Fakta Kaisar Hirohito, Sang Tenno Heika Jepang Masa Perang Dunia II yang Tak Boleh Dipandang oleh Mata Rakyat Jelata

Tatik Ariyani

Penulis

Dalam kisah sejarah terkait Perang Dunia II, nama Kaisar Hirohito selalu disebut, inilah fakta sang Tenno Heika.

Intisari-Online.Com -Nama Hirohito mendunia sebagai Kaisar Jepang saat zaman kisruh Perang Dunia II.

Sesuai urutan suksesi tradisional, Hirohito adalah Kaisar Jepang ke-124.

Ia memerintah dari 1926-1947, pada awal pemerintahannya, Jepang sudah menjadi salah satu kekuatan besar.

Kaisar Hirohito menjadi 'target' utama Pengadilan Kejahatan Perang usai palagan akbar Perang Pasifik usai.

Baca Juga: Operasi Ten-Go, Serangan Gila Angkatan Laut Jepang Demi Perlihatkan Jiwa Bushido yang Berakhir Mengenaskan

Tercatat Rusia dan China ingin Hirohito diadili dan digantung saja sebagai hukuman karena memantik berbagai kebrutalan di Asia.

Mengutip Ancient Origins dan P.K Ojong: Perang Pasifik, ada beberapa fakta menarik mengenai Hirohito.

1. Perkawinan

Sudah barang tentu jika Kaisar Jepang haruslah mempunyai pendamping yang sepadan.

Baca Juga: Larangan Telah Dicabut, Jepang Akan Lakukan Salah Satu Eksperimen Paling Kontroversial: Hibrida Manusia-Hewan

Contoh saja Hirohito yang menikah dengan wanita trah bangsawan karena aturan kekaisaran yang tak membolehkan anggota kerajaan menikahi rakyat jelata.

Namun semua berubah pada abad ke-20 usai Jepang keok di tangan Sekutu, dimana anak Hirohito, Akihito menikah dengan rakyat jelata bernama Michiko Soda pada 1956.

Otomatis peraturan kekaisaran Jepang selama ratusan tahun mengenai perkawinan ini sudah tak berlaku lagi.

Baca Juga: Perjuangan Mendur Bersaudara Abadikan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Bohong Pada Jepang Hingga Manjat Pohon

2. Kaisar Ilahi

Kaisar Jepang mempunyai julukan Tenno Heika yang berarti Kedaulatan Surgawi alias Kaisar adalah keturunan Dewa.

Namun usai kekalahan Jepang pada Perang Pasifik, Hirohito mulai menanggalkan sebutan ini karena malu. Merasa 'Dewa' kalahdengan negara kapitalis manusia Amerika.

3. Tak Sudi berbicara di depan umum

Salah satu aturan kekaisaran Jepang selama beratus tahun ialah sang kaisar tak boleh berbicara di depan umum.

Hal ini lantaran perkataan kaisar dianggap 'Wahyu Ilahi' bagi rakyatnya.

Baca Juga: Misteri Rasputin dalam Rahasia Kekaisaran Rusia, Pria 'Bergaya Suci' yang Mengaku Punya Kekuatan Mistis Lewat Hubungan Badan

Namun semua mendadak berubah ketika Hirohito melakukan siaran radio pada tahun 1945.

Dalam siaran itu Hirohito mengumumkan jika negaranya harus menyerah kepada Amerika.

Rakyat dan tentara Jepang terhenyak seketika mendengar ini.

Mereka membungkuk dan berlutut di depan corong radio karena mendengar pertama kali suara kaisar yang dipujanya menyuruh menyerah kepada musuh.

Sebuah Wahyu bermakna kekalahan.

Mata rakyatnya juga tak boleh memandangnya jika iring-iringan Kaisar sedang lewat didepan mereka.

Baca Juga: Pabrik Roti dengan Urin Serta Menyamar Sebagai Lelaki, Gambaran Suasana di Kamp Tawanan Perang Jepang di Indonesia oleh Dua Penyintas

4. Kekaisaran hampir dibubarkan

Usai Hiroshima dan Nagasaki dilalap bom atom, Jepang mulai ketakutan sasaran bom berikutnya adalah istana kekaisaran Tokyo.

Tak pelak Hirohito langsung mengumumkan kekalahan Jepang.

Usai menyerah, Amerika berencana membubarkan saja kekaisaran Jepang dan mengadili Hirohito sebagai penjahat perang di Mahkamah Internasional.

Panik bukan main rakyat Jepang mengetahui jika Kaisarnya akan diseret layaknya penjahat ke meja hijau dan kemungkinan akan digantung sebagai hukumannya.

Baca Juga: Dari Unit 731 Hingga Pawai Kematian Baatan, 5 Fakta Kekejaman Jepang Dalam Perang Dunia II

Namun hal ini urung dilakukan oleh Amerika lantaran rakyat Jepang bisa memberontak jika Hirohito diadili.

Kekaisaran tak jadi dibubarkan, namun dilucuti semua kekuasaannya dan kaisar hanya boleh menjadi simbol pemersatu Jepang.

Hal ini sama saja membuat kekaisaran Jepang sekarang hanyalah ornamen penghias negaranya, tanpa kekuasaan. (Seto Aji)

Artikel ini telah tayang di Sosok.ID dengan judulFakta Hirohito Kaisar Jepang, Segala Perkataannya Dianggap Perintah Tuhan, Ia Juga Tak Boleh Dipandang Oleh Mata Rakyat Jelata

Artikel Terkait