Find Us On Social Media :

Cerita Viral Perempuan Pendaki Gunung Disetubuhi Saat Hipotermia, Benarkah Cara Tersebut?

By Mentari DP, Rabu, 24 Juli 2019 | 13:00 WIB

 

Intisari-Online.com – Baru-baru ini ada sebuah unggahan yang ramai dibicarakan.

Unggahan ini pertama kali diunggah oleh @willykurniawanid di akun Instagramnya pada Rabu (17/7/2019) lalu.

Willy mengunggah sebuah screen shot yang menceritakan tentang perempuan pendaki di Gunung Rinjani yang terkena hipotermia.

Untuk menyelamatkan nyawanya, diceritakan bahwa perempuan pendaki itu disetubuhi agar suhu tubuhnya tetap hangat.

Baca Juga: Kasus Kicauan Lisa Marlina soal Bali dan Amelia Fitriani soal Pembantu, Ini Alasan Kita Susah Bijak Saat Main Media Sosial

Sebenarnya benarkah cara tersebut?

Menanggapi cerita tersebut, Kompas.com pada Selasa (23/7/2019) mengonfirmasi Sudiyono, Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani.

Ia mengatakan bahwa cerita tentang perempuan pendaki hipotermia yang disetubuhi tersebut belum tentu terjadi di Rinjani.

"Belum tentu, kalau saya tidak yakin itu terjadi di situ (Rinjani)," kata Sudiyono.

Dia mengatakan, kawan-kawan guide dan pramuantar di Gunung Rinjani juga memprotes berita yang diceritakan seolah-olah terjadi di Rinjani itu.

Padahal, jalur pendakian Rinjani baru saja dibuka kembali setelah gempa mengguncang Lombok beberapa bulan lalu.

Dia juga mengatakan bahwa di jalur Sembalun ada perempuan guide sehingga perempuan pendaki bisa lebih nyaman saat mendaki.

Terkait hipotermia, Sudiyono mengatakan saat berada di ketinggian, suhu tubuh seseorang bisa saja turun dan mengalami hipotermia.

Namun, hal tersebut tergantung dari daya tahan tubuh masing-masing pendaki.

Baca Juga: Banyak Artis Seperti Nunung Hingga Jefri Nichol Gunakan Narkoba, Benarkah Narkoba Tingkatkan Kreativitas?

Untuk itu, Sudiyono mengatakan bahwa seorang pendaki harus memiliki persiapan, salah satunya dengan membawa pakaian hangat dan bekal makanan untuk mencegah hipotermia.

"Orang mendaki ini kan harus persiapan.”

“Maka, ketika check in pack in dan pack out untuk pengecekan barang yang akan naik juga harus ada standar yang harus dipenuhi.”

“Kalau naik tanpa bekal dan segala macam, kan, itu konyol juga," katanya.

Cara cegah hipotermia

Adi Seno Sosromulyono, anggota senior Mapala Universitas Indonesia, saat dikonfirmasi Kompas.com Selasa (23/7/2019), menjelaskan bahwa skin to skin memang salah satu cara untuk mengatasi hipotermia, tapi tidak disetubuhi.

“Cukup berpelukan dalam kantong tidur atau selimut agar panas tubuh penyelamat berpindah ke penyintas atau penderita.”

“Tapi metode ini dipilih jika sudah parah saja,” kata Adi Seno.

Ia juga menjelaskan ada beberapa gejala hipotermia antara lain menggigil, mengigau, tidak fokus, bahkan pingsan.

"Saat menggigil, ini adalah usaha tubuh menaikkan suhu tubuhnya sendiri yang artinya suhu inti menurun," katanya.

Jika terdeteksi gejala hipotermia, harus segera dilakukan pencegahan, seperti pakaian penyintas diganti dengan pakaian yang kering dan hangat, masuk sleeping bag atau selimut thermal, serta diberi asupan makanan minuman hangat.

Baca Juga: Jefri Nichol Ditangkap Karena Pakai Ganja: Jangan Sampai Salah, Ini Efek Baik dan Buruk dari Ganja

Jika sedang berada pada suhu rendah, basah atau angin yang kencang, sesama pendaki juga harus saling memperhatikan gejala hipotermia ke masing-masing rekan dan diri sendiri.

"Jika ujung-ujung tubuh, seperti tangan, kaki, telinga, dan hidung terasa beku, itu awal hipotermia.”

“Bisa juga dalam lingkungan es salju sengatan beku atau frost bite. Hipotermia ini tidak terjadi tiba-tiba. Selalu ada gejala," kata Adi Seno.

Untuk menghindari hipotermia, menurut Adi Seno, sebaiknya pendaki menghindari cuaca ekstrem dengan berlindung di tenda dan mengenakan pakaian dan perlengkapan yang sesuai.

Selain itu asupan juga harus cukup sekitar 2.000 hingga 4.000 kalori.

Pendaki juga bisa bergerak karena akan menghasilkan panas yang tersimpan dalam pakaian pelindung yang memadai, seperti jaket dan sarung tangan.

"Jika bergerak harus tahu arah dan tujuannya serta ada perlindungan.”

“Saat bergerak memang cadangan energi tersalurkan, tapi bisa ditambah dengan konsumsi snack. Bergerak ini juga untuk mempercepat ke tempat terlindung," ungkapnya.

Adi Seno menjelaskan jika terjadi badai di ketingian lebih dari 5.000 meter dengan kecepatan angin mencapai 100 km per jam, satu-satunya cara untuk menyelamatkan diri adalah berlindung hingga badai reda.

Sementara itu, Sudiyono berharap agar di Gunung Rinjani ada bungker, yaitu tempat yang permanen untuk petugas.

Bungker tersebut memiliki dua sisi permanen dari tembok sehingga bisa untuk menyalakan perapian agar udara di sekitar hangat jika terjadi kasus hipotermia di Gunung Rinjani.

"Fungsi bungker ini salah satunya untuk mengatasi hipotermia, itu lebih tertutup," kata Sudiyono. (Karnia Septia)

(Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Duduk Perkara Cerita Viral Perempuan Pendaki Gunung Rinjani Disetubuhi Saat Hipotermia...")

Baca Juga: Niat Cari Remaja yang Hilang 36 Tahun Lalu, Polisi Malah Temukan Ribuan Tulang Manusia di Ruang Bawah Tanah