Find Us On Social Media :

Selalu Merasa Tak Aman, Saddam Hussein Tak Pernah Tidur di Istananya

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 19 April 2018 | 16:30 WIB

Intisari-Online.com – Walau sangat berkuasa dan menjadi penguasa tunggal, menurut Mark Bowden dalam tulisannya Tales of the Tyrant, Saddam tetap merasa tidak aman. Ia tidak pernah tidur di istananya, yang konon jumlahnya sekitar 28 buah.

Ia selalu tidur berpindah-pindah di tempat rahasia. Setiap hari hanya tidur 4 - 5 jam. Setelah bangun tidur, kegiatan pertama yang selalu dilakukan adalah berenang. Di semua istana dan rumahnya ada kolam renangnya.

Di negeri padang gurun seperti Irak, air adalah simbol kekayaan dan kekuatan. Itu sebabnya, Saddam mewujudkan simbol itu dalam berbagai bentuk - air mancur, kolam renang, dan air terjun – dan ada di mana-mana.

Dengan rajin berenang, ia ingin tetap terlihat tampil fit dan sehat. Seorang penguasa tidak boleh tampil lemah di depan rakyatnya, apalagi sakit-sakitan. Mengapa? Kelemahan akan mengundang banyak persoalan, termasuk kudeta.

Baca juga: Di Bawah Rezim Saddam Hussein, Pesepakbola akan Disiksa dan Dipenjara jika Timnas Irak Kalah

Ia konon juga mencat rambutnya agar tetap terlihat hitam dan selalu berusaha untuk tidak memakai kacamata di depan umum. Ketika ia harus berpidato, para pembantunya akan mencetak huruf-huruf naskah pidato dalam ukuran besar.

Bahkan, saking besarnya, konon satu halaman kertas hanya berisi beberapa baris. Itu sebabnya, ketika beberapa waktu silam ia tampil di layar televisi membacakan pidato tanggapan terhadap serangan AS dan sekutunya, dengan berkacamata minimbulkan banyak pertanyaan dan keraguan di pihak AS. Benarkah ia Saddam?

Keraguan itu muncul lantaran saat tampil ia juga tampak lebih gemuk. Dalam hal selera makan, konon, Saddam sangat menyukai lobster, udang, ikan, dan daging tanpa lemak.

Makanan sehari-hari disiapkan oleh juru masak didikan Eropa dan di bawah pengawasan Himaya, pengawal pribadi Saddam. Namun, ia terkadang makan malam di restoran yang ada di Baghdad.

Baca juga: Di Balik Kekejamannya, Ternyata Saddam Hussein Pernah Menulis Novel Romantis yang Bisa Anda Beli di Amazon

Bila makan di luar, para staf keamanannya akan menyerbu dapur dan memerintahkan agar panci tempat masak, wajan, piring, dan segala perlengkapan masak serta makan lainnya dicuci bersih-bersih.

Saddam menghargai dunia masak-memasak bahkan sangat memujinya. Ia lebih suka ikan ketimbang daging, dan makan banyak buah-buahan dan sayuran segar. Ia konon juga suka minum anggur sebagai teman makan kudapan; anggur kesukaannya Mateus rose.

Yang menarik, di lengan kanannya ada tato: tiga bulatan warna biru tua, dekat pergelangan tangannya. Tato itu dibuat ketika ia masih kecil.

Ada semacam tradisi di desanya dulu, anak laki-laki berusia lima atau enam tahun ditato, yang merupakan tanda sukunya.  Anak-anak perempuan juga diberi tanda di dagu, dahi, atau pipinya.

Baca juga: Belajar dari Saddam Hussein dan Muammar Gaddafi, Kim Jong Un Genjot Program Nuklir di Tahun 2018

Banyak orang yang tidak tahu, Saddam sangat rakus bacaan, lahap membaca. Segala macam bacaan dilahapnya, mulai dari buku-buku fisika hingga roman. la sangat menyukai sejarah militer dan perjuangan bangsa Arab.

