Find Us On Social Media :

Kaleidoskop Intisari 2019: Kecelakaan Beruntun di Tol Cipularang yang Libatkan 20 Kendaraan Karena Rem Blong, Ternyata Ini yang Sebabkan Rem Blong

By Mentari DP, Jumat, 27 Desember 2019 | 10:15 WIB

Kecelakaan beruntun di Tol Cipularang.

Intisari-Online.com - Tahun 2019 akan berakhir dalam beberapa hari lagi.

Sepanjang tahun 2019, ada banyak kejadian yang terjadi.

Salah satunya kecelakaan di tol Cipularang di wilayah Kabupaten Purwakarta.

Berdasarkan catatan Satuan Lalu Lintas Polres Purwakarta terdapat 25 kecelakaan di wilayah Purwakarta.

Baca Juga: Viral Foto Kucing Diracunin, Benarkah Telur Mentah Dapat Digunakan untuk Menetralisir Racun di Tubuh Kucing? Ini Jawaban Dokter

Dari sejumlah kecelakaan tersebut, 26 orang meninggal, 9 luka berat, dan 92 orang luka ringan.

"Dari sejumlah kecelakaan tersebut, tiga kecelakaan terjadi di kilometer 91 B," kata Kasat Lantas Polres Purwakarta AKP Zanuar Cahyo Wibowo saat dihubungi pada Rabu (18/12/2019).

Salah satu kecelakaan yang paling viral adalah kecelakaan beruntun pada 2 September 2019 yang melibatkan 20 kendaraan dan empat di antaranya terbakar.

Akibatnya delapan orang tewas, tiga luka berat, dan 20 luka ringan.

Polisi menetapkan dua tersangka pada kecelakaan itu. Mereka yakni DH dan SB, sopir dump truck bermuatan tanah.

Namun, karena meninggal dalam kecelakaan itu, status tersangka DH gugur secara hukum.

Truk yang dikendarai DH dan membawa tanah merah berpasir ke salah satu perusahaan keramik di Karawang itu mengalami gangguan fungsi rem saat melintasi turunan sepanjang 7 kilometer di ruas tol Purbaleunyi KM 97-90.

"Hal itu mengakibatkan panasnya cakram dan berkurangnya koefisien rem."

"Sehingga licin dan kendaraan meluncur terus. Kendaraan kemudian terguling di kilometer 91," katanya.

Baca Juga: Ulang Tahun Nike Ardilla ke-44 Tahun: Honor Nike Bisa Hampir Rp75 Juta Untuk Rekaman 1 Kaset yang Berisi 10 Lagu

 

Kasus rem blong sudah sering terjadi di Indonesia.

Umumnya, kecelakaan ini terjadi karena rem bus sudah dipaksa bekerja selama beberapa waktu dan ini berisiko menyebabkan rem blong.

 

Soalnya, berbeda dengan kendaraan kecil (baik yang bermesin diesel atau bensin), bus dan truk yang bermesin diesel punya putaran mesin lebih rendah.

"Karena putaran mesin yang rendah maka kita tidak bisa menggunakan engine brake dengan cara turun gigi pada saat mengurangi kecepatan seperti kendaraan kecil," kata Yuswadi, seorang pemerhati bus dan angkutan berat, kepada Tabloid Otomotif.

Yuswadi menambahkan bahwa ada beberapa penyebab rem blong.

Di antaranya kebocoran pada sistem rem, baik pada saluran hidraulis maupun saluran udara.

Lalu permukaan sepatu rem yang mengeras akibat panas berlebihan.

Umumnya, setiap bus dan truk bermesin diesel dilengkapi petunjuk berupa stiker untuk mencegah terjadinya engine overruning.

Penggunaan rem secara terus menerus untuk mengurangi kecepatan akan berakibat timbulnya panas yang berlebihan pada sistem rem.

Untuk mencegah kecelakaan dari sisi ini, maka perawatan rem seharusnya dilakukan dengan akurat.

Baik pemeriksaan keausan, kebocoran, pembersihan dan penyetelan kampas rem dan brake drum secara periodik dan rutin.

Penggantian parts juga harus dilakukan secara periodik seperti tertera pada buku servis. Misalnya minyak rem dan parts dari karet seperti seal, piston cap, dan slang flexible.

"Terutama pada kampas rem sebagai komponen utama."

"Setiap 5.000 km harus dilakukan pengecekan," ujar Irwan Supriyono, Executive Officer Service & Part PT Hino Motors Sales Indonesia (HMSI).

Baca Juga: Rencana Upah dari Bulanan Jadi Per Jam, Tapi Masih Ada Pekerja Digaji di Bawah UMR

 

 

Mursal Said, Product Dev. & Engineering Manager PT Foton Mobilindo, menengarai sisi teknologi yang sudah ketinggalan zaman sebagai biang keladi rem blong.

"Kemungkinan besar masih memakai sistem rem air over hydraulic yang memang sangat rentan untuk blong."

"Sistem ini tidak memiliki proteksi ketika terjadi rem blong," ujarnya kepada Tabloid Otomotif.

Ini berbeda dengan sistem full air S-cam brake yang digerakkan udara yang memang lebih maju teknologinya.

Sistem ini sudah dipakai untuk bus dengan sasis MercedesBenz dan kendaraan keluaraan Eropa lainnya.

Sistem ini memungkinkan mobil langsung berhenti ketika terjadi kerusakan pada pengereman baik yang ditimbulkan kemampuan kampas rem yang merupakan komponen utama maupun kebocoran dari oli.

Sistem S-cam brake ini bekerja kalau tekanannya di atas 6 bar.

Namun begitu tekanan di bawah 6 bar maka otomatis akan langsung mengunci dengan sendirinya alias berhenti.

S-cam ini memiliki keamanan lebih tinggi karena memakai dua katup dan spring type chamber.

Selain itu kendaraan sekarang juga sudah dilengkapi ABS (anti-lock braking system).

Peranti ini merupakan peranti standar kendaraan sesuai dengan Euro 2. (Muh. Habib/Farida Farhan)

(Artikel ini telah tayang di kompas.com dengan judul "KALEIDOSKOP 2019: Kecelakaan di Tol Cipularang yang Tewaskan 26 Orang")

Baca Juga: Identitas Kerangka Manusia di Sebuah Septic Tank Terungkap: Inilah Teknik yang Bisa Ungkap Identitas Korban Walau Hanya Tinggal Kerangka