Advertorial
Intisari-Online.com - Pihak berwenang China saat ini menghadapi masalah yang tak kalah memusingkan akibat virus corona.
Permasalahantersebut yakni terkait limbah dari barang sekali pakai yang digunakan sebagai pengaman dari virus corona.
Barang-barang tersebut terutama adalah masker sekali pakai yang banyak digunakan oleh masyarakat untuk melindungi diri mereka dari penularan.
Di Wuhan saja, sebagai kota yang dianggap sebagai epicentrum virus, seorang pejabat di Zona pengembangan Ekonomi mengatakan bahwa mereka mengumpulkan sekitar 200 kg hingga 300 kg masker yang dibuang setiap hari dari 200 tempat sampah yang disiapkan.
Kota itu, telah memasang tempat sampah khusus untuk pembuangan masker di daerah perumahan, di jalan-jalan dan di tempat umum lainnya.
Melansir dari SCMP, walaupun sulit untuk mendapatkan angka pasti jumlah masker yang dibuang. Akan tetapi, Otoritas Lingkungan dan Kesehatan memperkirakan volume limbah medis di Wuhan secara keseluruhan meningkat empat kali lebih besar menjadi lebih dari 200 ton sehari pada minggu lalu.
Produsen masker China sendiri memproduksi sekitar 116 juta per hari saat permintaan masker bedah melonjak di berbagai negara.
Menurut Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional, agen perencanaan ekonomi China, Produksi tersebut mengalami 12 kali lipat lonjakan selama sebulan terakhir seiring meningkatnya jumlah kasus.
Kemampuan pengolahan limbah
Para pakar lingkungan menyoroti kemampuan pengolahan limbah medis China yang dianggap tidak memadai.
Otoritas Lingkungan dan Kesehatan mengatakan masker maupun alat pelindung lain terutama barang yang dipakai oleh tenaga medis dan orang yang terinfeksi virus, harus diperlakukan sebagai limbah klinis dan disterilkan sebelum dibakar pada suhu tinggi dengan alat khusus.
Sementara jumlah insinerator yag dimiliki China untuk pengolahan limbah medis tak dipublikasikan, akan tetapi para ahli mengatakan sebagian besar tetap tak berubah selama dekade terkahir.
Baca Juga: Jangan Sembarangan Berikan Obat untuk Menurunkan Panas pada Anak, Ini Waktu yang Disarankan
Yang menjadi kekhawatiran adalah kenyataan bahwa sebagian besar fasilitas untuk mengatasi limbah medis yang dibangun pada masa wabah SARS 17 tahun lalu saat ini mendekati akhir masa operasinya.
China sendiri dikenal sebagai pencemar dan penghasil sampah terbesar di dunia dengan 2 juta ton limbah medis pada 2018, akan tetapi belum mengeluarkan standar terkait pengendalian pencemaran khusus untuk limbah klinis.
Menurut Southern Metropolis Daily sebagaimana dikutip SCMP, Wuhan menghasilkan lebih dari 200 ton limbah medis pada 24 Februari, naik dari 109 ton pada lima hari sebelumnya.
Menurut Ketua Pejabat di Kementerian Lingkungan, angka tersebut jauh melebihi 50 ton sehari yang bisa ditangani oleh fasilitas pembuangan limbah medis khusus kota.
Eric Liu, seorang spesialis limbah beracun di kantor Greenpeace Beijing mengatakan China memiliki kekurangan besar dalam fasilitas pembuangan limbah khususnya yang mampu menangani limbah klinis.
Menurut Liu, pembuangan masker bisa dikategorikan menjadi tiga. Masker dari orang yang positif terinfeksi seharusnya dibuang di fasilitas pembakaran khusus, masker yang digunakan orang sehat bisa diatasi dengan cara yang sama dengan mengatasi limbah rumah tangga yang dibakar di tungku industri.
Akan tetapi tantangannya adalah limbah yang digunakan oleh orang-orang yang ditempatkan di bawah karantina rumah atau orang lain dengan gejala ringan.
"Ada area abu-abu di atas masker bekas semacam ini, yang tidak berada di bawah yurisdiksi institusi medis tetapi harus diperlakukan sesuai dengan standar untuk limbah medis." imbuhnya.
Limbah medis keliling
Permasalahan limbah medis tengah diupayakan diatasi. China bergegas melakukan pembangunan pabrik pengolah limbah di dekat tiga rumah sakit darurat.
Selain itu, China juga membangun 17 fasilitas penyimpanan sementara untuk limbah medis dengan kapasitas gabungan lebih dari 1.000 ton.
Pihak berwenang juga memindahkan sebagian sampah yang diproduksi di Wuhan ke kota-kota tetangga untuk pembakaran, selain itu juga tengah dilakukan upaya meminta bantuan dari perusahaan-perusahaan pengolahan limbah di seluruh negeri.
China Shipping Group dan sebuah perusahaan di Anhui mengerahkan sejumlah kabin insinerasi limbah medis keliling Wuhan pada bulan lalu.
"Pembuangan limbah medis adalah bagian utama dari perang melawan wabah, yang merupakan seruan bagi pemerintah untuk mempercepat pembangunan fasilitas baru dan meneliti teknologi pengolahan limbah," kata Du Huanzheng, Direktur Institut Ekonomi Daur Ulang di Universitas Tongji di Shanghai.
Saat ini pembakaran menjadi cara yang disukai untuk mengatasi limbah medis di China, sementara negara-negara industri lain menghapus insinerator karena masalah kesehatan dan lingkungan.
Sementara itu, upaya penggunaan masker secara efektif juga dilakukan oleh penduduk Wuhan di mana mereka dilarang meninggalkan rumah mereka tanpa izin.
"Kami tidak memiliki kemewahan untuk mengganti masker kami setiap hari sehingga kami telah belajar untuk menjaga konsumsi kami seminimal mungkin," kata penduduk setempat, Chen Hao.
Akan tetapi dia mengaku tak khawatir dengan hal tersebut. Menurutnya banyak pula orang di sekitarnya yang melakukan hal yang sama
"Saya bukan satu-satunya yang mencoba menggunakan masker selama mungkin dan mungkin sebagai hasilnya, saya tidak melihat banyak topeng dibuang di tempat sampah yang ditunjuk di perkebunan saya," kata dia.
Chen mengatakan dia biasanya mengikuti instruksi para ahli untuk memotong masker bekasnya menjadi bentuk potongan-potongan sebelum membuangnya untuk menghindari masker-masker tersebut dijual kembali.
Nur Rohmi Aida
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Masker Bekas Menumpuk, China Berjuang Atasi Tumpukan Limbah Medis akibat Epidemi"