Juga buku-buku sejarah tokoh-tokoh besar, dan mengagumi Winston Churchill, perdana menteri Inggris (1940 - 1945; 1951 - 1955). Kesukaannya membaca itu mendorong Saddam menulis dua novel yang diberi judul Zabibah and the King dan The Fortified Castle.

Karya ketiganya, sebuah fiksi belum diberi judul dan akan segera diterbitkan.

Selain membaca, Saddam juga senang menonton televisi, dengan memonitor stasiun TV Irak, juga CNN, Sky, al Jazeera, serta BBC. la juga gemar nonton film, terutama yang ceritanya tentang intrik, pembunuhan, dan konspirasi.

Baca juga: Kasihan! Punya Nama Saddam Hussein, Insinyur Ini Kesulitan Mendapatkan Pekerjaan

Misalnya, The Day of the Jackal, The Conversatio, dan Enemy of the State. Tapi ia juga menghargai film-film bertemakan sastra. Dua film favoritnya, The Godfather dan The Old Man and the Sea.

Kesukaannya pada film The Old Man and the Sea bermula dari kecintaannya pada novel-novel karya Ernest Hemingway, yang konon dibacanya ketika ia dipenjara.

Saddam beda dengan para pemimpin di banyak negara yang tergoda untuk mengumpulkan uang, kekayaan, lewat kekuasaannya. la lebih menyukai kemasyhuran ketimbang uang. Karena itu, disusunlah sebuah biografi resmi 19 jilid yang harus dibaca oleh para pejabat pemerintah.

Saddam juga memesan film dengan masa putar enam jam yang mengisahkan tentang dirinya. Film berjudul The Long  Days itu disunting oleh Terence Young, sutradara kondang yang menyutradarai tiga film James Bond.

Menurut kawan-kawan sepermainannya semasa kecil, Saddam terhitung sebagai anak laki-laki keras dan kuat. la kerap mencari ikan di kali menggunakan dinamit.

Ada  cerita, suatu hari, dia  bersama tiga kawannya saling mengkhayal kelak mau apa kalau sudah dewasa. Seorang kawannya ingin menjadi penyair terkenal, yang kedua ingin menjadi jenderal, sedangkan yang ketiga ingin menjadi ilmuwan.

Saddam ingin jadi apa? la tidak mengatakan ingin jadi apa tetapi ingin memiliki sebuah jip, senapan buru, dan teropong!

Sulit digusur

Saddam memang bukan Presiden Kuba Fidel Castro. Akan tetapi, ada kesamaan di antara keduanya. Mereka berdua adalah presiden yang sudah membuktikan, semakin digoyang untuk  dijatuhkan, semakin kuat bertahan, berdiri tegak, tidak goyah.

Berapa banyak Presiden AS yang pernah berusaha menjatuhkan Castro? Taruhlah sejak kapak peperangan terhadap Kuba diangkat Presiden JF Kennedy hingga Presiden George W. Bush kini, sudah sembilan Presiden AS yang berusaha mendongkel Castro.

Namun, tokoh dunia yang selalu bercambang dan berjenggot, menghisap cerutu, serta selalu mengenakari seragam militer lapangan dan berpistol itu tetap duduk di singgasananya. Saddam memang tidak "menikmati" goyangan begitu banyak presiden AS, namun ia juga selalu diaduk-aduk oleh AS.

Baca juga: 'Dipertemukan' oleh Serangan Rudal AS di Irak Saat Masih Kecil, Kisah Persahabatan 2 Orang Ini Sungguh Mengagumkan

Mengapa Saddam sulit sekali digusur? Itu sebuah pertanyaan yang hingga kini belum bisa dijawab. Campur tangan kekuatan AS pun tak mampu menyingkirkannya.

Randy Stearns dalam tulisannya di ABCNEWS.com, misalnya, menyatakan, sudah lebih dari enam tahun CIA berjuang menumbangkan Saddam (baik atas perintah George Bush maupun Clinton), namun tidak pernah membuahkan hasil.

