Find Us On Social Media :

Inilah Senjata yang Telah Mencetak Para Pahlawan Dunia dan Atlet Kelas Internasional di Asian Games

By Agustinus Winardi, Selasa, 17 April 2018 | 07:30 WIB

Intisari-Online.com - Menurut catatan sejarah, dari sejak pengembangannya hingga tahun 1500, busur (bow) sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari para pria.

Bisa dikata, senjata ini menjadi bagian terpenting bagi pria dan mewakili simbol-simbol kekuatan menurut kebudayaan mereka. Tak heran senjata ini dipergunakan secara luas.

Pada era prasejarah, panah sangat efektif menjadikan manusia di era itu sebagai pemburu andal. Dengan alat inilah kebutuhan sandang dan pangan bisa terpenuhi.

Daging binatang buruan untuk dimakan, sementara kulit, tulang, dan tanduknya untuk kebutuhan lain.

Sejak saat itu pula dipercaya panah menjadi bagian penting dalam peradaban dunia disamping tombak dan kapak yang juga menjadi senjata utama kala itu.

Baca juga: Miliki Anak Berkebutuhan Khusus? Cobalah Ajak Dia Ikuti Olahraga Panahan

Dimulai pada masa pemerintahan William sang Penakluk (William the Conqueror), panah dijadikan senjata terpenting di Inggris selama beberapa abad.

Sekitar tahun 1200, Genghis Khan  dan pasukannya menaklukkan begitu banyak negeri. Panah menjadi senjata andalan mereka.

Hal yang sama berlangsung di Amerika baik selama penduduk Inggris maupun era kolonialisasi orang Amerika.

Tidak satu pun senjata tidak mampu menggantikan posisi panah sebelum lahirnya senjata api dan dalam waktu  singkat digunakan secara luas di seluruh dunia.

Itulah awal mula ditariknya panah dari medan perang, hingga peran dan fungsinya tinggal sebatas olahraga dan demi melestarikan jejak sejarah.

Baca juga: Sedang Ngetren, Inilah Manfaat Olahraga Panahan, Siapa Tahu Bisa Sehebat Robin Hood

Menurut Encyclopedia Brittanica, kemampuan panah-memanah menjadi bagian penting untuk menunjukkan kemajuan sebuah budaya dengan mengembangkan kecepatan dan kemampuan menembak.

Busur sudah digunakan di sejumlah wilayah budaya sejak 3000 tahun silam. Walaupun penemuan terhadap ini mungkin sudah ditemukan sejak sebelumnya.

Perkembangan panahan diikuti oleh inovasi lanjutan di sejumlah kebudayaan. Sekitar 3500 BC, Mesir mulai menggunakan busur dengan ukuran sepanjang badan mereka.

Ujung panah mereka  awalnya dibuat dari batu api yang kemudian diganti dengan perunggu.

Sekitar 2000 tahun kemudian, Bangsa Asiria mengembangkan busur lebih pendek yang ternyata lebih kuat dan lebih mudah dioperasikan.

Baca juga: Kesetiaan itu Bagaikan Anak Panah yang Dilepaskan dari Busurnya

Sementara sebuah suku di Asia tengah, Parthian, jadi sangat terkenal karena kemampuan mereka untuk menembak ke arah belakangan saat manunggang kuda.

Kehebatan ini membuat Parthian menjadi kata penuh makna dalam bahasa Inggris.

Selanjutnya sekitar 1200 BC, Hittites mengembangkan kemampuan menembak dari kereta perang yang sedang berjalan.

Ada banyak legenda dan kisah kepahlawanan bisa ditemukan sepanjang sejarah pemanahan.

Pahlawan Odysseus, misalnya, memperoleh kembali istri dan rumah tangganya setelah pulang karena keahliannya menggunakan busur.

Begitu juga dengan Olimpiade kuno, didirikan oleh pemanah bernama Hercules. Dalam perlombaan, pemanah menjadikan merpati terikat sebagai target.

Baca juga: 10 Negara Peraih Medali Terbanyak Sepanjang Sejarah Asian Games, Indonesia Nomor Berapa Ya?

Target pemanah juga terlihat dalam legenda Robin Hood dan William Tell, yang seakan menunjukkan penghargaan bahwa Inggris memiliki pemanah terbaik di dunia.

Di Jepang, kedisiplinan latihan Kyudo dan Yabusame para pemanah dari biasa-biasa saja menjadi lebih tertata dan memaknai filosofi hidup mereka.

Panah jenis crossbow dan kemudian berkembang menjadi longbow, memegang peran penting sebagai senjata utama melawan serangan massif kavaleri.

