Find Us On Social Media :

Selalu Merasa Tak Aman, Saddam Hussein Tak Pernah Tidur di Istananya

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 19 April 2018 | 16:30 WIB

CIA juga menebarkan kaki tangan dan sekutu mereka di Bumi Irak. Sebut saja, mantan Jenderal Adnan Nuri. Ia merupakan sekutu penting CIA yang lalu direkrut untuk memimpin sebuah kelompok oposisi yang bermarkas di London, The Iraqi National Accord. Belakangan, ia lari ke Washington.

Semua itu hanya sebagian dari begitu banyak contoh usaha menggulingkan Saddam. Memang, ia semakin terpuruk ke dalam posisi atau ruangan yang semakin sempit, baik karena rongrongan kekuatan oposisi di dalam negeri (yang terpecah-belah) dan kekuatan luar negeri.

Aksi militer yang dilancarkannya terhadap Iran tahun 1980, seperti membuat dirinya sendiri masuk ke dalam. ruang isolasi. Invasinya ke Kuwait tahun 1990 lebih membuat dirinya semakin terisolasi dari dunia luar.

Tetapi, inilah kehebatan Saddam. Meski negerinya terkena sanksi PBB yang diterapkan sejak Perang Teluk 1991 usai, ia tetap berdiri tegak dan kukuh. Meskipun sejak itu ia tak pernah meninggalkan negerinya dan jarang tampil di depan umum.

Baca juga: Operasi Babilon, Serangan Udara Israel Paling Spektakuler yang Sukses Menghancurkan Reaktor Nuklir Irak

Pernah tersiar kabar, kekuasaannya makin melemah setelah dua menantunya dan sejumlah orang yang dekat dengan pusat kekuasaan pada Agustus 1995 membelot ke Yordania.

Ketika itu orang berpendapat, masa kekuasaannya akan segera berakhir setelah tersiar berita, percekcokan dan perseteruan di dalam keluarganya demikian hebat.

Namun, dugaan itu tidak terbukti. Yang terjadi justru sebaliknya. Pembelotan anggota keluarganya itu ternyata tak mampu memberi inspirasi bagi meletusnya sebuah pergolakan yang berujung pada jatuhnya Saddam, melainkan  makin memperkuat dirinya.

Ketika dunia luar berkeyakinan bahwa kekuasaannya mulai kendur, Saddam justru ingin membuktikan, sangkaan itu salah sama sekali. Ia pada Oktober 1995 menggelar referendum.

Hasilnya? Lebih dari 99% rakyat Irak tetap mendukungnya. Terlepas apakah hasil itu rekayasa atau bukan, yang pasti hingga kini, saat AS dan Inggris serta sekutunya menggempur Irak, ia tetap berkuasa dan dengan ketegasan sikap, tanpa rasa takut menanggapi serangan AS dalam nada menantang. Rakyat Irak pun bersorak-sorai mendukungnya.

Siapakah sebenarnya Saddam? Dia yang selalu menyebut dirinya "Paman" bagi seluruh rakyatnya. Dialah cerita yang belum selesai ditulis, yang membuat banyak orang selalu bertanya-tanya: siapa dia?

(Ditulis oleh Trias Kuncahyono. Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi April 2003)

Baca juga: Tragisnya Kisah Para Tentara Bayaran AS yang Terbunuh di Irak: Sudah Dibakar, Digantung Pula di Jembatan