Misalnya, tahun 1991 CIA melancarkan aksi propaganda anti-Saddam dengan mengeluarkan dana AS $ 20 juta dan paling tidak AS.$ 11 juta diberikan kepada berbagai kelompok oposisi di Irak. Hasilnya?

Hingga kini Saddam masih tetap berkuasa. AS juga membantu mendirikan Kongres Nasional Irak – yang dibentuk kelompok oposisi - dengan memberi dana hingga AS $ 12 juta antara 1992 - 1996.

Dengan membantu pembentukan Kongres Nasional Irak yang dipimpin Ahmed Chalabi itu, AS  yakin bisa menumbangkan Saddam. Biiktinya? Saddam masih pegang kendali Irak.

CIA juga menebarkan kaki tangan dan sekutu mereka di Bumi Irak. Sebut saja, mantan Jenderal Adnan Nuri. Ia merupakan sekutu penting CIA yang lalu direkrut untuk memimpin sebuah kelompok oposisi yang bermarkas di London, The Iraqi National Accord. Belakangan, ia lari ke Washington.

Semua itu hanya sebagian dari begitu banyak contoh usaha menggulingkan Saddam. Memang, ia semakin terpuruk ke dalam posisi atau ruangan yang semakin sempit, baik karena rongrongan kekuatan oposisi di dalam negeri (yang terpecah-belah) dan kekuatan luar negeri.

Aksi militer yang dilancarkannya terhadap Iran tahun 1980, seperti membuat dirinya sendiri masuk ke dalam. ruang isolasi. Invasinya ke Kuwait tahun 1990 lebih membuat dirinya semakin terisolasi dari dunia luar.

Tetapi, inilah kehebatan Saddam. Meski negerinya terkena sanksi PBB yang diterapkan sejak Perang Teluk 1991 usai, ia tetap berdiri tegak dan kukuh. Meskipun sejak itu ia tak pernah meninggalkan negerinya dan jarang tampil di depan umum.

Baca juga: Operasi Babilon, Serangan Udara Israel Paling Spektakuler yang Sukses Menghancurkan Reaktor Nuklir Irak

Pernah tersiar kabar, kekuasaannya makin melemah setelah dua menantunya dan sejumlah orang yang dekat dengan pusat kekuasaan pada Agustus 1995 membelot ke Yordania.

Ketika itu orang berpendapat, masa kekuasaannya akan segera berakhir setelah tersiar berita, percekcokan dan perseteruan di dalam keluarganya demikian hebat.

Namun, dugaan itu tidak terbukti. Yang terjadi justru sebaliknya. Pembelotan anggota keluarganya itu ternyata tak mampu memberi inspirasi bagi meletusnya sebuah pergolakan yang berujung pada jatuhnya Saddam, melainkan  makin memperkuat dirinya.

Ketika dunia luar berkeyakinan bahwa kekuasaannya mulai kendur, Saddam justru ingin membuktikan, sangkaan itu salah sama sekali. Ia pada Oktober 1995 menggelar referendum.

Hasilnya? Lebih dari 99% rakyat Irak tetap mendukungnya. Terlepas apakah hasil itu rekayasa atau bukan, yang pasti hingga kini, saat AS dan Inggris serta sekutunya menggempur Irak, ia tetap berkuasa dan dengan ketegasan sikap, tanpa rasa takut menanggapi serangan AS dalam nada menantang. Rakyat Irak pun bersorak-sorai mendukungnya.

Siapakah sebenarnya Saddam? Dia yang selalu menyebut dirinya "Paman" bagi seluruh rakyatnya. Dialah cerita yang belum selesai ditulis, yang membuat banyak orang selalu bertanya-tanya: siapa dia?

(Ditulis oleh Trias Kuncahyono. Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi April 2003)

Baca juga: Tragisnya Kisah Para Tentara Bayaran AS yang Terbunuh di Irak: Sudah Dibakar, Digantung Pula di Jembatan