Advertorial
Intisari-online.com - Selama ini menurut kabar yang beredar, virus corona bisa membunuh orang dalam kondisi tertentu.
Misalnya, orang tua lebih rentan terinfeksi dan bisa berakhir fatal jika memiliki riwayat penyakit kronis, atau masih memiliki kesehatan kronis.
Namun, tampaknya hal itu mulai terbantahkan dengan beberapa kasus yang baru-baru ini terjadi.
Kemarin pada Minggu (29/3) di Amerika dilaporkan seorang bayi meninggal dunia disebabkan oleh virus corona.
Kemudian, laporan terbaru pada Senin (30/3/20) lagi-lagi ada seorang pasien muda yang dilapokan meninggal duni akibat virus corona.
Diwartakan oleh Asia One, pemuda berusia 16 tahun bernama Julie asal Prancis dinyatakan meninggal setelah terinfeksi virus corona pada Rabu (25/3).
Ia menjadi korban Covid-19 termuda di Prancis, kabar itu sekaligus mengguncang negara yang kini sedang dilanda krisis kesehatan.
"Kita tidak pernah tahu mengapa," kata ibunya, Sabine Kamis malam setelah direktur kesehata nasional Prancis memberikan kabar itu.
Baca Juga: Vaksin Covid-19 Dikabarkan Sudah Jadi, Lantas Kapan Siap Edar?
Bagi sebagian besar orang kematian, siswa sekolah menengah itu memperingatkan para ahli bahwa virus ini bukan hanya ancaman bagi para lansia melainkan semua umur.
"Awalnya dia hanya menderita batuk, mugkin dialaminya karena kebetulan musim dingin," kata Sabine.
Karena merasa wajar, dia hanya memberinya obat batuk sirup, dan perawatan inhalasi uap.
Namun, pada Sabtu minggu lalu (21/3), Julie mulai merasakan sesak di paru-parunya, namun ibunya menganggapnya hal wajar.
"Bukan masalah besar, dia hanya kesulitan bernapas normal pada saat itu," kenang ibunya.
Namun, kondisinya tak kunjung membaik, jadi ibunya membawanya ke dokter.
Dia didiagnosis gangguan pernapasan, dokter memanggil ambulans namun karena tidak ada pemadam kebakaran justru yang datang.
Kemudian dia ditutup dengan baju pelindung dan masker oksigen dan membawanya ke rumah sakit besar di Longjumeau di departemen Essone, selatan Paris.
Dia melakukan scan paru-paru, dan diuji positif Covid-19, sambil menunggu hasilnya Sabine pulang kemudian menelpon rumah sakit untuk menerima kabar.
Mereka mengatakan pemindaian menunjukkan beberapa kemacetan pada paru-parunya, tetapi tidak ada yang serius.
Malam, itu Julie lagi-lagi harus berjuang bernapas, dan dia harus dipindahkan ke rumah sakit lain.
Pada Selasa (24/3) dia dirawat dengan perawatan intensif ketika Sabine berkunjung, dia mendapati putrinya cemas dan kelelahan serta mengeluh hatinya sakit.
Karena sudah larut Sabine memutuskan pulang, beberapa jam kemudian rumah sakit kembali menelpon keluarga Julie dan mengatakan kondisinya semakin memburuk.
"Kita tidak bisa mempercayainya, pasti ada yang salah dengan hasilnya," Sabine mengatakan dengan cemas.
Bagi kakak perempuan Julie diagnosis itu sangat mengejutkan.
"Sejak awal kami diberi tahu bahwa virus itu sedikit menyerang anak muda, kami meyakini hal itu," katanya.
Kulitnya masih hangat, tak lama setelah itu rumah sakit yang menelponnya mengatakan menyuruhnya datang dengan cepat.
Sabine bergegas dengan cepat, tetapi Julie sudah meninggal.
Hanya ada sedikit waktu untuk berkabung, ini adalah kali terakhir Sabine mengenang putrinya, dia harus dimakamkan segera dan semua barang-barangnya harus dimusnahkan.
"Mengerikan, karena aku dan putriku kita seharusnya memiliki kehidupan normal," kenang Sabine.