Find Us On Social Media :

Stop Sampah Plastik! Berbelanjalah di Bulkstore

By Agus Surono, Senin, 16 Desember 2019 | 06:00 WIB

Salah satu bulkstore di kaawasan Kemang Jakarta Selatan.

Padahal, belum tentu bahan itu akan kepakai semua. Alhasil akan menumpuk di dapur. Jika ada masa kedaluwarsanya bisa jadi bahan itu masih ada ketika tanggal kedaluwarsanya lewat. Itu pula yang dirasakan Kiana yang suka memasak ini. “Saya pernah beberes soal bumbu-bumbu dapur ini. Hilang tuh kira-kira seperempat bumbu-bumbu dapur yang ada di stok saya. Karena sudah lewat kedaluwarsanya. Beruntung saya membeli bumbu-bumbu organik sehingga ketika dibuang tak mencemari lingkungan. Malah bisa menjadi pupuk. La kalau bukan organik?” tanya Kiana yang sudah lama bergabung dengan Komunitas Organik Indonesia (KOI)  ini.

To do something” yang lain demi bumi juga dilakukan oleh Putri Arif Febrila, yang bersama dengan empat teman wanitanya mendirikan The Bulkstore & Co di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Jika Naked.Inc milik Kiana beroperasi mulai awal April 2019, The Bulkstore & Co dibuka pada 26 Mei 2019. “Konsepsinya sendiri sudah berjalan dari sejak akhir tahun 2017, tapi karena kami semua punya pekerjaan full-time masing-masing, jadi sedikit tertunda. Kita semua memiliki background yang berbeda-beda, tapi punya satu visi yaitu ke depannya gaya hidup yang lebih sehat untuk bumi itu harus dilakukan dan harus diadaptasikan,” kata Putri yang menjabat Head of Marketing The Bulkstore & Co.

Sama seperti Kiana, Putri dan teman-temannya merasa beruntung karena memiliki pemahaman akan cara hidup yang lebih sehat dan hijau melalui pengalaman, komunitas yang mereka ikuti, serta bidang yang mereka cemplungi. “Sejak beberapa tahun terakhir, isu-isu penyebab pemanasan global dan rusaknya ekosistem mulai muncul di permukaan. Senang sudah ada progresnya, tapi bisa lebih baik lagi,” kata Putri.

Baca Juga: Menteri Susi: Pada 2030, Bisa Jadi Jumlah Sampah Plastik di Lautan akan Jauh Lebih Banyak dari Jumlah Ikan

Pasta gigi berubah bentuk

Baik Kiana maupun Putri dan teman-temannya ingin mengedukasi pasar tentang cara berbelanja dan konsumsi barang kebutuhan sehari-hari secara lebih hijau. Secara khusus, mereka ingin berkontribusi dalam pengurangan sampah plastik sekali pakai, pengurangan sampah makanan rumah tangga, pengurangan sampah kemasan, sampah pembalut, dan juga mengubah kebiasaan hidup kaum urban menjadi lebih alami atau lebih selaras dengan alam.

Lebih alami itu dijabarkan dalam produk-produk organik. “Dan hampir 80 persen lokal. Dari teman-teman di KOI. Sampai skincare pun dari KOI. Sisanya karena memang barang itu tidak ada di sini. Misalnya almond atau cranberry,” kata Kiana.

Sementara Putri menjelaskan bahwa sebagian besar bahan pangan di tokonya juga produk organik. “Atau ditanam secara organik meski belum bersertifikat organik.

Barang-barang yang dijual bisa dikelompokkan menjadi dua: pangan dan non-pangan. Dari kelompok pangan ada bahan dasar makanan seperti beras, biji-bijian, kacang-kacangan, mi, bumbu dapur, minyak, garam, gula, kecap, bahan untuk kue/roti, selai, superfood, teh, kopi, cokelat, jamu, sampai ke makanan ringan dan makanan/minuman siap saji lokal.

Untuk yang non-pangan ada produk rumah tangga seperti karbol, cairan pembersih, peralatan dapur, alternatif dari alat/produk sekali pakai, perawatan pribadi natural, hiasan rumah, busana dan aksesori, serta kertas daur ulang.

Beberapa barang bentuknya sangat berbeda dengan yang sudah biasa kita kenal. Seperti pasta gigi. Bentuknya bukan pasta, tapi bubuk dan tablet. (Namanya jadi bukan pasta gigi lagi, tapi bubuk gigi atau tablet gigi). Namun terobosan ini sangat ramah lingkungan sebab selama ini kemasan pasta gigi akan berakhir di tempat pembuangan sampah dan susah terurai. Sebuah foto di Twitter menunjukkan sampah kemasan pasta gigi dari tahun 90-an yang relatif masih bagus. Hanya warnanya saja yang memudar.