Carlos Hathcock, Sniper Marinir AS yang Rela Tak Tidur hingga Merayap 4 Hari Hanya untuk Tempuh Jarak 2,5Km Demi Tembak Jenderal Vietcong

Nieko Octavi Septiana

Penulis

Selama remaja, Hathcock yang tinggal di pedesaan sudah terbiasa memegang senjata api dan pergi berburu sendirian atau ditemani anjingnya.

Intisari-Online.com -Seorang sniper alias penembak jitu haruslah punya stamina dan mental baja apalagi di medan tempur.

Bukan asal main tembak, dibutuhkan konsentrasi dan kesabaran ekstra untukmenembak satu target.

Ini adalah soal kemampuan mengendalikan pikiran, detak jantung, dan pernapasan.

Hal itulah yang dimiliki Carlos Hathcock, sniper ulung Korps Marinir AS (USMC).

Baca Juga: 5 Tokoh Ahli Perang Geriliya Tersohor Dunia, Salah Satunya Kakek Kim Jong-un, Siapa dari Indonesia?

Sebagai seorang sniper, bakat alami Carlos Hathcock sebagaipenembak jitu sudah terlihat dari sejak kecil.

Selama usia remaja, Hathcock yang tinggal di pedesaan Little Rock, Arkansas sudah terbiasa memegang senjata api dan pergi berburu sendirian atau ditemani anjingnya.

Sewaktu berburu, Carlos bahkan mengandaikan sasaran yang ditembak sebagai tentara Nazi Jerman.

Kemahiran Carlos dalam berburu makin menjadi-jadi ketika ayahnya memberikan senapan bekas PD II.

Baca Juga: Lulus Perguruan Tinggi, Pria Ini Berjalan Kaki Inggris-Prancis Tempuh 800Km untuk Tahu Apa yang Benar-benar Diinginkannya dalam Hidup!

Tak hanya ingin menjadi pemburu ulung, Carlos juga bermaksud bergabung dengan militer AS jika usianya sudah cukup.

Ketika berumur 17 tahun Carlos pun diterima di Korps Marinir AS dan segera menjalani latihan dasar kemiliteran.

Kemampuan Carlos sebagai penembak jitu langsung ketahuan ketika dirinya berlatih menembak di pusat pendidikan USMC, Camp Pendleton, sehingga para intruktur selalu mengirimkan Carlos di setiap ajang lomba menembak.

Sewaktu ditempatkan di Company E, 2nd Battalion, 4th Marines, Hawai, Carlos berhasil memenangi lomba tembak Pacific Division dengan mudah.

Baca Juga: Istri Ridwan Kamil Komentari Banyaknya Anak Masuk RSJ Gara-gara Ponsel, Faktanya Beri Anak Gadget Sama Saja dengan Memberinya Kokain

Usai tugas di Hawai, Carlos ditarik lagi ke AS dan ditempatkan di Marine Air Station, Cherry Point, North Carolina.

Berbagai kejuraan menembak kembali dimenangi Carlos dengan score 248 sementara nilai tertinggi yang kemungkinan bisa dicapai oleh para sniper adalah 250.

Nilai 248 yang pernah dipecahkan oleh Carlos belum ada yang melampaui hingga saat ini.

Tahun 1965 ketika USMC menggelar lomba menembak Wimbledon Cup di Camp Perry yang diikuti lebih dari 3000 petembak, Carlos kembali memenangkan lomba yang di kalangan USMC merupakan lomba tembak paling elit.

Baca Juga: Menuntut Istana Buckingham, Pria Ini Mengaku Ayahnya Sebagai Pewaris Sah Takhta Kerajaan Inggris dari Hasil Hubungan Rumit Sang Raja

Pada tahun 1966 ketika Carlos ditempatkan ke Vietnam yang kemudian dilanda perang besar yang melibatkan puluhan ribu pasukan AS, tugas utamanya bukan sebagai pasukan tempur melainkan Polisi Militer.

Peran Carlos sebagai sniper baru terlaksana ketika Kapten Marinir Edward James Land bermaskud menggalakkan ketersediaan sniper di setiap peleton pasukan marinir.

Sebagai peraih piala juara menembak Wimbledon Cup, Carlos kemudian ditempatkan di medan tempur yang terkenal ganas, Bukit 55, dengan tugas spesifik melumpuhkan para petinggi Vietcong dan Pasukan Vietnam Utara serta melumpuhkan sebanyak mungkin sniper lawan (countersniper).

