Find Us On Social Media :

Terserang Sakit Perut Gara-Gara Masakan Manado Saat Operasi Trikora, Pasukan TNI AL Ini Terpaksa Membawa Koki dari Jawa

By Agustinus Winardi, Senin, 23 April 2018 | 18:15 WIB

Bagi Amin Singgih yang sekali lagi mendapat tugas untuk membuka pangkalan baru, ia tahu betul apa saja yang harus dilakukan.

Tantangan di Mapanget memang tidak seberat Liang, tapi tetap saja harus memanfaatkan lingkungan sekitar.

Misalnya, untuk kebutuhan air minum menggunakan air sungai yang jernih sehingga bisa dimanfaatkan juga untuk mandi.

Ketika para kru darat dan awak udara mulai menetap di Mapanget, muncul masalah baru karena baik kru darat maupun udara kebanyakan dari Jawa.

Mereka tidak bisa menyantap makanan yang dimasak koki Manado karena dirasa terlalu pedas.

Untuk mengatasi masalah itu koki Jawa pun didatangkan sehingga semua personel yang berada di Mapanget tidak lagi mengalami sakit perut dan susah makan tapi selalu dalam kondisi siap tempur.

Baca juga: Ketika Tommy Soeharto yang Waktu Itu Masih Lajang Memberi Wejangan tentang Perkawinan dan Balapan

Mereka masih memiliki tugas untuk melindungi Armada Angkatan Tugas Amfibi yang masih bersiaga di Teluk Peleng hingga Irian Barat diserahkan oleh Belanda kepada Indonesia.

Ketika Irian Barat akhirnya benar-benar kembali ke pangkuan RI, pesawat-pesawat Gannet kembali ditarik ke Liang.

Tapi ada satu pesawat Gannet yang karena alasan teknis terpaksa ditinggal di Mapanget dan satu lagi diterbangkan ke Surabaya untuk perawatan besar.

Untuk mengambil Gannet yang ditinggalkan dan telah menjalani perbaikan, dikirim satu pesawat Gannet dengan dua awak dan teknisi yang berangkat dari Liang pada 23 Agustus 1962.

Pada malam harinya dua pesawat Gannet terbang dari Mapanget menuju Liang sekaligus melaksanakan latihan terbang malam.

Tapi hanya satu pesawat Gannet, yang dipiloti Kapten Amin Singgih, yang berhasil mendarat di Liang.

Satu pesawat Gannet lainnya yang dipiloti Kapten A. Boediarto dan Letnan Bachtiar Jahya tak pernah mendarat di Liang dan kemudian dinyatakan hilang.

Usaha pencarian besar-besaran pun dilaksanakan. Namun hingga awak dan pesawat Skadron 100 ditarik kembali ke Pualam, Surabaya, pesawat Gannet yang mengalami nasib nahas belum ditemukan.

Sekitar satu tahun kemudian, kerangka pesawat beserta awaknya ditemukan oleh pencari damar di salah satu lereng gunung di pulau Ambon.

Evakuasi untuk mengangkat jenasah kedua awak kemudian dilakukan dan keduanya pun dimakamkan sebagai pahlawan yang gugur di medan tugas.