Find Us On Social Media :

Diduga Sebagai Bangunan yang Melukiskan Bunga Teratai, Benarkah Dahulu Borobudur Dibangun di Tengah Danau?

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 17 April 2018 | 06:00 WIB

Ia memahami benar segi-segi tehnis bangunan tersebut, karenanya kritiknya juga berkisar pada segi-segi tehnis bangunan itu.

Tigapuluh tahun kemudian, yaitu pada tahun 1964, kembali teori Nieuwenkamp itu dipersoalkan lagi.

Pada tahun itu, di Jakarta, dalam rangka pembangunan Museum Sejarah Tugu Nasional telah dibentuk suatu Panitya Proyek di bawah pimpinan almarhum Prof. Dr. Priyono, yang terdiri atas dua team, team ahli sejarah, yang bertugas mempertanggung jawabkan segi-segi  ilmiah dari adegan-adegan sejarah dalam museum itu, dan team seniman yang akan mewujudkan adegan-adegan sejarah itu dalam bentuk boneka-boneka dan Iukisan-lukisan  dalam diorama (Ruang berbentuk ¼ bola) museum tersebut.

Panitya telah memutuskan untuk memilih adegan pembangunan candi Borobudur di abad 9 M, sebagai salah satu mata rantai dari rangkaian adegan-adegan Sejarah Nasional kita dalam museum itu.

Persoalan timbul waktu design (gambar rancangan) adegan Borobudur itu hendak ditentukan, yaitu haruskah adegan Borobudur itu diberi danau seperti dalam teori Nieuwenkamp, atau tanpa berdanau.

Almarhum bekas Presiden Sukarno sebagai seorang pencinta seni, dan menaruh minat besar pada proyek tersebut, pernah menyarankan perlunya adegan Borodur itu diberi danau agar tampak lebih indah.

Di kalangan para sejarawan sebenamya masih banyak yang meragukan kebenaran teori Nieuwenkamp itu. Masalahnya, karena tidak ada bukti-bukti epigrafis, atau sumber tertulis berupa prasasti, yang bisa digunakan sebagai pegangan untuk menunjang teori tersebut.

Baca juga: Tahun Depan, Akan Ada Chinatown di Dekat Borobudur

Katakan, andaikata danau itu pernah ada, toh masih ada lagi persoalannya; Borobudur itu dibangun ketika danau itu masih ada, ataukah pembangunannya terjadi ketika danau tersebut telah mengering?

Atau kemungkinan lain lagi, candi tersebut dibangun ketika danau itu belum ada? Semuanya itu tak bisa dipastikan.

Putih atau tidak

Pendapat Nieuwenkamp bahwa candi itu bercat putihpun tak bisa dibuktikan kebenarannya. Sebab pada candi Borobudur kini tak bisa ditemukan sisa-sisa apa yang disebut bajralepa.

Bajralepa adalah semacam “semen" berwarna putih yang sering dilepakan pada permukaan candi, agar candi itu bisa diberi warna dan diukir lebih halus.

Pada candi Kalasan dan candi Sari yang lebih tua usianya daripada Borobudur, sisa-sisa bajralepa itu sampai kini masih bisa diketemukan kembali, tidak demikian halnya dengan Borobudur.

Meskipun demikian, guna menanggapi saran Presiden itu, panitya akhirnya memutuskan untuk melakukan penelitian lapangan ke Borobudur, agar bisa dipastikan kemungkinan bisa tidaknya adegan Borobudur itu diberi danau.

Dengan bantuan team ahli dari Dinas Geologi Bandung kemudian dilakukan pengeboran-pengeboran tanah di daerah sekitar Borobudur yang diduga dahulu adalah danau.

Hasil penelitian antara lain menunjukkan adanya sisa-sisa lapisan tanah yang memberi kesan bahwa sebagian daerah itu dahulu pernah digenangi air, tetapi tidak seluruh daerah sekitar Borobudur menunjukkan tanda-tanda demikian.

Sayang, proyek pembangunan museum sejarah yang baru dalam taraf ± 50% selesai itu, disebabkan oleh adanya politik penghematan ketat pemerintah pada saat itu, akhirnya pada tahun 1966 terpaksa dihentikan, dan panitianyapun lalu dibubarkan.

Baru beberapa tahun yang lalu, pembangunan museum searah tersebut dilanjutkan lagi oleh panitya dan team yang baru. Apakah oleh panitia yang baru itu, adegan Borobudur dilanjutkan dengan berdanau atau tidak, penulis tidak mengetahuinya.

Kita tunggu saja bersama, bagaimana kenyataannya nanti, sampai Museum Sejarah Tugu Nasional itu selesai dan dibuka untuk umum.

(Ditulis oleh  Drs. Moehkardi. Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Juni 1973)

Baca juga:Umat Buddha Indonesia Memperingati Hari Raya Asadha di Borobudur untuk Pertama Kalinya