Find Us On Social Media :

Berkat Orang Inilah Umat Manusia Selamat dari 'Skenario Kiamat' yang Bisa Membinasakan Dunia, Tapi Baru Terungkap 50 Tahun Kemudian

By Afif Khoirul M, Selasa, 12 November 2019 | 14:30 WIB

Vasili Akrhipov, perwira militer Uni Soviet.

Intisari-Online.com - Nama Vasili Arkhipov pria yang mungkin tidak setenar nama-nama tokoh besar dunia, tapi ketahuilah dia mungkin yang menyelamatkan kita hingga hari ini.

Karena Anda pula mungkin tidak tahu hari paling berbahaya dalam sejarah yang hampir memusnahkan seuruh populasi manusia.

Pada 27 Oktober 1962, dunia hampir meledak dalam perang nuklir yang akan memusnahkan dunia.

Namun, hal itu tidak pernah terjadi berkat seorang perwira kapal selam Rusia yang bernama Vasili Arkhipov yang berbicara untuk menggagalkan perang tersebut.

Baca Juga: Buka Selama 7 Hari Pagi Hingga Sore, Toko Jaya Abadi di Magelang Ini Tidak Menjual Apa-apa, Pemiliknya Malah Ungkapkan Hal Ini

Menurut Daily Mirror pada Sabtu (15/6/2019), kisahnya baru terungkap setelah 50 tahun kemudian.

Konon pada waktu itu hanya beberapa detik sebelum bencana mematikan nyaris terjadi.

Menurut Thomas Blanton direktur Arsip Keamanana Nasional di Universitas George Washington, tahun 2002 menyebutkan, "seorang pria bernama Vasili Arkhipov menyelamatkan dunia."

Tahun 2007, setelah 19 tahun kematian Arkhipov, banyak pihak merasa berhutang budi atas tindakan heroiknya atas upayanya menyelamatkan umat manusia.

Baca Juga: Gadis Ini Tiba-tiba Sulit Bernapas dan Tewas Setelah Minum 'Boba Tea', Ternyata Ini yang Sebenarnya Terjadi

Kisahnya berawal ketika dunia dalam cengkeraman krisis misil Kuba ketika perwira Arkhipov berada di kapal selam B-59 Soviet di Karibia dengan intruksi menuju Kuba.

Namun, dalam beberapa hari terakhir ketegangan meningkat dengan pesawat mta-mata AS ditembak di atas Kuba sementara lainnnya tersesat dan menyimpang ke udara Soviet.

Tanggal 27 Oktober 1962, kapal selam Soviet ditemukan pasukan AS, mereka mulai menjatuhkan serangan kepada B-59, yang dimaksudkan sebagai tembakan peringatan.

Mereka dipaksa naik ke permukaan, tetapi mereka tidak mengtahui bahwa B-59 memiliki torpedo nuklir taktis dengan kekuatan bom seperti yang dijatuhkan di Hiroshima.

Baca Juga: Jarang Terungkap, Inilah 'Penyiksaan Bagram' Kejahatan Perang yang Dilakukan Tentara Amerika pada Tahanan Afganistan

Para petugas meluncurkan rudal tersebut tanpa menunggu persetujuan dari Moskow.

Karena percaya bahwa Perang Dunia III telah terjadi ia, kapten kapal selam Valentin Savitsky memerintahkan torpedo nukrir 10 kiloton dipersiapkan oleh B-59 kepada USS Rundolf.

Para kapten dari Soviet berkata, "Mungkin perang sudah dimulai, kita akan meledakkan mereka sekarang, kita akan mati.

"Tapi kira akan menenggelamkan mereka dan tidak akan membuat malu armada."

Baca Juga: Hari Pneumonia Sedunia 2019, Meskipun Mudah Dicegah dan Diobati Penyakit Ini Masih Jadi Pembunuh Utama Anak-anak Balita

Jika torpedo B-59 benar-benar diledakan, awan nuklir akan menyebar dari laut ke darat.

AS tentu akan membalas dengan hulu ledak yang lebih dasyat, dan langsung menyerang Moskow.

Pada gilirannya Rusia akan menjatuhkan nuklir di London, dan pangkalan udara Anglia Timur dan konsentrasu pasukan Jerman.

Gelombang bom Rusia berikutnya akan mamusnahkan ekonomi sipil dan lebih dari setengah populasi orang Inggris akan mati.

Baca Juga: Kalau Saja Kapolsek Iptu Akbar Tidak Bersimpuh dan Memohon, Nyawa Orang Ini Pasti Sudah Melayang Ditebas oleh Warga Pakai Golok

Sementara itu Pentagon akan mengikuti rencana nuklir mereka dengan melemparkan 5.500 senjata nuklir terhadap seribu sasaran termasuk China.

Fakta bahwa skenario kiamat menakutkan akan terjadi, Vasili Arkhipov yang saat itu berusia 34 tahun dan setara dengan Savitsky yang bertanggung jawab di kapal tersebut.

Saat itu, masing-masing tiga kapten memiliki wewenang untuk meluncurkan torpedo nuklir.

Namun hanya bisa dilakukan jika ketiganya menyetujui hal itu.

Baca Juga: Peringatan Buat Orangtua, Balita Ini Jatuh dari Eskalator Gara-gara Ibunya Lakukan yang Banyak Orang Sering Lakukan

Keduanya seutuju namun Arkhipov menolak, dan meyakinkan bahwa dunia bisa dalam bahaya jika ledakan itu terjadi, dia menjelaskan bahwa serangan dari AS hanya tembakan peringatan.

Pada saat yang sama ketika drama terjadi, Presiden AS Kennedy khawatir jika Rusia salah menafsirkan tuduhan atas serangan itu.

Setelah terjadi perdebatan, akhirnya kapal selam Soviet naik ke permukaan, dan bertemu dengan kapal perusak AS. Setelah itu mereka hanya diperintahkan untuk kembali ke Soviet.

Saat itu orang Amerika tidak tahu jika kapal tersebut dilengkapi torpedo nuklir, dan baru terungkap 50 tahun kemudian.

Kepahlawanan Arkhipov telah membuat dunia selamat, dia dipromosikan menjadi wakil laksamana pada 1981 dan pensiun 1980-an, kemudian meninggal 19 Agustus 1998 karena kanker ginjal disebabkan kecelakaan di atas kapal selam nuklir 1961.