Find Us On Social Media :

Telan Nyawa 700 Pengikutnya, Inilah Pembantaian Mencekam oleh Sebuah Kultus Kiamat: 'Semua Tertutup Asap, Jelaga, dan Bau Daging yang Terbakar'

By Muflika Nur Fuaddah, Rabu, 18 Maret 2020 | 11:50 WIB

Dua puluh tahun kemudian, keberadaan (dari kiri ke kanan) Ursula Komuhangi, Credonia Mwerinde, Joseph Kibwetere dan Dominic Kataribabo tidak diketahui

Mereka mendaftarkan kultus atau gerakan itu sebagai kelompok yang tujuannya adalah untuk mematuhi Sepuluh Hukum dan memberitakan firman Yesus Kristus.

Ikon-ikon Kristen menonjol di lingkungan Gerakan dan kultus itu memiliki hubungan yang lemah dengan Katolik Roma.

Kepemimpinannya yang didominasi oleh sejumlah imam dan biarawati yang dicabut, termasuk Ursula Komuhangi dan Dominic Kataribabo.

Ariho, 41, bergabung dengan Gerakan bersama keluarganya ketika dia berusia 10 tahun.

Baca Juga: Kisah Ketika Bung Karno Ditembak Saat Salat Dari Jarak 7 Meter Tapi Meleset, Penembak: Bayangan Bung Karno Bisa Pindah-pindah Posisi

Ibunya yang janda berjuang untuk membesarkan tiga anak, yang salah satunya menderita sakit kepala persisten. Kelompok Kibwetere menawarkan doa dan rasa memiliki, katanya.

Kultus itu akan mengambil seluruh keluarga, menyediakan untuk setiap kebutuhan mereka.

Para anggotanya menanam makanan mereka sendiri, mengelola sekolah, dan menggunakan keterampilan mereka untuk menyumbangkan tenaga.

Keluarga Ariho menjadi tuan rumah cabang gereja dengan sekitar 100 anggota di kompleks mereka, 2 km di luar kota Rukungiri.

Baca Juga: Virus Corona Seolah Seperti Settingan, Sejarah Mencatatkan Setiap 100 Tahun Sekali Muncul Wabah Pada Tahun yang Berakhir dengan Angka 20, Benarkah Hanya Kebetulan?