Find Us On Social Media :

Stop Sampah Plastik! Berbelanjalah di Bulkstore

By Agus Surono, Senin, 16 Desember 2019 | 06:00 WIB

Salah satu bulkstore di kaawasan Kemang Jakarta Selatan.

Intisari-Online.com - Indonesia sudah kadung dikenal sebagai penggelontor sampah plastik di lautan terbanyak kedua di dunia setelah China. Julukan yang bermula dari hasil penelitian Jenna Jambeck dari Universitas Georgia, Amerika Serikat, itu menyebutkan bahwa Indonesia “mengirimkan” sampah plastik sebanyak 1,2 juta ton per tahun ke lautan. Sementara China 3,53 juta ton.

Meski Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menilai penelitian itu tidak memiliki parameter yang jelas, tak terbantahkan bahwa sampah plastik telah mengotori lautan. Foto ikonik kuda laut yang “menyangklong” cottonbud seakan menjadi puncak gunung es kondisi itu. Juga 5,9 kg sampah plastik yang berada di perut paus sperma yang terdampar di Pulau Kapota, Wakatobi, Sulawesi Tenggara, pada akhir 2018.

Selain itu, seperti yang dikatakan peneliti oseanografi LIPI, Muhammad Reza Cordova, kepada kumparan, merujuk pada perhitungan kasar dengan asumsi sederhana, diperkirakan 100 ribu hingga 400 ribu ton plastik per tahun yang dikonsumsi masyarakat Indonesia masuk ke wilayah laut. Data lain menyebutkan, sebanyak 80 persen sampah baik plastik maupun non-plastik berasal dari kegiatan di darat. Sisanya, 20 persen, berasal dari kegiatan perkapalan, transportasi laut, dan bisa juga berasal dari luar wilayah Indonesia (transboundary debris).

Padahal, 70 persen wilayah Indonesia adalah laut. Kemudian, berdasarkan organisasi pangan PBB, FAO, diprediksi pada 2050 Indonesia akan lebih banyak mendapat sumber pangan dari laut ketimbang darat.

“Makan” plastik dong kita?

Baca Juga: Impor Sampah Plastik Semakin 'Ganas', Telur Ayam di Indonesia Sudah Terkontaminasi Dioksin, Seberapa Bahayakah Hingga Warga Diminta Berhenti Makan Telur? 

Membeli seperlunya

Banyak upaya dilakukan, baik oleh Pemerintah dan swasta, untuk mencegah meluasnya sampah plastik itu. Beberapa individu juga berkomitmen untuk mengurangi penggunaan plastik. Salah satunya melalui toko yang menjual barang curah alias tanpa kemasan.

Ditemui di tokonya, Naked Inc., di kawasan COMO Park, Kemang, Jakarta Selatan, Kiana Lee bercerita banyak soal toko yang di luar negeri dikenal dengan nama bulkstore itu. Sudah lama ia menjalankan hidup sehat. Walakin, sebatas dirinya sendiri. “Kalau saya masak, ya biasanya buat saya sendiri. Orang lain belum tentu sesuai dengan masakan saya. Termasuk Mama saya,” kata Kiana yang sudah lama mengonsumsi pangan organik ini.

Ketika bulan Februari 2019 Kiana berlibur ke Taman Nasional Tanjung Puting, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, ia bisa membuktikan sendiri betapa banyaknya sampah plastik. Jika sebelumnya ia tahu dari media saja soal sampah plastik ini, sekarang ia melihat dengan mata kepala sendiri. “Gila ya, di hutan saja banyak sampah.  Gimana di lautan. Dari situ saya terpikir untuk harus berbuat sesuatu. At least I have to do something.”

To do something”-nya itu adalah membuka toko yang menjual barang-barang keperluan sehari-hari tanpa kemasan. Tak ada plastik yang keluar dari toko ini. Diharapkan pula tak ada sisa barang berarti jika berbelanja di sini. Sebab kita membeli sejumlah yang kita perlukan. Beda dengan toko atau supermarket kebanyakan yang pembeli tak punya kuasa untuk membeli barang dalam kuantitas yang mereka butuhkan. Mau beli bubuk kayu manis misalnya. Ya kuantitasnya sudah ditentukan dan dikemas dari pembuatnya. Kita enggak bisa memilih kuantitasnya, satu gram misalnya.