Find Us On Social Media :

Survei Sebut Hanya Indonesia yang Mampu Bertahan di saat Perlambatan Ekonomi China Akibat Corona Akan Menular ke Asia

By Tatik Ariyani, Rabu, 26 Februari 2020 | 13:58 WIB

Ilustrasi kontainer impor

Intisari-Online.com - Penyebaran virus corona terus mengalami peningkatan baik dari jumlah kasus dan kematian secara global.

Tak hanya mewabah di Asia, tapi juga Eropa dan Timur Tengah. Dilansir dari SCMP, hingga Rabu (26/2/2020) pagi tercatat ada 80.967 kasus, 2.763 kematian, dan 29.998 pasien yang sembuh.

Di China saja, total kematian ada 2.717 orang. Sedangkan total kasusnya di China mencapai 78.159 kasus.

Efek ekonomi dari wabah virus corona kemungkinan akan menular hingga di luar China, terutama Asia.

Baca Juga: Wabah Corona di Iran Semakin Menghkhawatirkan, Wakil Menkes Iran Mengaku Terinfeksi Virus Corona, 'Kami Akan Menang Melawan Virus Ini'

Pasalnya, hasil polling Reuters menunjukkan, sebagian besar ekonomi utama di wilayah tersebut diperkirakan akan melambat secara signifikan, berhenti tumbuh, atau mengalami penyusutan pada kuartal ini.

Banyak ekonomi Asia, yang baru pulih dari efek sengketa perdagangan AS yang berlangsung 18 bulan lamanya, kembali dihantam oleh wabah virus corona.

Wabah ini mengganggu rantai pasokan global yang menjadi andalan sebagian besar negara untuk perdagangan.

Alhasil, kegiatan ekonomi cenderung melambat, meski pada tingkatan yang berbeda-beda.

Baca Juga: Kemampuan Indonesia Deteksi Virus Corona Kini Mulai Diragukan Setelah Pria Jepang Positif Terinfeksi Corona Sepulang Liburan di Bali, Kemenkes Malah Menyangkalnya

Prediksi para ekonom yang disurvei pada 19-25 Februari menunjukkan bahwa Australia, Korea Selatan, Taiwan, Singapura, dan Thailand, kesemuanya akan menunjukkan kinerja terburuk mereka selama bertahun-tahun pada kuartal pertama. Hanya Indonesia yang diperkirakan akan tetap bertahan.

Hasil jajak pendapat Reuters ini hampir serupa dengan survei yang dilakukan seminggu lalu.

Survei tersebut menunjukkan, ekonomi China akan tumbuh pada laju paling lambat sejak krisis keuangan di kuartal satu, dengan skenario kasus terburuk menunjukkan level pertumbuhan 3,5%.

Angka itu hampir setengah dari pertumbuhan 6,0% yang dilaporkan pada kuartal keempat tahun 2019.

Baca Juga: Sudah Jatuh Tertimpa Tangga, Ibu Ini Harus Menanggung Sedih Tak Tertahankan Saat Semua Driver Online Menolak Bawa Jenazah Bayinya, Kecuali Pria Baik Ini, Doanya Mengharukan...

"Kasus dasar dengan cepat bergeser dari 'Bad', yang berarti hanya China yang terkena dampak, ke 'Ugly', di mana baik negara-negara berkembang di Asia dan negara-negara maju melihat melonjaknya tingkat infeksi dan kematian," kata Michael Every, kepala penelitian pasar keuangan untuk Asia- Pasifik di Rabobank di Hong Kong kepada Reuters.

"Dampaknya cenderung menyerupai krisis keuangan global 2008-2009 lebih dari wabah SARS pada tahun 2003," tambah Every.

Ketakutan di pasar keuangan itu jelas terlihat pada hari Senin, di mana pasar saham dunia menukik ke level terendah dua tahun karena lonjakan infeksi virus di luar daratan China memicu kekhawatiran akan pandemi global.

Kedekatan dengan China dan hubungan dagang di kawasan itu berarti segala dampak dari perlambatan ekonomi China mungkin dirasakan di seluruh kawasan.

Sementara, kenaikan kembali pada kuartal berikutnya diperkirakan akan dialami oleh sebagian besar ekonomi Asia utama yang disurvei.

Lebih dari tiga perempat ekonom, atau 57 dari 77 ekonom, yang menjawab pertanyaan tambahan memprediksi pertumbuhan di negara-negara Asia lainnya meningkat di kuartal kedua.

Sementara Korea Selatan adalah yang negara dengan perekonomian paling terpukul oleh virus di luar China.

Baca Juga: Sempat Sebut 'Kalau Mati di Tangan Tuhan' Beginilah Tangis Sesal Pembina Pramuka SMPN 1 Turi Setelah Diringkus Polisi, Hanya Bisa Minta Maaf Sambil Katakan Hal Ini

Menurut para analis, dampaknya terhadap ekonomi sejauh ini tampak minim.

Analis memperkirakan, ekonomi Korsel akan tumbuh 2,1% pada kuartal pertama, turun hanya 0,4 poin persentase dari jajak pendapat Januari Reuters.

Singapura, kota pelabuhan dan mitra dagang utama China, diperkirakan akan mengalami kontraksi 0,6% pada kuartal ini.

Ini akan menjadi kontraksi yang pertama sejak resesi 2009 setelah krisis keuangan global.

“Dampak dari virus corona terhadap ekonomi di Asia berpotensi sangat besar, karena pariwisata di kawasan ini terpukul. Tampak dari hotel yang sepi, hingga bandara yang kosong. Hal ini akan berdampak besar terhadap ekonomi di kawasan Asia,” kata Robert Carnell, kepala ekonom dan kepala penelitian ING untuk Asia-Pasifik di Singapura.

"Jika ini tidak terdengar cukup menakutkan, ingatlah bahwa pariwisata hanyalah salah satu sektor melalui mana virus corona dapat melemahkan pertumbuhan PDB negara-negara Asia yang bergulat dengan epidemi ini."

Ekonomi Thailand dan Taiwan diperkirakan akan tumbuh sekitar 0,2% dan 1,3% di kuartal pertama, terendah dalam hampir setengah dekade.

Ekonomi Australia, diperkirakan akan berhenti pada kuartal saat ini, mengakhiri laju pertumbuhan tiga dekade yang dimulai pada tahun 1991.

Baca Juga: Ditemukan dalam Kondisi Teronggok Mengerikan di Tepi Hutan Pedalaman Mojokerto, Misteri Jasad Bocah SD yang Tewas Pelan tapi Pasti Terungkap

“Ini (wabah virus) dapat merusak pertumbuhan di beberapa negara Asia. Peningkatan tajam dalam infeksi yang dilaporkan oleh beberapa negara menimbulkan kekhawatiran akan pukulan yang lebih parah ke negara-negara ini juga pertumbuhan global,” kata Johanna Chua, ekonom pasar berkembang Asia di Citi di Hong Kong.

Tetapi jika prospek suram tidak membaik, dalam skenario terburuk, para ekonom memperkirakan pertumbuhan di semua negara yang disurvei akan turun lebih lanjut sebesar 0,5% hingga 1%.

Singapura diperkirakan akan terkena dampak terburuk dari kejatuhan tersebut, dengan pertumbuhan turun lebih dari 1% untuk tahun 2020.

Dampak paling kecil akan dirasakan oleh Indonesia, yang diperkirakan akan tumbuh 4,7% tahun ini.

Artikel ini pernah tayang di Kontan.id dengan judul "Survei: Perlambatan ekonomi China akan menular ke Asia, hanya RI yang mampu bertahan"