Find Us On Social Media :

Kabar Baik, Meski Jumlah Pasien Covid-19 Terus Bertambah, Dokter Menyebut Penyakit ini Akan 'Hilang' di Akhir April, Ini Penjelasan Lengkapnya

By Maymunah Nasution, Minggu, 5 April 2020 | 09:57 WIB

Zhong Nanshan, spesialis pernafasan China

Intisari-online.com - Sejak distatuskan sebagai pandemi, wabah Covid-19 sampai saat ini sudah menyerang 181 negara.

Lebih dari 1 juta jiwa terserang virus Corona baru ini.

Melihat berita setiap hari, mungkin Anda sedikit putus asa dengan jumlah pasien dan kematian yang terus bertambah.

Jangan bersedih, ada harapan bahwa penyakit ini akan menghilang pada akhir April.

Baca Juga: Sempat Digadang-gadang Jadi Alat Pembunuh Virus Corona, Kini Kemenkes RI Edarkan Larangan Penggunaan Bilik Disinfektan

Jika begitu, apakah virus Corona pembawa Covid-19 akan menghilang juga pada waktu tersebut?

Mengutip South China Morning Post, seorang dokter spesialis ahli paru dan pernapasan di China menyebutkan jika pandemi ini dapat tertangani dengan baik pada akhir bulan April ini.

Zhong Nanshan, pimpinan tim dokter China yang memberi saran pemerintah dalam menangani wabah Corona, menyebutkan melihat yang dilakukan masing-masing negara dalam menanggulangi bencana ini sudah berani jika menyebut pandemi akan berakhir pada akhir April.

Namun masih belum jelas apakah ada virus Corona lain yang merebak pada musim semi ini.

Baca Juga: Diberi Bantuan Rusia, Italia Justru Marah Besar Setelah Mendapati Hal Ini, Mereka Juga Menuduh Rusia Mengirim Mata-mata Sebagai Dokter

"Setelah akhir April, tidak ada yang tahu jika masih adakah wabah virus lagi saat masuk ke musim semi.

"Kita juga belum tahu apakah virus itu akan menghilang dengan cuaca yang lebih hangat, meskipun aktivitas virus itu akan menghilang di suhu panas," ujarnya yakin.

Zhong sendiri tidak menyebutkan bagaimana ia mendapatkan hasil ramalannya.

Meski begitu, ahli lain memberikan hasil estimasi waktu yang sama dengan melihat perkembangan terkini di Amerika Serikat dan Eropa.

Baca Juga: Demi Pecahkan Misteri Virus Corona, China Akhirnya Ungkap Teka-teki Pasien Nol Namun Belum Mengungkap Identitasnya, Ini Data-data yang Bocor Ke Publik

Kedua tempat tersebut kini menjadi titik pusat krisis wabah Covid-19.

Pimpinan program gawat darurat WHO, Mike Ryan, mengatakan minggu ini ada tanda jika wabah ini mulai mereda.

Hal ini ia lihat dari kinerja lockdown yang diterapkan oleh negara-negara di Eropa.

Sementara di Amerika, Institut Pengukuran dan Evaluasi Kesehatan di Universitas Washington mengatakan jika rumah sakit akan menghadapi puncak Covid-19 pada 20 April.

Baca Juga: 'Kami Tidak Dilindungi Sama Sekali!' Curahan Hati Para Perawat Covid-19 yang Menggetarkan Hati ini Gambarkan Bagaimana Sulitnya Perjuangan Mereka di Garda Terdepan

Amerika Serikat saat ini menyandang negara dengan jumlah pasien Covid-19 tertinggi di dunia, mencapai 215 ribu pasien.

Eropa, sementara itu dilaporkan dari Badan Pencegahan Bencana Eropa, terdapat lebih dari 421 ribu kasus Covid-19 di Uni Eropa dan Inggris.

Dari jumlah itu, Italia dan Spanyol mendominasi separuh dari semuanya.

Oleh sebab itu, Zhong mendesak pemerintah di semua negara harus bekerjasama untuk melawan pandemi.

Baca Juga: Menilik Akhir 5 Wabah Terparah di Dunia, Cacar yang Muncul Tahun 1600-an Jadi yang Pertama Diatasi Menggunakan Vaksin, Lalu Bagaimana Wabah pada Masa-masa Sebelumnya?

"Semua negara, termasuk Amerika, telah adopsi cara penanggulangan yang agresif dan efektif...serta cara paling primitif sekaligus paling efektif adalah membuat semua orang tetap di rumah," ujarnya.

Penelitian oleh Imperial College London yang dirilis minggu ini mengestimasi jika 11 negara Eropa yang telah terapkan cara social distancing telah membantu mengurangi penyebaran virus Corona dan mencegah 59 ribu kematian.

Ancaman Gelombang Infeksi Kedua di China

China saat ini menghadapi risiko pasien pembawa virus Corona yang tidak menunjukkan gejala apapun.

Baca Juga: Peduli Tubuhmu Ini Tanda Tubuh Kekurangan Oksigen, Termasuk Sesak Napas dan Sakit Kepala

Zhong tapi yakin jika prosedur monitoring dan penanggulangan yang dilakukan negaranya sudah cukup untuk mencegah gelombang infeksi kedua.

Ia yakin sebab petugas medis telah lakukan uji antibodi dan uji swab kepada orang-orang yang telah mengkarantina diri selama 14 hari.

Hal tersebut membantu mereka untuk lebih mudah mengenali pembawa virus Corona.

Pada Rabu (1/4/2020) kemarin, Komisi Kesehatan China menyebut 1075 pembawa virus tanpa gejala sedang dalam pengamatan medis.

Baca Juga: Hadapi Corona: Ini 8 Cara untuk Tingkatkan Sistem Kekebalan Tubuh Perangi Virus Corona, Salah Satunya Berhenti Merokok

Sementara masih ada 1.863 kasus pasien positif Covid-19 yang dirawat di rumah sakit, dan 701 kasus tersebut adalah kasus impor.

Ancaman Menjadi Pembawa Virus Corona

Bulan lalu, ada penelitian dari Rumah Sakit Hong Kong yang temukan mereka yang telah sembuh dari Covid-19 alami penurunan fungsi paru-paru mencapai 20-30 persen.

Mereka juga alami masalah seperti napas pendek saat berjalan cepat.

Baca Juga: Hadapi Corona: Ini 8 Cara untuk Tingkatkan Sistem Kekebalan Tubuh Perangi Virus Corona, Salah Satunya Berhenti Merokok

Namun Zhong menyebut berdasarkan pengamatannya terhadap pasien Covid-19 dan mereka yang memiliki penyakit yang sama seperti Sars, kerusakan paru-paru itu tidak terjadi dalam waktu yang lama.

Banyak dari mereka yang juga menjadi prima lagi dalam waktu enam hingga 12 bulan.

Sars telah menginfeksi 8.096 jiwa dan membunuh 774 manusia, sebagian besar di China daratan dan Hong Kong.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini