Find Us On Social Media :

Tanpa Tindakan Tegas Pemerintah, Fasilitas Kesehatan Harus Siap Tampung 2,5 Juta Pasien Covid-19, Skenario Terburuk yang Mustahil Bisa Ditangani dengan Baik

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 31 Maret 2020 | 08:10 WIB

(Ilustrasi) Virus corona

Intisari-Online.com – Wabah virus corona yang melanda dunia dimulai dari Wuhan, China, pun melanda Indonesia.

Kenyataannya kasus penderita Covid-19 ini semakin hari semakin bertambah.

Tidak hanya di dunia, bahkan data kasus pasien positif terinfeksi virus corona di Indonesia pun semakin hari semakin meningkat.

Sampai kapan wabah ini akan berakhir?

Baca Juga: Intelijen AS Sebut Penyebaran Virus Corona di China, Korut dan Rusia Sulit Dipetakan

Menurut data Worldmeters Senin (30/3/2020) pukul 15.31 WIB, jumlah pasien Covid-19 yang terkonfirmasi di seluruh dunia ada 724.565 kasus.

Juru bicara pemerintah Indonesia untuk penanganan virus corona Achmad Yurianto mengatakan, terdapat 1.414 kasus Covid-19 hingga Senin siang pukul 12.00 WIB.

Dari total kasus tersebut, jumlah kematian mencapai 122 kasus, dan 75 pasien dinyatakan sembuh.

Jika tidak ada intervensi dari pemerintah pusat, diprediksi jumlah korban corona terus meningkat dan mencapai jutaan pada pertengahan Mei.

Baca Juga: Diserang Virus Corona, Begini Kerja Sistem Imum demi Melindungi Tubuh Kita dari Penyakit yang Menyerang Tersebut

Di mana hampir 2,5 juta kasus memerlukan perawatan intensif di rumah sakit.

Itu merupakan skenario terburuk dari pemodelan penyebaran Covid-19 di Indonesia, yang dibuat oleh tim Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indoensia (FKM UI) yang ditujukan kepada Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).

Covid-19 Modelling Scenarios Indonesia Pandu Riono, Iwan Ariawan, Muhammad N. Farid, dan Hafizah Jusril merupakan ahli yang menyusun draf skenario pemodelan penyebaran Covid-19 di Indonesia atau Covid-19 Modelling Scenarios Indonesia.

Mereka membuat pemodelan penyebaran Covid-19 dengan empat skenario.

Perhitungan simulasi berdasar data sejak sebelum kasus pertama corona di Indonesia diumumkan.

"Jauh sebelum kasus pertama diumumkan, sejak awal Februari, kita prediksi bahwa sudah ada orang yang terinfeksi," kata Pandu Riono, pakar epidemiologi Universitas Indonesia kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Senin (30/3/2020).

Ini berdasar data yang diperoleh dari rumah sakit di Indonesia bahwa sejak pekan pertama Februari ada peningkatan jumlah pasien pneumonia atau yang memiliki gejala mirip Covid-19, yakni demam, batuk, dan sesak napas.

Dia menjelaskan, tiap satu kasus positif Covid-19, dapat menginfeksi setidaknya dua orang lainnya.

Dari pemodelan yang dilakukan, tampak bahwa grafik kasus penyebaran Covid-19 di Indonesia berpotensi meroket tajam jika tidak ada intervensi tinggi atau tegas dari pemerintah.

Baca Juga: Awas, 3 Hal Ini Bisa Jadi Sumber Penularan Virus Corona, Salah Satunya Uang Cash!

Hal tersebut ditandai dengan garis merah putus-putus pada grafik di bawah ini.

Tanpa intervensi, jumlah total pasien Covid-19 yang harus mendapat perawatan intensif di hari ke 70 atau sekitar pertengahan Mei adalah hampir 2,5 juta pasien. Ini merupakan skenario terburuk.

"Mendekati 2,5 juta pasien pada hari ke-70, itu adalah prediksi kumulatif. Pada saat itu (hari ke-70), kita duga 50 persen penduduk sudah terinfeksi. Jadi pada (model) ini adalah kasus yang butuh perawatan di rumah sakit, 2,5 juta yang terinfeksi dan butuh perawatan," jelas Pandu.

Diberitakan Kompas.id dengan intervensi seperti saat ini, yaitu masih berupa imbauan untuk menjaga jarak sosial dan membatasi kerumunan massal dengan cakupan rendah, masih bisa terjadi 1,8 juta orang yang harus dirawat.

Sementara intervensi moderat melalui tes massal dengan cakupan rendah dan mengharuskan jaga jarak sosial dengan penutupan seluruh kegiatan sekolah dan bisnis, maka orang yang butuh dirawat karena Covid-19 mencapai 1,2 juta orang.

Dengan intervensi tertinggi, yaitu karantina wilayah untuk membatasi pergerakan dan dengan tes massal skala luas, maka orang yang butuh perawatan intensif mencapai 600.000 orang.

"Kalau kita mau kurvanya yang warna biru, intervensinya harus high. Jadi harus benar-benar ada regulasi, social distancing. Nah social distancing bukan hanya himbauan saja, tapi harus wajib dilakukan," tegas Pandu kepada Kompas.com.

Pandu mengingatkan, perhitungan simulasi itu bukanlah menunjukkan prediksi infeksi Covid-19 di Indonesia.

Perlu digarisbawahi, angka-angka pada grafik di atas menunjukkan jumlah pasien yang harus mendapat perawatan intensif di rumah sakit.

Baca Juga: Masih Berusia 16 Tahun dan Hanya Alami Gejala Batuk, Gadis Ini Menjadi Salah Satu Pasien Termuda yang Tewas Akibat Virus Corona

Siapa saja yang membutuhkan perawatan intensif?

Dipaparkan oleh Pandu dalam infografik di bawah ini, yang membutuhkan perawatan rumah sakit adalah pasien dengan pneumonia, pasien yang membutuhkan perawatan ICU, dan pasien yang berisiko besar meninggal dunia.

"Yang lain ringan, 97 persen (kasus Covid-19) itu ringan. Jadi yang termasuk kasus ringan, enggak usah di rumah sakit, isolasi sendiri di rumah. Kasian rumah sakit, kalau semua ngumpul di Rumah Sakit jadi over-capasity," katanya.

Dapat dilihat dalam grafik di bawah ini, jika tanpa intervensi, ada lebih dari 200.000 kasus Covid-19 yang memerlukan perawatan intensif di rumah sakit pada hari ke-70.

Dari empat skenario di atas, jika tanpa intervensi, angka kematian bisa mencapai 240.244 orang, dengan intervensi rendah 144.266 orang, intervensi moderat 47.984 orang, dan intervensi tertinggi 11.898 orang. (Gloria Setyvani Putri) Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Skenario Terburuk Corona di Indonesia: Hampir 2,5 Juta Orang Perlu Perawatan Intensif"

Baca Juga: Takut Terinfeksi Virus Corona, Keluarga Ini Memilih Tinggal di Atas Pohon Untuk Menjaga Jarak Aman, 'Kami Merasa Baik-baik Saja di Sini'