial yang jumlahnya ribuan.

Baca Juga: Kisah Moh. Roem yang Selama 4 Tahun 4 Bulan Dijebloskan ke Penjara: Mengapa Saya Tidak Membenci Soekarno Meski Saya Ditahan Tanpa Diadili?

Secara umum ilmuwan ketahui memang ada sangat banyak virus di dunia dan yang dikenal manusia masih sangat sedikit.

Namun kekhawatiran ilmuwan saat ini adalah perilaku manusia baik secara sosial dan ekonomi, telah meningkatkan loncatan virus masuk ke kehidupan manusia.

Para ahli menyebut pandemi ini adalah hasil dari penggundulan hutan besar-besaran dan ekspansi lahan pertanian untuk sediakan makanan dan komoditas lain bagi populasi manusia.

Jika dipikir, populasi manusia memang sangat banyak.

Baca Juga: Inilah 4 Suku Kanibal Terakhir di Dunia, Makan Daging Manusia untuk Ritual dan Juga Sangat Terbatas dari Dunia Luar, Salah Satunya Ada di Indonesia

Jika pada pertengahan 1960 dulu hanya ada sejumlah 3 milyar penduduk, saat ini sudah meningkat mencapai 7.7 milyar penduduk.

Hal itu yang menyebabkan penyakit infeksi muncul dan merebak dengan cepat di populasi manusia, menurut WHO.

Termasuk yaitu tiga virus Corona pembunuh sejauh ini yaitu Sars-CoV, Mers-CoV dan Sars-CoV-2.

Meski datang dari hewan, menurut WHO dari South China Morning Post ketiga penyakit ini adalah hasil dari infrastruktur rumit yang dibangun manusia untuk menjadi saluran transportasi.

Baca Juga: 150 Anggota Kerajaan Saudi Dilaporkan Positif Corona, Raja Salman Mengasingkan Diri di Sebuah Istana Pulau

Pembangunan manusia tapa sadar menyapu virus jauh dari hutan tempatnya biasa hidup, kemudian melompat dari hewan ke manusia.

Dinamakan "tumpahan zoonotik", rupanya seperti ini biasa terjadi.

"Tumpahan ini biasa terjadi, memang alam pasti akan seperti itu, tetapi aktivitas kita yang mengubah hal-hal dasar," ujar ahli epidemiologi hewan Dirk Pfeiffer.

Baca Juga: Bertahun-tahun Biasa Lari 25 Km dengan Beban 20 Kg dalam Latihan Brutal, Pengawal Khusus Kim Jong-un Santai Saja saat Harus Lari Mengawal Limosin 'Keluarga Para Dewa' Itu

"Kita menciptakan kondisi alam yang tidak seimbang, kita semakin merusak hutan dan menjarah kehidupan hewan liar dan patogen yang awalnya bahkan tidak kita ketahui."

"Manusia telah membuat planet menjadi tempat penghasil uang dan tempat hidup paling nyaman, dan dalam melakukannya kita telah sediakan lingkungan yang memungkinkan penularan virus penyebab penyakit," ujarnya.

Seiring dengan meledaknya jumlah penduduk, perkembangan ekonomi dan rantai suplai global tawarkan konsumen untuk memilih di supermarket pilihan potongan daging dari peternakan atau hutan di benua yang berbeda-beda.

Contoh lain, yaitu masuk ke toko untuk membeli ponsel yang komponennya terbuat dari kobalt dari tambang Afrika.

Baca Juga: Seolah Tak Cukup Intervensi Urusan Bangsa Lain, Trump Kini Tandatangani Perintah Eksekutif untuk Menambang Bulan di Tengah Wabah Corona

Anda membeli shampoo di New York yang mengandung kandungan minyak kelapa sawit dari perkebunan kelapa sawit yang mengganti hutan hujan tropis Indonesia.

Era Pandemi

Menyediakan semua komoditas ini bisa dilakukan dengan pembersihan hutan ukuran besar, yang membawa orang-orang berkontak langsung dengan kehidupan liar dan virus yang mereka bawa.

Baca Juga: Banyak Pekerja Terkena PHK Akibat COVID-19, Simak Cara Daftar Kartu Pra Kerja di www.prakerja.go.id, Bisa Pilih Pelatihan di Tokopedia hingga Kemnaker

Era seperti ini disebut oleh ahli ekologi Peter Daszak sebagai era pandemi.

"Kita perlu pikirkan pandemi ini dengan cara yang sama kita pikirkan perubahan iklim.

"Mereka adalah ancaman terbesar kepada kita, tetapi sebenarnya kita dapat mengendalikannya, karena kita adalah penyebab dari keduanya," uar Daszak.

Daszak juga merupakan pimpinan badan peneliti nirlaba New York bernama EcoHealth Alliance.

Baca Juga: Hoaks Angin dari Utara Membawa Wabah Penyakit, Begini Penjelasan Resmi BMKG

Ia telah mengingatkan WHO mengenai penyakit menular seperti Covid-19 ini.

Bahkan sebelum ada pandemi Covid-19, WHO telah menyebut abad 21 sebagai "sejarah panjang momok".

Pasalnya di abad ini ada ledakan penyakit baru seperti penyakit pes yang membunuh 200 orang di Madagaskar tahun 2017.

Selanjutnya wabah penyakit dari virus seperti Sars.

Baca Juga: Hilang Akal, Takut Telah Terinfeksi Virus Corona, Seorang Pria Nekat Tembak Mati Istrinya, Nasib Sang Suami Juga Tak Kalah Memilukan

Tim epidemiologi termasuk Daszak dan George Gao, ketua CDC China dan Dennis Carrol, mantan direktur Biro Amerika untuk Perkembangan Pandemi Internasional, menggunakan model matematika untuk mengestimasi ada sebanyak 1.7 juta virus yang tidak dikenal di hewan.

Model yang sama mengestimasi jika separuh dari sejumlah itu memiliki potensi untuk sebabkan penyakit pada manusia.

Daszak sedang membuat penggalangan dana untuk proyek 1 milyar Dolar Amerika untuk temukan dan mengkatalog virus-virus ini.

Tujuannya untuk membangun kerja lebih cepat dan ciptakan database data gen untuk bisa mempercepat langkah penyembuhan saat patogen seperti Covid-19 muncul lagi.

Baca Juga: Ditemukan 90 Anak Panak hingga 11 Parang, Begini Kronologi Tewasnya 2 Anggota KKB Penembak Karyawan Freeport, Disergap Aparat Saat Bersembunyi di Rumah Kayu

Namun itu hanyalah satu dari strategi bagaimana umat manusia persiapkan yang terbaik untuk melawan pasukan virus.

Ahli lain mengatakan perlu investasi dalam jasa kesehatan masyarakat dan kembangkan inovasi untuk memonitor demam dan pneumonia di suatu populasi yang tidak bisa dijelaskan.

Termasuk di situ gunakan big data untuk lakukan rekaman medis masyarakat, data ponsel dan pola penerbangan masyarakat untuk memprediksi bagaimana wabah akan menyebar.

Tujuannya untuk mengantisipasinya.

Baca Juga: Memang Sudah Tidak Menular, Tetapi Temuan Virus Corona di Air Comberan Warga ini Dikhawatirkan Ilmuwan Sebagai Bukti Betapa Luasnya Penyebaran Virus Tanpa Terdeteksi

Lalu, permasalahan yang dibawa dari pasar hewan Wuhan adalah permasalahan lama: perdagangan hewan bernilai milyaran dollar yang juga sebabkan kondisi ini.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini