Komunitas Tebat Rasau, Menyatakan Kepedulian Lewat Teh Pelawan

T. Tjahjo Widyasmoro

Penulis

Teh pelawan menjadi bukti kepedulian masyarakat terhadap lingkungan. Dulu, masyarakat banyak memanfaatkan akar untuk tanaman obat.

Intisari-Online.com - Setahun bereksperimen dengan daun Pelawan, Komunitas Tebat Rasau akhirnya berani memperkenalkan Teh Pelawan kepada pendatang.

Komunitas ini mencoba minum seduhan dari olahan daun pelawan untuk memastikan keamanan dan khasiatnya.

Setahun kemudian, Tebat Rasau bisa menyuguhkan Teh Pelawan untuk menyambut tamu yang singgah.

Rasanya tawar, hangat, sedikit pahit tetapi segar. Kira-kira, begitulah deskripsi rasa teh pelawan di Tebat Rasau.

Baca Juga: Seberapa Efektif Teh Hijau dalam Membantu Menurunkan Berat Badan?

Daun segarnya ada di sekitar pondok Tebat Rasau. Sebelum menjadi seduhan, daun pelawan perlu diolah menjadi serbuk.

Jika rutin diminum, seduhan daun pelawan berkhasiat meredakan panas dalam, badan lesu sampai masuk angin.

Rupanya komunitas ini juga memproduksi teh pelawan dalam bungkusan kecil yang seharga Rp 10.000 tetapi belum dijual secara massal.

Alasannya, produk mereka belum berstampel resmi dari lembaga pangan.

Teh pelawan menjadi bukti kepedulian masyarakat terhadap lingkungan. Dulu, masyarakat banyak memanfaatkan akar untuk tanaman obat.

Tetapi jika menggunakan akar, otomatis satu tanaman harus dikorbankan.

“Tadinya tradisi pakai akar, tetapi atas kepedulian, kami mengambil daunnya saja,” cerita Nikhendri, seorang anggota komunitas Tebat Rasau.

Selain seduhan daun pelawan, komunitas ini juga mendirikan tempat wisata yang berbasis masyarakat, ekowisata, dan budaya sebagai warisan alam di sekitar sungai purba Desa Lintang, Belitung.

Baca Juga: Di Masa Depan, NTT Akan Mengandalkan Ekowisata

“Kami melindungi hutan yang di dalamnya ada flora dan fauna karena sayang,” ujar Nikhendri yang merupakan anggota awal Komunitas Tebat Rasau ini.

Mereka menghargai leluhur yang sudah menjaga alam sehingga bisa dinikmati hingga masa kini. Karena itulah juga, komunitas ini ingin menyadarkan masyarakat yang masih belum peduli lingkungan untuk menjaga alam.

“Kalau bapak kita menghabiskan alam, kita tidak bisa menikmati alam yang sekarang.”

Kepedulian komunitas masyarakat ini mendatangkan kebaikan. Warga kini tak hanya berprofesi sebagai penambang timah atau nelayan, tetapi juga pemandu wisata. Keterampilan baru untuk mengembangkan desa mereka.

Para pelancong dari berbagai daerah mulai berbondong datang, mendengarkan kisah-kisah inspiratif sekaligus menikmati ketenangan di atas sungai purba.

Wisata Tebat Rasau memang menyuguhkan petualangan yang lain, pengunjung tidak hanya diberikan tontonan yang apik, tetapi juga kisah di balik peristiwa yang terjadi. (Nat)

Baca Juga: 7 Manfaat 'Ajaib' Teh Rambut Jagung, Termasuk Cegah Batu Ginjal, Simak Cara Membuatnya!

Artikel Terkait