Dallam Battle of Crecy dan Agincourt di Perancis pada abad 14, longbow Inggris sangat dominan dan mengejutkan karena mampu menghadapi serangan para ksatria yang bersenjata lengkap.

Panah longbow, yang tingginya bisa seukuran tubuh pemakainya, berat  tarikannya berkisar antara 60 hingga 120 pon dan biasa digunakan pada jarak di atas 250 yard.

Baca juga: Kabaddi, Cabang Olahraga Unik Asian Games 2018 yang Tercantum dalam Naskah Kuno Mahabharata

Dari tahun 1330 hingga 1414, raja-raja Inggris sampai menutup semua cabang olahraga dan mengalihkan mereka sesuai dekrit 1363 yang mensyaratkan semua orang Inggris berlatih memanah setiap minggu dan hari libur.

Meski kemudian secara perlahan bubuk mesiu mulai merebak dan populer sebagai alat berperang, bukan berarti lantas menyingkirkan para pemanah. Alat ini masih tetap penting di kalangan petani.

Dalam perkembangan berikutnya panahan memang lebih banyak menjadi properti di kalangan sipil, terutama untuk kegiatan  seputar olahraga.

Di Inggris turnamen panahan bahkan sudah ada sejak abad 17. Ketika itu Inggris dikenal tiga bentuk memanah. Yaitu butt shooting, clout shooting, dan teknik roving.

Panahan akhirnya diterima sebagai cabang yang diperlombakan secara resmi dalam Olimpiade sejak 1900.

Cabang ini digelar pada Olimpiade 1904,1908,dan 1920. Hanya saja karena aturannya jalan di tempat, dan setiap negara menggunakan aturan masing-masing, akhirnya cabang panahan dieliminasi dari Olimpiade sejak 1972.

Di Indonesia, panahan pertama kali dipertandingkan padaPekan Olahraga Nasional (PON) yang pertama.

Dalam sejarah PON, Panahan merupakan cabang yang selalu diperlombakan.

Walaupun secara resminya Persatuan Panahan Indonesia (Perpani) baru terbentuk pada tanggal 12 Juli 1953 di Yogyakarta atas prakarsa Sri Paku Alam VIII.  

Kejuaraan Nasional yang pertama sebagai perlombaan yang terorganisir, baru diselenggarakan para tahun 1959 di Surabaya.

Sri Paku Alam VIII selanjutnya menjabat sebagai Ketua Umum Perpani hampir duapuluh empat tahun dari tahun 1953 sampai tahun 1977.

Dengan terbentuknya Organisasi Induk Perpani, maka langkah pertama yang dilakukan adalah menjadi anggota FITA (Federation Internationale de Tir A L’arc).

Organisasi Federasi Panahan Internasional yang berdiri sejak tahun 1931. Indonesia diterima sebagai anggota FITA pada tahun 1959 pada konggresnya di Oslo, Norwegia.

Sejak saat itu panahan di Indonesia maju pesat, walaupun pada tahun-tahun pertama kegiatan panahan hanya terdapat di beberapa kota di pulau Jawa saja.

Kini boleh dikatakan bahwa hampir di setiap penjuru tanah air, panahan sudah mulai dikenal.

Dengan diterimanya sebagai anggota FITA pada tahun 1959, maka pada waktu itu di Indonesia selain dikenal jenis panahan tradisional dengan ciri-ciri menembak dengan gaya duduk dan instinctive.

Maka dikenal pula jenis ronde FITA yang merupakan jenis ronde internasional, yang menggunakan alat-alat bantuan luar negeri yang lebih modern dengan gaya menembak berdiri.

Dengan demikian terbuka pulalah kesempatan bagi pemanah Indonesia untuk mengambil bagian dalam pertandingan-pertandingan Internasional.

Pada masa awal kejayaan panahan, Indonesia melahirkan banyak atlet panahan Indonesia yang berprestasi.

Atlet panahan seperti Nurfitriyana Saiman, Lilies Handayani dan Kusuma Wardhani pernah meraih perak di Olimpiade.

Tiga atlet panahan wanita ini yang akhirnya dikenal dengan 3 Srikandi yang harumkan nama bangsa Indonesia di Olimpiade Seoul pada tahun 1988.

Cabang nomor panahan  termasuk menjadi andalan pada Asian Games 2018 karena berpotensi meraih medali emas.Potensi meraih medali emas sudah tampak.

Pasalnya  Tim Panahan Indonesia berhasil meraih satu medali emas dari cabang panahan nomor compound beregu putri di hari terakhir turnamen pemanasan (test event) menuju Asian Games 2018.

Lomba pemanasan itu digelar di Lapangan Panahan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis, 15 Februari 2018. Saat itu Tim Indonesia berhasil mengalahkan Taiwan di partai final.