Find Us On Social Media :

Rakyat Korut-Korsel Senang Kim Jong Un Akan Hentikan Program Nuklir, Tapi Jepang dan AS Malah Ketar-Ketir

By Agustinus Winardi, Minggu, 22 April 2018 | 15:45 WIB

Maka bisa dipastikan dalam pertemuan antara Kim Jong Un dan Presiden Korsel, Moon Jae-in yang akan digelar dalam waktu dekat, lalu disusul pertemuan Kim Jong Un dengan Presiden Donald Trump, untuk membicarakan penghentian program nuklir, Korut bisa dipastikan akan meminta kompensasi.

Baca juga: Kim Jong Un Janjikan Penghentian Program dan Uji Coba Nuklir, Donald Trump Senang Tapi Tetap Belum Percaya

Korut yang meminta konpensasi berupa uang dan bantuan pangan dari AS dan Korsel dalam jumlah besar demi mau menghentikan program nuklirnya, lalu disetujui, pernah terjadi pada tahun 2012.

Tapi hanya beberapa bulan atas konpensasi dan kesepakatn itu, Korut telah melakukan uji peluncuran roket hingga ke orbit, yang kemudian menjadi cikal-bakal pembuatan rudal balistik.

Berdasar pengalaman itu, maka Presiden Moon Jae-in, oleh para pengamat politik Korut di Korsel telah diperingatkan untuk berhat-hati ketika berunding dengan Kim Jong Un agar tidak ‘tertipu’ oleh janji-janji manisnya.

Pemerintah Jepang sendiri , melalui PM Shinzo Abe, juga memberikan peringatan kepada Korsel agar tidak langsung percaya kepada janji-janji Kim Jong Un.

Baca juga: 'Tombol Nuklir Siapa yang Jauh Lebih Besar' Berbuntut Panjang, Pihak Korea Utara Lempar Serangan Memalukan untuk Donald Trump

Pasalnya, Korut masih saja mengembangkan program produksi rudal balistik jarak menengah yang jika diluncurkan bisa mencapai daratan Jepang.

Jepang bahkan juga memperingatkan Presiden Trump agar tidak terlalu optimis dengan janji-janji manis Kim Jong Un karena bisa-bisa hanya merupakan jebakan belaka.

Tidak hanya politikus Jepang yang memberi masukan ke Gedung Putih agar berhati-hati dengan sikap manis Korut, karena para politikus dan pengamat Korut di AS juga ramai-ramai memberikan masukan kepada Presiden Trump.

Para pengamat Korut di AS menekankan jika Korut mau menghentikan program nuklir, Kim Jong Un (Korut) harus mau bergabung lagi dengan negara-negara yang sudah menandatangani penghentian program nuklir (Non Proliferation Treaty/NPT) bukan hanya dengan omongan saja.

Janji-janji manis penghentian program nuklir Kim Jong Un memang patut diragukan karena sejak tahun 2003, Korut telah keluar dari organisasi negara-negara pendukung NPT.

Presiden Trump sendiri yang pada tahun 2017 pernah melontarkan kekesalan bahwa ‘dialog dengan Korut tak ada gunanya dan satu-satunya solusi hanya perang’ rupanya tetap sangat waspada dan ketar-ketir terhadap Korut.

Presiden Trump yang masih kebingungan untuk mencari tempat bagi pertemuan bersejarahnya dengan Kim Jong Un bahkan sudah menjamin, bahwa tanpa bukti nyata, seperti kembali menjadi negara pendukung NPT, Korut tidak akan mendapatkan apa-apa.

Atau dengan kata lain, berdasarkan pengalaman sejarah perundingan damai antara Korut-AS seperti pada tahun 2012, Presiden Trump yang juga seorang pebisnis ulung rupanya sudah kapok untuk dipalak dan dikibuli Korut lagi.

"Jika Kim Jong Un sampai ngomong yang tidak menyenangkan. Saya akan tinggalkan dia dari pertemuan (walk away from summit)," komentar Presiden Trump seperti dikutip olen cnn.com (20/4/2018).