Find Us On Social Media :

Sering Mengecek Ponsel dan Menjelajah Internet Tanpa Tujuan? Saraf 'Tak Berguna' Ini Penyebabnya!

By Nieko Octavi Septiana, Selasa, 15 Oktober 2019 | 06:00 WIB

Ilustrasi menjelajah internet

Intisari-Online.com - Di zaman yang serba berbasis digital ini tak aneh jika kita sering membuka gadget dan mengakses internet.

Namun, pernahkah Anda mengecek ponsel kemudian menjelajah internet tanpa tahu apa yang akan dilakukan alias tanpa tujuan?

Ternyata fenomena yang umum terjadi ini bisa dijelaskan secara ilmiah dan hasil laporannya telah terbit di jurnal PNAS.

Para ilmuwan dari Hass School of Business UC Berkeley yang terlibat dalam riset menjelaskan, kebiasaan ini dilakukakan karena otak manusia membutuhkan pengetahuan, entah apakah informasi itu penting atau tidak.

Baca Juga: Dampingi Istrinya Melahirkan, Seorang Suami: Saya Tidak Pernah Tahu Betapa Beratnya Istriku, Sampai Saya Melihatnya Melahirkan

Menurut mereka, informasi dapat dapat merangsang sistem penghargaan dopamin manusia. Ini sama seperti yang terjadi bila kita mengonsumsi junk food, minuman beralkohol, atau mendapat uang.

Dopamin adalah salah satu zat kimia di otak (neurotransmiter) yang berperan mempengaruhi emosi, gerakan, sensasi kesenangan dan rasa sakit.

Dopamin memegang peranan penting dalam banyak fungsi tubuh manusia.

"Bagi otak, informasi ibarat hadiah. Terlepas dari informasi itu bermanfaat atau tidak," kata penulis penelitian dan ahli neuroekonomi Ming Hsu, dilansir MNN, Sabtu (5/10/2019).

Baca Juga: 'Dia Pria yang Baik, Banyak Anak Menyukainya', Kata Mantan Teman Kim Jong-Un Saat Sekolah di Swiss, Tapi Pengawalnya Malah Berikan Kesaksian yang Amat Berbeda

"Ini sama seperti otak kita yang menyukai kalori kosong dari junk food. Otak dapat menilai informasi yang membuat kita merasa lebih baik, meski informasi tersebut tak bermanfaat. Kalau orang bilang, rasa ingin tahu yang tidak berguna," imbuh Ming Hsu.

Memahami saraf rasa ingin tahu

Ming Hsu dan timnya meneliti hal ini karena mereka penasaran akan rasa ingin tahu itu sendiri.

"Penelitian kami mencoba menjawab dua pertanyaan. Pertama, dapatkah kita mencocokkan pandangan ekonomi dan psikologis tentang rasa ingin tahu, atau kenapa orang mencari informasi? Kedua, seperti apa rasa ingin tahu di dalam otak?" ujar Hsu.

Baca Juga: Ketika Pasukan Elite Inggris Dibuat Kepayahan Ladeni Segala Manuver Pasukan Kostrad, Malah Jadi Sasaran Empuk

Banyak ahli ekonomi menganggap keingintahuan berorientasi pada tujuan konkret. Dengan kata lain, keingintahuan membantu manusia untuk membuat keputusan yang menguntungkan.

Sementara dari pandangan psikolog, rasa ingin tahu berfungsi untuk memenuhi keinginan diri, yakni mengetahui suatu hal.

Terlepas dari kedua pandangan tentang rasa ingin tahu di atas, Hsu dan tim memilih melihat bagaimana saraf rasa ingin tahu bekerja.

Mereka mengumpulkan sejumlah peserta penelitian untuk bermain judi.

Selagi responden bermain judi, para ahli memindai otak mereka.

Dalam permainan tersebut, para peserta diminta membuat keputusan untuk mengeluarkan uang seberapa banyak demi mendapat informasi peluang menang.

