Penulis
Intisari-Online.com - Selama Perang Enam Hari, antara Israel dan 3 negara Arab (Mesir, Yordania, dan Suriah), setelah malam tiba pada tanggal 5 Juni 1967, serangan dadakan pun dilancarkan.
Helikopter-helikopter S-58 dan Super Frelon Israel mengangkut pasukan payung ke belakang posisi Mesir di Abu Aweigila dalam suatu serangan mendadak.
Pasukan payung berhasil menaklukkan unit-unit artileri Mesir yang telah menahan kemajuan gerakan pasukan Israel.
Sementara itu, angkatan udara Mesir, meskipun jumlahnya berkurang mereka terus melancarkan sejumlah sortie.
"Tepuk tangan tiga kali bagi angkatan udara kita," demikian kenang dokter perwira Israel saat pesawat-pesawat mendekati pasukannya.
Ternyata ia salah mengira pesawat MiG sebagai Mirage:
"Kami yakin bahwa hari ini, hari ketiga peperangan, pasti tidak ada lagi satu pun pesawat Mesir yang belum hancur.
Akan tetapi, pesawat ini melepaskan tembakan dan seorang perwira berteriak, 'MiG! Cepat berlindung!.'
Baca Juga: Konon Jika Ular Keluar dari Tembok Barat Israel Ini, Maka Itu Pertanda Hari Kiamat Sudah Dekat
Kami lari seperti orang gila di antara bukit-bukit pasir.
Pesawat tersebut berputar di atas kami dan melepaskan tembakan mirip adegan film."
Pesawat-pesawat pembom Il-28 menyerang pasukan Israel di sebelah barat Romani.
Hal itu menyebabkan komandan pasukan payung Israel, Rafael Eitan, terluka berat.
Namun sortie-sortie seperi itu hanya menimbulkan kerusakan kecil dan Mesir kehilangan 14 pesawat terbang lagi.
Pada tanggal 8 Juni, di hari keempat peperangan, Israel telah berhasil mengonsolidasikan cengkeramannya atas Semenanjung Sinai.
Namun, pada hari itu sebuah insiden terjadi ketika pesawat terbang Israel mendeteksi sebuah kapal di lepas pantai Sinai.
Kemudian para komandan militer memutuskan untuk mengirimkan Chel Ha'Avir guna menghadapi kapal tersebut.
Baca Juga: Rusia Pernah Sampai Kirim 15.000 Penasehat Militer ke Mesir untuk Tangkis Israel, Apa yang Terjadi?
Pesawat-pesawat pemburu pembom Mirage III dan Mystere IV melancarkan sejumlah serangan dan menghantam kapal tersebut dengan roket, napalm dan tembakan kanon.
Sebuah kapal motor torpedo Israel kemudian menyergap kapal yang mengalami kerusakan itu dan menyerangnya dengan torpedo dan tembakan meriam.
Sekali pun menderita kerusakan berat, USS Liberty, sebuah kapal pengumpul bahan intelijen Amerika, dapat terus berlayar terseok-seok hingga mencapai Malta.
34 orang awaknya terbunuh dan 164 lainnya terluka akibat serangan Israel itu.
Alasan penyerangan terhadapnya sendiri tidak pernah dijelaskan tapi kemungkinan berkaitan dengan kemampuan kapal untuk mengumpulkan bahan intelijen mengenai kegiatan militer Israel.
Baca Juga: Saling Todong Pistol, Pengawal PM Israel Jebolan Mossad Pernah Hadapi Paspampres Era Soeharto