Find Us On Social Media :

Terserang Sakit Perut Gara-Gara Masakan Manado Saat Operasi Trikora, Pasukan TNI AL Ini Terpaksa Membawa Koki dari Jawa

By Agustinus Winardi, Senin, 23 April 2018 | 18:15 WIB

Baca juga: Hutomo ‘Tommy’ Mandala, Lahir saat Soeharto Jadi Panglima Mandala dalam Operasi Pembebasan Irian Barat

Puas dengan bangunan gubuk yang tegak lagi dan tampak gagah, yang kemudian digunakan sebagai kantor, para pekerja yang bergembira kemudian menamainya gedung putih (White House).

Peralatan standar, seperti balai-balai, meja dan kursi, dibuat sederhana dari bahan-bahan yang ada di sekitarnya.

Untuk kebutuhan air bersih, dialirkan air dari lereng pegunungan menggunakan pipa-pipa batang bambu.

Setelah bekerja keras dengan peralatan sederhana dan bahan-bahan yang juga sederhana, dan kondisi pangkalan Liang siap didarati Gannet, Kapten Singgih pun kembali ke Surabaya untuk mengambil Gannet yang nantinya akan diterbangkannya sendiri.

Dua pesawat Gannet yang diterbangkan ke Liang, selain dipiloti oleh Kapten Singgih juga diterbangkan rekan sejawatnya yang masih perwira remaja tapi berpengalaman, Letnan TDV Situmeang.

Baca juga: Saat Pembebasan Irian Barat, Amerika Ternyata Sempat Melarang Indonesia Menggunakan Pesawat Hercules

Setelah pesawat Gannet mendarat selamat dan berpangkalan tetap di Liang, logistik dan perlengkapan lainnya menyusul tiba diangkut kapal LST.

Hingga kondisi siap operasi untuk melaksanakan misi tempur, terdapat enam Gannet yang bersiaga di Liang.

Dalam kondisi siap tempur pada H-5, diterima berita bahwa Operasi Jayawijaya ditunda sehubungan adanya perundingan untuk menyelesaikan masalah Irian Barat di PBB, New York.

Ketika berita bahwa masalah Irian Barat bisa diselesaikan secara damai, kekuatan Gannet pun harus ditarik dari garis depan.

Sesuai dengan perkembangan situasi yang makin melunak, pesawat-pesawat Gannet pun dipindahkan lagi penempatannya ke Mapanget, Manado atau sekarang dikenal sebagai Bandara Sam Ratulangi.