Dalam beberapa kasus, informasi itu sebenarnya berharga, dan dalam kasus lain, ada yang menganggap informasi itu tidak begitu berharga.

Namun studi menunjukkan, peserta mencari informasi berdasarkan manfaat dan antisipasi dari manfaatnya.

Maksudnya, meski sebagian besar pilihan didasarkan pada berapa banyak uang yang bisa dimenangkan oleh mereka jika mengetahu informasi yang ditawarkan, tetapi banyak peserta memilih untuk melihat informasi terlepas dari target uang yang dimenangkan tersebut.

"Mereka melakukan antisipasi yaitu memilih membayar untuk sebuah informasi untuk memperbesar peluang menangnya bagi mereka, dan antisipasi (informasi) tersebut sebagai hadiah yang lebih menyenangkan atau dianggap lebih berharga," kata Hsu.

Baca Juga: Arteria Dahlan Tak Terima DPR 'Dihujat' Emil Salim: DPR 2014-2019, Syarat Kontroversi, Kebanyakan Soal 'Perut' bukan Soal Rakyat

Hubungan neuron antara informasi dan uang

Ketika pemindaian otak dianalisis, para peneliti menemukan bahwa informasi yang berkontribusi pada pengetahuan peluang menang judi berhasil mengaktifkan bagian otak yang sama yang bertanggungjawab untuk penilaian, disebut Striatum dan Ventromedical Prefrontal Cortex (VMPFC).

VMPFC merupakan area otak atau tempat sistem hadiah penghasil dopamin distimulasi.

VMPFC juga merupakan tempat dopamin dilepaskan melalui pemikiran dan keinginantahuan tentang makanan, narkoba, dan uang.

Dengan memanfaatkan teknik pembelajaran mesin yang dikenal sebagai Support Vector Regression, para peneliti menemukan kode saraf yang sesuai dengan respon otak terhadap uang dan kode saraf terhadap rela membayar demi sebuah informasi dalam penelitian di atas adalah sama.

Baca Juga: Mobilnya Hancur Setelah Tertimpa Batu Besar dari Gunung, Pengemudi Ini Ditemukan dalam Kondisi yang Bikin Geleng-geleng Kepala

Ini berarti sejauh menyangkut apa yang ada di otak manusia, alhasil sebuah informasi dapat ditransmisikan ke dalam uang.

"Kita dapat melihat ke dalam pemikiran di otak dan memberi tahu seberapa besar seseorang itu menginginkan sepotong informasi, dan kemudian kita terjemahkan aktivitas otak itu ke dalam jumlah uang," ujarnya.

Kecanduan informasi internet Nah, penelitian di atas berpotensi mengungkap kenapa begitu banyak orang yang terhubung ke internet dan menjadi kecanduan internet.

Di mana hal ini membuat manusia terus-menerus mencari informasi di internet, terlepas dari penting atau tidak terhadap kehidupannya.

"Sama seperti junk food, ini mungkin situasi di mana mekanisme adatif yang sebelumnya dieksploitasi sekarang, karena kita memiliki akses yang belum pernah terjadi sebelumnya ke keinginantahuan yang baru," ucapnya.

Baca Juga: Bayinya Meninggal Kesetrum, Ibu Ini Menangis Histeris Sambil Ucapkan Kalimat Ini Berharap Anaknya Hidup Kembali

Kecanduan internet telah dilihat sebagai masalah dan kebiasaan yang sulit dibuang.

Namun, penelitian ini secara tidak langsung mengungkap kenapa manusia tidak bisa berhenti dari kecanduan internet.

Bahkan hal itu bisa jadi karena hubungan kecanduan informasi dari internet sebagai sistem rangsangan terhadap kinerja dopamin di otak sangatlah kuat. (Ellyvon Pranita)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Alasan Kenapa Kita Kecanduan Menjelajah Internet Tanpa Tujuan