Kehadiran Carlos yang didampingi seorang observe (spotter) berpengalaman dan kebetulan dibesarkan di kawasan Pasifik yang beriklim tropis banyak membantu Carlos.

Baca Juga: Modal Pinjam Uang Teman, Uday Kotak Malah Jadi Bankir Terkaya di Asia, Gandakan 4 Kali Lipat Kekayaannya dalam 1 Dekade

Tembakan jitu Carlos pun segera memakan korban. Puluhan personel Vietcong dan pasukan Vietnam Selatan tewas akibat tembakan maut Carlos yang bersenjata Winchester Model 70.

Salah satu taktik Carlos untuk menghabisi Vietcong adalah menembak personel yang berada di baris paling depan dan selanjutnya menghabisi Vietcong yang berada di barisan paling belakang.

Pasukan Vietcong yang kebingungan dan berusaha bersembunyi kemudian menjadi sasaran tembakan jitu Carlos satu demi satu hingga semua personel Vietcong habis.

Selain menghabisi musuh yang berhasil diendapnya, Carlos juga mendapat tugas khusus untuk menghabisi sasaran spesifik.

Baca Juga: Lakukan Ritual Tahunan, Kim Jong-un Tunggangi Kuda Putih di Gunung Suci, Tanda Pembangkangan Korut pada Sanksi Internasional?

Dua sasaran besar yang pernah dibereskan Carlos adalah interogator asal Perancis yang bertugas di pasukan Vietcong.

Interogator yang dikenal kejam itu bertugas menyiksa para pilot AS yang tertawan dengan mengajukan pertanyaan yang disertai siksaan kejam.

Teror yang selalu dilancarkan interogator Perancis di seputar Bukit 55 demikian terkenal dan membuat takut para pasukan marinir AS.

Setelah melakukan pengendapan secara seksama, satu butir peluru Winchester Model 70 yang ditembakkan Carlos akhirnya berhasil menumbangkan interogator Perancis yang nahas itu.

Baca Juga: Melahirkan Bayi 'Sumo', Ibu Ini Sebelumnya Memang Menduga Bakal Memiliki Bayi Gemuk, 'Tapi Tak Sebesar Ini'

Tugas lain yang bagi Carlos sangat menantang dan butuh kesabaran serta stamina tinggi adalah ketika dirinya mendapat misi rahasia untuk membunuh salah satu jenderal Vietnam Utara.

Perlu waktu, ketrampilan dan kesabaran tinggi untuk mencapai kemah sang Jenderal dan selalu dalam penjagaan ekstra ketat. Selama tiga hari Carlos tidak tidur dan terus merayap mendekati posisi jenderal Vietnam Utara yang berada di tendanya.

Setelah merayap kurang lebih 2,5 km yang ditempuh secara perlahan dan nyaris memakan waktu empat hari, pada hari yang ke empat itu, pada jarak 731,52 m, sang jenderal tampak keluar dari tendanya.

Sebuah tembakan tunggal dari senapan Carlos menghantam tepat di bagian dada dan jenderal Vietnam Utara yang menjadi sasaran pun jatuh tewas.

Baca Juga: 6 Fakta Seorang 'Sniper', Harus Ekstra Sabar hingga Mau Buang Air Penuhi 'Panggilan Alam' Saja Ribetnya Minta Ampun

Untuk membalas kematian petingginya pasukan Vietnam Utara segera melancarkan gempuran tembakan meriam artileri dan mortir dalam jumlah besar ke posisi pasukan AS yang bertahan di Bukit 55.

Gempuran masif itu juga diharapkan bisa membunuh Carlos dan spotter-nya yang saat itu berusaha keras menuju Bukit 55 di bawah hujan peluru artileri musuh.

Tapi Carlos yang sudah kelelahan dan kurang tidur akhirnya bisa kembali selamat ke sarangnya tanpa luka sedikit pun.

Carlos bahkan tetap selamat hingga Perang Vietnam usai. Selama bertugas sebagai sniper di Vietnam, Carlos behasil membunuh 93 prajurit Vietnam Utara dan gerilyawan Vietcong. (Agustinus Winardi)

Baca Juga: Wahai Wanita Berambut Panjang, Jangan Pernah Lakukan 7 Hal Ini Jika Tidak Ingin Menyesal dan Kecewa

Artikel Terkait