Find Us On Social Media :

Dalam Negeri Kelabakan Mencari, Ternyata Masker Malah Banyak Diekspor ke China, Jumlahnya Melonjak Sangat Drastis

By Ade S, Rabu, 18 Maret 2020 | 19:01 WIB

Sebuah pengumuman masker dan hand sanitizer kosong

Intisari-Online.com - Sejak Presiden Joko Widodo mengumumkan tentang adanya pasien positif Corona di Indonesia pada 2 Maret 2020, beberapa alat kesehatan menjadi buruan masyarakat Indonesia.

Selain hand sanitizer, masker menjadi produk kesehatan yang paling banyak diburu demi mencegah penularan Covid-19.

Tak ayal, masker yang sebelumnya lumrah ditemukan di pasaran, berubah menjadi barang langka.

Jika pun ada, harganya lebih tinggi dari harga asli, bahkan beberapa melonjak hingga lebih dari 2 kali lipat harga normal.

Baca Juga: Pekerjaannya Bersentuhan Langsung dengan Bagian Tubuh Sumber Droplets Corona, Begini Cerita Dokter Gigi 'Terseok-seok' dalam Kelangkaan Masker

Pemerintah dan aparat keamanan pun bergerak untuk mengatasi kelangkaan tersebut.

Mulai dari mengumumkan ancaman hukuman bagi orang yang diketahui menimbun masker, hingga menindak langsung orang-orang yang menimbun.

Namun, tahukah Anda bahwa fakta mengejutkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang diduga menjadi salah satu pemicu utama kelangkaan masker di Indonesia.

 

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Yunita Rusanti menjelaskan, salah satu komoditas yang mengalami peningkatan adalah komoditas masker yang masuk dalam kategori HS 63 atau barang tekstil lainnya.

Baca Juga: 6 Cara Buat Masker Lemon Untuk Memutihkan Kulit Wajah, Semuanya dari Bahan Dapur!

"Barang tekstil lainnya jumlah ekspor naik 72 juta dollar AS, itu komoditas masker masuk," ujar Yunita di Jakarta, Senin (16/3/2020).

Adapun beberapa komoditas lain yang mengalami kenaikan nilai ekspor adalah logam mulia dan perhiasan yang meningkat 263,9 juta dollar AS dan kendaraan dan bagiannya yang meningkat 133,3 juta dollar AS.

Adapun lemak dan minyak hewan nabati juga mengalami kenaikan nilai ekspor sebesar 130,4 juta dollar AS.

Meski demikian, ada pula beberapa komoditas yang mengalami penurunan nilai ekspor seperti bijih besi dan baha mengalami penurunan 211,3 juta dollar AS dan alas kaki turun 86,4 juta dollar AS,

Kemudian, ekspor tembaga dan barang dari padanya turun 44 juta dollar AS pulp dari kayu pun mengalami penurunan nilai ekspor 41,7 juta dollar AS serta pakaian dan asesorisnya sebesar 24,8 juta dollar AS.

Untuk nilai ekspor, BPS mencatatkan mencapai 13,94 miliar dollar AS. Angka tersebut naik tipis 2,24 persen jika dibandingkan dengan Januari 2020.

Baca Juga: Nyaris 200 Tentara Korea Utara Tewas Karena Virus Corona, Kelakuan Kim Jong Un Malah Bikin Geleng-geleng Kepala, Tak Pakai Masker dan Pamer Proyektil Rudal, Hingga Memicu Kemarahan Dunia

Adapun secara tahunan (year on year) atau dibandingkan dengan Februari 2019 angka tersebut meningkat 11 persen.

Untuk ekspor non migas, BPS mencatat terjadi pertumbuhan 2,38 persen menjadi 13,12 miliar dollar AS. Adapun secara tahunan terjadi peningkatan sebesar 14,64 persen.

Jika dihitung secara kumulatif Januari-Februari 2020, nilai ekspor mencapai 27,57 miliar dollar AS atau naik 4,1 persen (yoy).

Adapun untuk ekspor non migas yang mencapai 94 persen dari ekspor dalam negeri mencapai 25,94 miliar dollar AS atau naik 7,45 persen.

 

(Mutia Fauzia)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "BPS: Terjadi Lonjakan Ekspor Masker pada Februari 2020".