Find Us On Social Media :

Dikenal Sebagai Negara Miskin dan Terbelakang, Nyatanya Beginilah Kondisi Ekonomi Korea Utara Sesungguhnya, Anda akan Terkejut!

By Afif Khoirul M, Selasa, 8 Oktober 2019 | 17:00 WIB

Fakta kehidupan Korea Utara dan pertumbuhan perekonomiannya.

Intisari-online.com - Korea Utara adalah negara komunis yang menyimpan teka-teki karena menutup diri dari dunia.

Bahkan tak jarang jurnalis melakukan liputan untuk mengungkap situasi di Korea Utara.

Beberapa di antaranya mengungkap kehidupan, orang-orang Korut yang hidup dalam kemiskinan, dan kekurangan pangan.

Melansir Business Insider lebih dari 40% orang Korea Utara kekurangan gizi.

Baca Juga: Ingin Buang Racun dari Usus Dan Hati? Coba Saja Minum 1 Sendok Tanaman Obat Ini Sebelum Tidur

Sejak tahun 2000 persentase orang Korea kekurangan Gizi meningkat dari 37.5% menjadi 43.45 pada 2018, menurut Global Hunger Index.

Selain itu, Korea Utara juga merupakan negara yang paling ketinggalan soal teknologi dan Internet.

Meski demikian, ada sekelumit pertanyaan mengapa negeri terbelakang itu tidak berada di ambang kebangkrutan.

Bahkan situasi ekonominya juga tidak pernah terungkap dalam situasi buruk, berikut ini ada beberapa fakta mencengangkan soal ekonomi Korea Utara.

Baca Juga: Disebut Polisi Sebagai Plat Nomor Paling Cantik yang Pernah Dilihatnya, Begini Cara Dapatkan Plat Nomor Polisi Cantik

Ada Triliunan dolar mineral di bawah tanah Korea Utara

Korea Utara mungkin duduk di atas cadangan mineral yang banyak dengan nilai hampir 10 triliun dollar AS (Rp141.500 Triliun) sedangkan negara lain hanya mencapai 6 triliun dollar AS (Rp8490 triliun) menurut data Quartz.

Endapan dapat mencakup lebih dari 200 jenis mineral, termasuk besi, emas, seng, tembaga, dan grafit. 

Demikian juga, ada banyak logam langka yang digunakan dalam produksi ponsel pintar di Cina dan Korea Selatan.

Perkiraan nilai mineral sebagian besar berasal dari perusahaan Korea Selatan, meskipun Quartz mencatat bahwa Korea Utara menjalankan tambangnya secara tidak efisien dan penambangan swasta ilegal di negara komunis itu.

Baca Juga: Kisah Muhammad Ali di Istana Megah untuk Karantina Sebelum Pertandingan Tinju: Habiskan Waktu Bersama Diktator Kejam hingga Berselingkuh

Kim Jong-Il menghabiskan 800.000 dollar AS untuk membeli Hennessy

Ayah Kim Jong-Un, Kim Jong-Il menghabiskan lebih dari 800.000 dollar AS (Rp11 miliar)  untuk membeli Hennessy, menurut US News & World Report.

Kemudian, mereka menjual minuman itu di Korea Utara.

Perbotolnya memiliki harga mencapai, 630 dollar AS (Rp8,9 juta), sehingga Korea Utara mendapatkan pendapatan tahunan 1.000-2.000 dollar AS (Rp14-28 juta).

Baca Juga: Ahli Sebut Wanita 3 Kali Lebih Rentan Stres daripada Pria, Ini Alasannya

Sistem ekonomi di bawah tanah

Sebagai negara komunis, ekonominya dijalankan dari bawah tanah, ada dua harga untuk semuanya.

Satu pekerja mungkin dibayar kecil dari pekerja lain yang dipekerjakan oleh pabrik di Tiongkok.

Seorang pekerja tekstil di perusahaan milik negara Pyongyang mungkin menghasilkan 3.000 won Korea Utara per bulan (Rp35 ribu).

Sementara pekerja yang sama mungkin menghasilkan 100 kali lipat dengan bekerja di pabrik yang berafiliasi dengan China.

Baca Juga: Tiga Pola Diet Buat Penderita Asam Urat Agar Tak Sering Kambuh

Hacker Korea Utara menghasilkan 670 juta Dollar AS  mata uang asing dan virtual

Beberapa warga menemukan jalan mereka ke internet di Korea Utara, lebih dari 670 juta dollar AS (Rp9,4 triliun) mata uang dan cryptocurrency telah dicuri oleh peretas Korea Utara, menurut sebuah laporan oleh Dewan Keamanan PBB .

Hasil tangkapan besar yang dilakukan oleh para peretas termasuk 81 juta dollar AS dari Bank Sentral Bangladesh, 13,5 juta dollar AS dari Cosmos Bank di India, dan 10 juta dollar AS dari jaringan ATM Bank Chili.

Baca Juga: 5 Manfaat Jahe untuk Wanita, Termasuk Redakan Haid dan Turunkan Berat Badan

Korea Utara menghasilkan 50 juta dollar AS setahun dari kegiatan ilegal

Bukan hanya peretasan, Pemerintah Korea Utara juga menghasilkan 50 juta dollar AS (Rp708 miliar) dari kegiatan ilegal seperti penjualan narkoba dan mata uang AS palsu.

Meski demikian, Korea Utara membantah klaim itu, namun tidak mau menunjukkan statistik ekonomi resmi.

Sehingga PBB sulit menentukan kebenaran, dan menyebut dana ilegal itu digunakan untuk mendanai gaya hidup mewah Kim.