Beberapa Saat Sebelum Ajal Menjemput karena Covid-19 yang Diidapnya, Dalam Keadaan Sekarat Perawat Ini Kirimkan Pesan Terakhir yang Memilukan

Khaerunisa

Penulis

Betapa berisikonya profesi tenaga medis saat ini salah satunya ditunjukkan dengan apa yang menimpa seorang perawat ini

Intisari-Online.com - Mengabdi menjadi petugas medis di tengah pandemi Covid-19 merupakan tugas berat bagi siapa saja.

Setiap hari mereka bertaruh nyawa untuk merawat orang-orang yang terinfeksi virus corona.

Risiko sangat nyata ada di hadapan garda terdepan 'perang' melawan Covid-19 ini.

Betapa berisikonya profesi tenaga medis saat ini salah satunya ditunjukkan dengan apa yang menimpa seorang perawat New York City, bernama Kious Jordan Kelly (48).

Baca Juga: Kisah Haru para Perawat di Rumah Sakit di Indonesa, Ada yang Tangani Pasien Hingga Terinfeksi Covid-19, Hingga Perawat yang Awalnya Digaji Rp780 Ribu

Melansir News.com.au (5/4/2020), Perawat Kelly, meninggal karena coronavirus pada hari Selasa, setelah menghabiskan berminggu-minggu merawat pasien COVID-19.

Sebelum perawat Kelly meninggal, ia sempat mengirim pesan terakhir yang memilukan kepada saudara perempuannya, Marya Sherron.

Pesan tersebut bahkan dikirim saat dirinya menggunakan ventilator di unit perawatan intensif.

Seperti apa pesan Kelly untuk saudara tercintanya?

Baca Juga: Dibukanya Kembali Wuhan Setelah 76 Hari Lockdown Jadi Tonggak Sejarah Kemenangan China dalam Hadapi Wabah Covid-19

Kelly menulis:

"Tidak bisa bicara karena saya tersedak dan tidak bisa bernapas. Aku cinta kamu,".

Kelly bekerja sebagai asisten manajer keperawatan di Mount Sinai West Manhattan, di mana rumah sakit tempatnya bekerja kekurangan peralatan pelindung, sehingga memaksa perawat untuk memakai kantong sampah.

Ya, betapa ironis keadaan para petugas medis saat harus berjuang melawan virus berbahaya ini justru tak didukung peralatan pelindung yang memadai.

Seperti diketahui, kekurangan Alat Pelindung Diri (APD) menjadi isu yang memprihatinkan di berbagai tempat. Di Indonesia, hal tersebut pun masih menjadi masalah yang belum juga ditangani secara tuntas.

Baca Juga: Tak Ada Kapoknya, Baru 6 Hari Bebas karena Pencegahan Corona, Pria Ini Nekat Jadi Kurir Ganja

Berminggu-minggu bekerja dengan keadaan yang memprihatinkan seperti itu, Kelly akhirnya tumbang, ia terkena penyakit dan harus kehilangan nyawa.

"Saya benar-benar percaya bahwa dia ini karena kurangnya APD di unitnya dan di rumah sakitnya, tetapi itu di seluruh negara kita," kata Ms Sherron kepada NBC.

Kelly menderita asma yang parah tetapi dinyatakan sehat.

Atas apa yang menimpa saudaranya, kakak Kelly mendesak masyarakat untuk mengakui bahwa petugas kesehatan menempatkan diri mereka dalam risiko untuk melindungi dan merawat masyarakat.

Baca Juga: Kisah Haru Tsukasa Uchida, 'Hibakusha' Atau Penyintas Bom Atom Nagasaki, Tetap Membantu Mendirikan Kotanya Lagi Meski Seluruh Keluarganya Tewas Mengenaskan

Ia juga memperingatkan orang lain bisa mengalami nasib yang sama seperti kakaknya jika rumah sakit tidak melindungi staf mereka.

"Hanya akan ada lebih banyak,"

“Dia bukan satu-satunya penderita asma. Dia bukan satu-satunya dengan kondisi yang akan bekerja setiap hari membantu dan berjuang untuk orang, kata Sherron.

Sherron mengungkapkan kepada NY Post bahwa kondisi saudaranya memburuk dengan cepat.

Baca Juga: 'Uang Bikin Segalanya Mudah', Warganet Iri saat Maia Estianty Bisa Lakukan Rapid Test Corona, Sebenarnya Bagaimana Sih Prosedur Tes Cepat Tersebut?

“Dia memberi tahu orang tua saya bahwa dia positif dan menderita korona.

"Tiga hari kemudian dia mengirimi saya pesan teks dan menceritakan bahwa dia ada di ICU dan menggunakan ventilator dan dia tidak bisa bicara atau dia akan tersedak sehingga kesulitan bernafas. Enam hari kemudian dia meninggal," ungkap Sherron.

Mount Sinai merilis pernyataan setelah kematian perawat itu.

“Kami sangat sedih dengan meninggalnya anggota tercinta staf perawat kami,” bunyi pernyataan itu.

Baca Juga: Bulan Lalu Menangguhkan Umrah Karena Covid-19, Begini Kabar Arab Saudi Sekarang, Ada Larangan Bepergian hingga Perkiraan Infeksi Sampai 200.000 Orang

“Hari ini, kami kehilangan pahlawan lain, kolega yang penuh kasih, teman dan pengasuh tanpa pamrih.

"Keselamatan staf dan pasien kami tidak pernah lebih penting dan kami mengambil setiap tindakan pencegahan yang mungkin untuk melindungi semua orang."

Kematian Mr Kelly terjadi setelah foto-foto muncul dari pekerja rumah sakit yang mengenakan kantong sampah karena kurangnya alat pelindung yang tersedia untuk mereka.

Baca Juga: Ada Obat Baru Lagi yang Ditemukan Ilmuwan Diklaim Bisa Membunuh Virus Corona Hanya Dalam Waktu 2 Hari, Bukan Klorokuin Ataupun Avigan

Namun, Lucia Lee, direktur senior media untuk Sistem Kesehatan Gunung Sinai, membantah klaim bahwa staf bekerja tanpa peralatan yang sesuai.

“Kami selalu memberi semua staf kami APD yang sangat penting yang mereka butuhkan untuk melakukan pekerjaan dengan aman,”

“Jika seorang individu tidak memiliki APD yang sesuai, mereka tidak pergi ke lantai, titik. Setiap saran sebaliknya tidak akurat,"katanya.

Baca Juga: Padahal Jumlah Kasus Corona Sudah Capai 60.500, Tapi Komandan Militer Iran Sebut Trump Lebih Berbahaya dari Virus Corona, Kok Bisa?

Artikel Terkait