Penulis
Intisari-Online.com - Kabar duka datang dari keluarga Presiden Joko Widodo.
Ibunda Joko Widodo, Sujiatmi Notomihardjo, meninggal dunia, hari ini, Rabu (25/3/2020).
Melansir Tribunnews.com, hal tersebut terungkap melalui pesan WhatApp yang beredar.
Pesan tersebut berisi berita duka sebagai berikut:
Baca Juga: BREAKING NEWS: Ibunda Presiden Jokowi Meninggal Dunia
"Innallilahi wa Innailaihi rojiun
Eyang Notomiharjo, Ibunda Bapak Presiden wafat di Solo 16.45 tadi.
Mohon doanya, semoga almarhum husnul khotimah, bunyi pesan di WhatsApp,".
Selain itu, kabar ini juga dibenarkan oleh Wamendes Budi Arie Setiadi, "iya benar ibunda bapak presiden meningga dunia sore ini."
Sujiatmi, sosok peremuan yang sangat berperan bagi Presiden Joko Widodo kini telah tiada.
Mengenang sosoknya, Sujiatmi memang salah satu perempuan hebat yang selalu ada di belakang Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo.
Dialah wanita yang selalu ada untuk Jokowi dan yang selalu menguatkan hati pria asal Solo tersebut saat terjatuh.
Salah satunya bisa dilihat dari kisah masa kecil Jokowi yang dikutip dari buku berjudul "Saya Sujiatmi, Ibunda Jokowi" karya Kristin Samah & Fransisca Ria Susanti (2014).
Semasa belajar di SDN 111 Tirtoyoso, Solo Jokowi mengaku jarang belajar. Namun, dia sering juara kelas.
Kepintarannya semasa di bangku SD itu akhirnya mengantarkannya masuk ke SMPN 1 Surakarta, SMP terfavorit di kota Solo pada 1974.
Laiknya murid-murid SMPN 1 lainnya, cita-cita Jokowi adalah lulus dan meneruskan ke SMAN 1 Surakarta, sekolah terfavorit untuk kategori SMA di Solo.
Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih. Jokowi yang pintar itu tidak lolos seleksi. Dia diterima di SMAN 6 (dulu bernama Sekolah Menengah Persiapan Pembangunan).
Semangat Jokowi kontan luruh. Dia malu dan kecewa mengingat kala itu SMAN 6 baru berdiri, belum teruji kualitasnya. Jokowi masuk sebagai angkatan pertama, membuat keadaannya semakin tak karuan.
Jokowi mogok makan dan mengurung diri di kamar saking sedihnya.
Jikapun berangkat sekolah, dia hanya 'sekadar' berangkat dan lebih sering membolos.
Dia kerap pula jatuh sakit dan nyaris satu tahun dalam kondisi seperti itu. Bahkan Jokowi pernah tak masuk sekolah dua bulan karena tipus.
Dokter berkata kepada Sujiatmi bahwa anaknya tersebut tak semata fisiknya yang sakit tapi juga hatinya.
Maka satu-satunya jalan bagi Sujiatmi adalah berjuang menempatkan diri sebagai teman untuk jiwa yang patah tersebut.
Dia tak mengintervensi ataupun memaksakan kehendaknya kepada sang anak. Sujiatmi membebebaskan Jokowi untuk melakukan apa pun sembari setia mendampinginya.
Saat Jokowi mulai sembuh dan masuk sekolah lagi, Sujiatmi mengantar sendiri anaknya tersebut ke sekolah dengan motor.
Sujiatmi mengemudi di depan, Jokowi membonceng di belakang.
"Teman-temannya suko mengolok-oloknya setiap saya menjempunya. Mereka bilang, 'Kae kowe dipethuk mbakyumu' (itu kamu dijemput kakak perempuanmu)," kata Sujiatmi menirukan olokan teman-teman Jokowi.
Olokan tersebut bikin telinga Jokowi memerah tapi dirinya tak bisa berkutik.
Untunglah, suasana patah hati tersebut mulai menghilang saat Jokowi menginjak kelas 2.
Menurut Sujiatmi, menginjak kelas 2 Jokowi mulai giat belajar dan lupa terhadap kekecewaannya.
Hasilnya dia kerap juara kelas. Bahkan saat kelulusan, Jokowi keluar sebagai juara umum sekolah.
Kasih seorang ibu memang luar biasa. Begitupula cinta dan pengorbanan Sujiatmi, untuk anak kinasihnya, Jokowi. (Yoyok Prima Maulana)