Find Us On Social Media :

Menjadikan Borobudur sebagai Destinasi Super Prioritas, Kementerian Pariwisata Mengembangkan Tur Interpretatif Berbasis Storynomic Tourism

By Intisari Online, Jumat, 29 November 2019 | 14:32 WIB

Candi Borobudur

Mengenal Lebih Dekat Kehidupan Masyarakat Sekitar Borobudur

Salah satu misi utama strategi Storynomics Tourism adalah menghidupkan tidak hanya cerita relief di Candi Borobudur, tetapi juga menghidupkan desa-desa di sekitar Borobudur.

Pada kenyataannya, kehidupan masyarakat di sekitar Borobudur adalah sebuah tinggalan sejarah yang tak lepas dari candi yang dulu dikenal dengan nama Bhumi Shambara Budhara. Karena itu, jika memiliki kesempatan untuk berkeliling Borobudur, baik itu dengan numpak andong atau berwisata safari dengan VW, jangan ditolak atau dilewatkan.

Pada zaman dulu, kita mengetahui bahwa Candi Borobudur adalah pusat aktivitas dengan dikelilingi oleh desa-desa dan danau purba. Banyak desa yang digadang-gadang adalah desa yang sejak dulu ada.

Masyarakat di desa-desa ini biasa dikenal karena memiliki spesialisasi tertentu, bahkan masih dilakukan hingga sekarang. Seperti, masyarakat Dusun Klipoh Desa Karanganyar yang masih setia sebagai perajin gerabah.

Dalam perkembangannya, kini, banyak dusun atau desa di sekitar Borobudur yang berkembang menjadi destinasi wisata baru. Di antaranya, Desa Tuksongo yang terkenal sebagai penghasil dan perajang tembakau, atau Tanjungsari yang terkenal dengan hasil madunya.

“Kita berharap Borobudur dan kawasan sekitarnya, seperti Prambanan dan Mendut, berkembang lebih pesat. Supaya lebih banyak orang, terutama wisatawan mancanegara, yang mengetahui bahwa Indonesia tidak hanya Bali,” tambah Revalino.

Upaya Kemenpar dengan strategi Storynomics Tourism ini bisa jadi merupakan titik cerah agar destinasi wisata Indonesia tidak lagi hanya berfokus pada “wisata selfie” atau “destinasi Instagrammable”—yang berakhir dengan membangun fasilitas-fasilitas konyol dan tidak sustainable hanya untuk kepentingan foto. Namun, justru condong pada memperkuat konten narasi yang selama ini sudah Indonesia miliki, tetapi belum cukup mendapat panggung. (Astri Apriyani)

Baca Juga: Jam Raksasa Candi Borobudur Ungkap Bahwa Matahari Tak Selalu Terbit di Timur, Ini Penjelasannya