Penulis
Intisari-Online.com - Warga sedang resah karena informasi mengenaipotensi gempa besar mencapai 8,8 magnitudo di pantai selatan Jawa dan tsunami DI Yogyakarta.
Salah satu penggunggah di Instagram, @Makassar_info, menyebut bahwa informasi tersebut didasarkan pada kajian Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Widjo Kongko.
Dikonfirmasi oleh Kompas.com, Jumat (19/7/2019), Widjo berkata bahwa kajian mengenai potensi gempa di pantai selatan Jawa memang disampaikan BPPT.
Hal itu disampaikan dalam agenda Table Top Exercise (TTX) atau gladi ruang untuk rencana gladi lapang penanganan darurat tsunami.
Baca Juga: Rekam dan Edarkan Adegan Pemenggalan 2 Turis Wanita, 3 Militan ISIS Akhirnya Dihukum Mati
Dalam kajian itu, wilayah Pantai Selatan (Pansela) Jawa-Bali berpotensi mengalami gempa megathrust dengan magnitudo 8,8.
Dengan magnitudo tersebut, ada potensi gelombang tsunami setinggi 20 meter dengan jarak rendaman 3-4 kilometer.
Gelombang ini bisa mencapai Pansela DI Yogyakarta dalam 30 menit.
1. Sudah dicatat sejarah
Dosen Teknik Geofisika, FTTM – ITB Zulfakriza Z menulis dalam artikel kolomnya untuk Kompas.com, 27 Januari 2018 bahwa beberapa setidaknya ada delapan kejadian gempa merusak Jawa yang tercatat dalam buku Indonesian’s Historical Earthquake publikasi Geoscience.
Gempa-gempa ini terjadi pada tahun 1699 (Jawa dan Sumatra), 1780 (Jawa Barat dan Sumatra), 1815 (Jawa, Bali dan Lombok), 1820 (Jawa dan Flores), 1834 (Jawa Barat), 1840 (Jawa Tengah dan Timur), 1847 (Jawa Barat dan Tengah) dan 1867 (Jawa dan Bali).
Untuk tsunami, Eko Yulianto selaku pelacak jejak tsunami purba dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia berkata bahwa tidak ada catatan sejarah tentang tsunami besar di selatan Jawa.
Dilansir dari artikel Kompas.com, 15 Februari 2019; Eko berkata bahwa yang tercatat hanya pada tahun 1800-an dan 1921, tetapi itu pun masih tergolong tsunami kecil.
Baca Juga: Kronologi Lengkap Penangkapan Nunung Terkait Kepemilikan Sabu, Melibatkan Sebuah Transaksi Unik
Meski demikian, dia juga berkata bahwa karena daerah selatan Jawa merupakan kawasan zona subduksi, besar kemungkinan akan terjadi gempa-gempa berkekuatan besar yang bisa menimbulkan tsunami.
2. Megathrust dalam gempa dan tsunami besar
Sama seperti kali ini, megathrust juga disebut-sebut dalam kabar potensi gempa di Jakarta dan potensi tsunami Pandeglang yang dalam skenario terburuk mencapai ketinggian 57 meter pada tahun lalu.
Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Daryono, menjelaskan bahwa megathrust bisa diartikan sebagai gerak sesar naik yang besar.
Biasanya, mekanisme gempa ini terjadi pada pertemuan lempeng benua atau zona subduksi.
Di Indonesia, terdapat 16 titik gempa megathrust, termasuk Selat Sunda Banten, Selatan Jawa Barat dan Selatan Jawa Tengah-Jawa Timur.
Meski sering dianggap menyebabkan gempa bermagnitudo besar dan tsunami, nyatanya sebagian besar gempa di zona megathrust tergolong kecil dengan magnitudo kurang dari 5,0.
Namun, khusus untuk segmen megathrust di selatan Jawa Barat dan Banten, potensi gempa mencapai magnitudo maksimum M 8,8.
Akan tetapi, Daryono mengungkapkan bahwa tidak setiap gempa megathrust menimbulkan tsunami.
Syaratnya adalah gempa besar, hiposenter dangkal dan gerak sesar naik.
3. Potensi bukan prediksi dan harus fokus pada mitigasi
Seperti dikatakan oleh Widjo di atas, informasi mengenai potensi gempa dan tsunami di pantai selatan Jawa disampaikan dalam agenda Table Top Exercise (TTX) atau gladi ruang untuk rencana gladi lapang penanganan darurat tsunami.
Artinya, sama seperti saat kabar tsunami 57 meter menghebohkan Indonesia, kali ini pun kita seharusnya tidak panik dan fokus pada mitigasi.
Dalam diskusi bertajuk “Ancaman Tsunami Menelan Pulau Jawa, Fakta atau Hoax” di Jakarta, Selasa (10/4/2018), Guru Besar Teknik Pantai Universitas Gadjah Mada, Radianta Triatmadja, bekata bahwa informasi-informasi ini adalah potensi bukan prediksi.
Dia pun berkata bahwa salah satu cara untuk memitigasinya adalah melalui struktur bangunan yang lebih kuat dan tahan gempa.
Selain itu, peringatan dini dan pendidikan evakuasi mengenai kesiapsiagaan bencana juga perlu dietahui oleh masyarakat.
Misalnya cara untuk segera mengevakuasi diri dan ke mana harus pergi ketika peringatan dini diberikan, serta apa yang harus dilakukan jika kondisi gelap gulita karena tsunami menghantam pada malam hari dan memadamkan listrik.
Baca Juga: Setelah 200 Tahun, Tulang Komandan Militer Favorit Napoleon Bonaparte Ini Ditemukan
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Viral Potensi Tsunami Laut Selatan Jawa, Ini Fakta yang Harus Anda Ketahui"