Find Us On Social Media :

Diduga Sebagai Bangunan yang Melukiskan Bunga Teratai, Benarkah Dahulu Borobudur Dibangun di Tengah Danau?

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 17 April 2018 | 06:00 WIB

Intisari-Online.com – Dalam harian Algemeen Handelsblad di Den Haag, tanggal 9 September 1933, seorang penulis Belanda, W.O.J. Nieuwenkamp, telah mengemukakan suatu hipotesis tentang candi Borobudur yang cukup menggemparkan perhatian kalangan sejarawan dan peminat di masa itu.

Dalam hipotesisnya ia mengemukakan pendapat bahwa Candi Borobudur itu katanya, dahulu dibangun di tengah-tengah danau yang kini telah mengering.

W.O.J. Nieuwenkamp (1874- 1950), selain seorang penulis, juga terkenal sebagai seorang arsitek, pemahat, pelukis dan seorang ethnoloog. Ia tidak pernah menetap di Indonesia; tetapi minatnya yang begitu besar pada kesenian Indonesia menyebabkan ia berkali-kali mengunjungi Indonesia.

Pada akhir tahun 1932, selama tiga bulan ia mengunjungi Bali, dan Borobudur. Sebagai seorang arsitek dan pemahat, telah lama ia tertarik pada monumen ini. Sebelum itu, di awal tahun 1932, ia pernah menulis artikel tentang monumen tersebut di majalah “Ned. Indie Oud en Nieuw".

Baca juga:Angka-angka Misterius di Candi Borobudur Menunjukkan Betapa Penuh Perhitungannya Pembangunan Candi Ini

Dalam tulisannya itu antara lain ia mengatakan, bahwa candi Borobudur itu sebenarnya adalah bangunan raksasa yang melukiskan bentuk bunga terarai, untuk menghormati Maetreya, tokoh Buddha di masa datang, yang menurut mithologi diceritakan lahir dari bunga teratai, sebuah bunga lambang kesucian dalam agama Buddha.

Bertitik tolak dari pendapat tersebut, ia kemudian menduga, bahwa candi itu dahulu bercat putih, dan dibangun di tengah-tengah  danau, sebagai bunga teratai putih yang menyembul di atas permukaan air.

Kalau kini kita berkunjung ke Borobudur, dan dari puncak stupanya kita layangkan pandangan ke daerah sekitar candi itu, maka akan timbul kesan, bahwa candi itu nampaknya memang seperti dibangun di atas suatu bukit kecil di tengah-tengah dataran yang cukup luas, yang dibatas cakrawalanya berbatasan dengan deretan bukit-bukit yang mengitarinya.

Kesan inilah yang mengembangkan daya fantasi Nieuwenkamp sampai pada hipotesisnya, bahwa candi tersebut dahulu dibangun di tengah-tengah danau.

Sebagai seorang seniman, daya fantasi Nieuwenkamp memang hebat. Kalau kita ikuti fantasi Nieuwenkamp tersebut, maka di sana dahulu kita akan dapat menyaksikan suatu panorama Borobudur yang bukan main megah dan indahnya.

Bayangkan, andaikata kita berdiri di tepian danau itu, dan kita layangkan pandangan ke tengah danau, maka akan nampak Borobudur putih yang berdiri megah itu, berkaca dengan tenangnya di air danau yang jernih membiru; dan semuanya begitu harmonis, dengan hutan-hutan  sekitarnya yang hijau melebat, dan sawah ladangnya yang luas menguning; sedang di jauh, Pegunungan Menoreh, Gunung Sumbing, Merapi dan Merbabu, biru kelabu melingkunginya. Bukan main!

Teori para geoloog.

Untuk menunjang hipotesisnya itu, Nieuwenkamp telah meminta pendapat pada beberapa orang geoloog Belanda terkenal, di antaranya pada Prof. Dr. L.M.R. Rutten di Utrecht. Dalam tanggapannya sarjana tersebut pada pokoknya membenarkan kemungkinan adanya danau tersebut; namun demikian kebenaran hipotesis itu masih perlu diteliti dan dibuktikan.