Intisari-Online.com -- Bukannya mereda, tensi di Semenanjung Korea semakin hari semakin memanas. Soal kisruh ini, Korea Utara memang terlihat lebih agresif dibanding saudara tuanya itu.
Selain tindakan provokasinya, Korea Utara ditakuti karena kemampuannya mengembangkan persenjataan balistik antar-benua yang bisa mengangkut hulu ledak nuklir.
(Baca juga: Gara-gara Donald Trump Perang Korea yang Terlupakan Jadi Diingat Banyak Orang)
Banyak kalangan yakin Korea Utara, di tengah tekanan sanksi internasional dan keterbatasan lainnya, mampu mengembangkan rudal yang bisa mencapai sasaran nun jauh dari negeri itu.
Tapi harus diingat, alat tempur Korea Utara bukan hanya rudal-rudal balistik. Negeri komunis ini masih punya senjata konvensional yang secara teori mampu menghantam ibu kota Korea Selatan, Seoul.
Salah satunya adalah meriam raksasa Koksan yang diklaim pelurunya bisa menghantam Seoul jika ditembakkan dari perbatasan kedua negara.
Meriam berkaliber 170 milimeter itu bisa mengenai target dalam jarak 60 kilometer. Artinya, kota Seoul yang hanya berjarak 56 kilometer dari perbatasan masuk ke dalam jarak tembak meriam raksasa ini.
Meriam Koksan memang bukan barang baru karena merupakan buatan paruh pertama abad ke-20. Meriam jenis ini bahkan sudah tak dipakai banyak negara ketika teknologi persenjataan maju pesat sejak 1950-an.
Meski demikian, Korea Utara masih menyimpan dan mengandalkan meriam-meriam raksasa ini yang asal muasal namanya masih menjadi misteri.
Koksan diyakini bukan nama asli senjata itu. Nama itu diberikan sesuai dengan nama daerah tempat pertama kali senjata itu terlihat intelijen Barat pada 1978.
(Baca juga: Berkaca dari Pengalaman Perang Teluk, AS Sepertinya akan Mengandalkan Serangan Udara Jika Benar Menyerang Korut)
Sebagian besar persenjataan Korea Utara di masa itu diperoleh dari Uni Soviet, tetapi Negeri Beruang Merah tak pernah mengembangkan meriam dengan kaliber 170 milimeter.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR