Punya Hobi Tak Lazim, Remaja 14 Tahun Ini Mampu Lakukan Rekayasa Genitka dari Laboratorium Bawah Tanahnya Sendiri

Ade S

Penulis

Selesai sekolah dan pekerjaan rumahnya, ia langsung menuju ruang bawah tanah dan mulai bekerja di lab sainsnya.

Intisari-Online.com -Usia remaja pada umumnya diisi dengan melakukan sesuatu untuk kesenangan pribadi.

Pergi main bersama teman atau menonton film di bioskop.

Namun yang dilakukan remaja 14 tahun di Kanada ini sungguh berbeda.

Melansir CBC, Rabu (9/10/2019), gadis 14 tahun itu menghabiskan waktu luangnya di laboratorium bawah tanahnya.

Baca Juga: MiG-29 Fulcrum, Pesawat Tempur Kebanggaan AU Korea Utara nan Canggih, Tapi Jam Terbang Pilotnya 'Enggak Ada Apa-apanya' Dibanding Pilot Indonesia

Tak seperti kebanyakan anak, ketika Patricia Rea menyelesaikan hari di sekolah dan pekerjaan rumahnya, ia langsung menuju ruang bawah tanah dan mulai bekerja di lab sainsnya.

Penelitian terbarunya adalah rekayasa genetika ragi dan protein darieelpout - ikan bersirip seperti belut.

Dia melakukan penelitian itu dengan harapan bisa membuat mereka bertahan lama dalam panas dan dingin ekstrem, seperti kondisi di Mars.

Ia melakukan itu karena memikirkan suatu saat lagi manusia tidak bisa hidup di Bumi.

Baca Juga: Ayah Tercinta Meninggal Jelang Pernikahan, Wanita Ini Lakukan Hal 'Mistis' pada Abu Jenazah Sang Ayah di Hari Pernikahannya

"Maksud saya matahari perlahan-lahan mengembang dan akhirnya akan membakar segala sesuatu di Bumi," katanya.

Dia menjelaskan, "Jika kita ingin bertahan hidup, kita harus melihat ke atas dan pergi."

Dia mengatakan bahwa suka itu harus jelas.

Rea sangat sibuk minggu ini saat dia bersiap untuk Global Bio Summit di Massachusetts Institute of Technology (MIT) yang bergengsi.

Baca Juga: Membongkar 'Celengan Babi' Kim Jong-Un, Sumber Dana Tak Terbatas untuk Biayai Hidup Mewahnya, Pantas Tak Pernah Bangkrut Meski Negaranya Kena Sanksi!

Dia akan mempresentasikan penelitiannya dan berbicara di panel.

Remaja itu menyebut kesempatantersebut adalah mimpi yang menjadi kenyataan, meskipun dibutuhkan banyak kerja keras untuk mencapainya.

"Aku sekolah, aku pulang, mengerjakan pekerjaan rumah, lalu aku melakukan ini dan kehidupan sosialku jadi sia-sia," katanya sambil tertawa.

Harapan Rea adalah bahwa suatu hari koloni yang hidup di Mars akan dapat menggunakan penemuannya untuk memodifikasi ragi, dengan menggunakan protein belut, untuk membuat makanan dan plastik.

Baca Juga: Perlakuan Keji Diterima Wanita Muslim di 'Kamp Konsentrasi' China: Dirudapaksa hingga Dipaksa Lakukan Aborsi Brutal

'Ranah miliknya sendiri'

Rea telah memukau komunitas sains Kanada selama beberapa tahun.

Justin Pahara, kepala ilmuwan di perusahaan bioteknologi yang berpusat di Alberta, Amino Labs, dan salah seorang mentornya mengatakan penelitian Rea mendorong batasan dalam biologi.

"Proyeknya melampaui apa yang kita lakukan secara terestri di Bumi dan juga perubahan yang sangat menarik ini di mana umat manusia akan berada dalam satu atau dua dekade," katanya.

Baca Juga: Kisah Remaja Malang yang Terkena HIV, Tewas Secara Tragis karena Orangtuanya yang Merasa Malu Malah Lakukan Hal Tak Berperikemanusiaan Ini

"Dia pergi ke ranahnya sendiri."

Tetapi jika Anda berpikir Rea hanya sampai sejauh ini karena orangtuanya adalah ilmuwan genius dalam hak mereka sendiri, Anda akan salah.

Tidak ada yang memiliki latar belakang sains, dan mengakui bahwa mereka tidak selalu sepenuhnya memahami penelitian putri mereka.

Namun, ayahnya, Jim Rea, mengatakan mereka melakukan yang terbaik untuk memperlakukan sains seolah-olah itu adalah kegiatan ekstra kurikuler lainnya.

Baca Juga: Dalam Rangka Peringatan Bulan Mutu Nasional, Tribunnews Terima Anugerah Tokoh Standardisasi 2019 dari BSN

"Kami mungkin menghabiskan jumlah uang yang sama untuk persediaan laboratorium dan peralatan ketika seseorang memperlengkapi kiper untuk tim hoki," kata Jim.

Meski dia jauh di depan kebanyakan siswausia 14 tahun lainnya, Rea jugatetaplah seorang remaja yang tidak bisa melakukan segalanya sendirian.

Akhir pekan ini, ayahnya akanmenemaninya ke MIT.

"Aku tidak bisa melakukan semua itu sendirian," katanya.

Artikel Terkait