Advertorial
Intisari-Online.Com -Jepang akan mengembangkan hibrida manusia-hewan dalam bentuk embrio setelah pemerintah menyetujui penelitian sel induk yang kontroversial.
Melalui penelitian ini sel-sel manusia akan ditumbuhkan dalam embrio tikus, kemudian dimasukkan ke dalam hewan pengganti.
Penelitian ini merupakan bagian dari eksperimen yang akan dilakukan di Universitas Tokyo.
Melansir The Independent, Selasa (30/7/2019), pekerjaan itu dipimpin oleh ahli genetika terkenal Hiromitsu Nakauchi.
Baca Juga: Saat Pemprov DKI Jakarta Salah Memahami Penelitian NASA, Memang Bisa Menyerap Polutan, Tapi...
Tim berharap temuannya bisa menjadi langkah penting pertama menuju pertumbuhan organ yang kemudian dapat ditransplantasikan ke orang yang membutuhkan.
Meski begitu, upaya 'menggabungkan' manusia dan hewan ini adalah sesuatu yang kontroversial.
Beberapa orang yang tak setuju dengan eksperimen itu mengatakan para ilmuwan tersebut telah 'mempermainkan' Tuhan.
Mereka khawatir sel-sel manusia dapat menyimpang melampaui organ yang ditargetkan ke area lain dari hewan, secara efektif menciptakan makhluk yang merupakan bagian dari hewan dan juga manusia.
Karena alasan itu, eksperimen yang berkepanjangan seperti itu telah secara efektif dilarang atau tidak dibiayai di seluruh dunia dalam beberapa tahun terakhir.
Di Jepang sendiri, para ilmuwan dilarang melampaui periode pertumbuhan 14 hari.
Namun undang-undang itu dilonggarkan pada bulan Maret ketika kementerian pendidikan dan sains negara itu mengeluarkan pedoman baru yang mengatakan bahwapenelitian semacam itu sekarang dapat diberlakukan.
Sekarang, aplikasi Dr Nakauchi untuk percobaan adalah yang pertama yang disetujui di bawah kerangka kerja baru itu.
"Kami tidak berharap untuk membuat organ manusia segera, tetapi ini memungkinkan kami untuk memajukan penelitian kami berdasarkan pengetahuan yang kami peroleh sampai saat ini," katanya kepada surat kabar Asahi Shimbun.
Baca Juga: Seperti Film Sci-Fi, Lensa Kontak yang Dikontrol dengan Gerakan Mata Berhasil Dikembangkan
Dia menambahkan bahwa dia berencana untuk melanjutkan secara perlahan.
Tim mereka tidak akan mencoba untuk membawa embrio hibrida apa pun selama beberapa tahun, melainkan menumbuhkan embriomencit hibrida menjadi 14,5 hari, ketika organ-organ hewan sebagian besar terbentuk, dan embrio tikus hibrida menjadi 15,5 hari.
Kehati-hatian seperti itu disambut oleh ahli bioetika di negara ini.
"Adalah baik untuk melanjutkan dengan hati-hati," kata Tetsuya Ishii, peneliti kebijakan-sains di Universitas Hokkaido di Sapporo.
"Ini akan memungkinkan untuk melakukan dialog dengan publik, yang merasa cemas dan memiliki keprihatinan."
Baca Juga: Penemuan Ornamen Mengerikan 'Liontin' dari Tengkorak Manusia Jadi Bukti Kekejaman Suku Maya