Penulis
Intisari-Online.com - Setelah penarikan mundur pasukan Israel dari Lebanon pada tahun 2000, Chel Ha'Avir membuat sebuah kesputusan untuk menarik pesawat-pesawatnya.
Bahkan, sejak saat itu hingga dimulainya Perang Lebanon Kedua enam tahun kemudian, sudah ditandatangani kesepakatan pengenduran ketegangan.
Dalam situasi ini, Israel terjerumus dalam sebuah perang bentuk baru, yakni perang hibrida.
Perang hibrida adalah strategi militer yang mencampurkan perang konvensional dengan perang irreguler dan perang cyber.
Baca Juga: Berhasil Turunkan Berat Badan dari 340 Kg Jadi 70 Kg, Ibu Lima Anak Ini Dapat Kembali Beraktivitas
Perang hibrida dapat digunakan untuk menggambarkan dinamika yang fleksibel dan kompleks dari ruang pertempuran yang memerlukan suatu tanggapan pengharusan adaptasi.
Sosok musuh hibrida dapat berupa negara ataupun non-negara.
Dalam kasus Israel, musuh hibrida mereka adalah Hizbullah dari Lebanon.
Mereka adalan entitas non-negara dalam sistem negara.
Sebagai aktor non-negara, Hizbullah bertindak sebagai kepanjangan tangan Iran dan Suriah.
Baik untuk menantang hegemoni Israel maupun mengontrol Lebanon, tetapi kelompok militan ini pun memiliki agendanya sendiri.
Kasus hibrida paling terkenal antara Israel dan Hizbullah terjadi pada 2006.
Perang dimulai ketika, setelah beberapap kali gagal menculik prajurit Israel di perbatasan untuk digunakan sebagai alat tawar-menawar, para pejuang Hizbullah berhasil menyergap sebuah patroli Israel.
Itu menewaskan tiga orang prajurit dan menculik serta membawa dua lainnya ke Lebanon pada 12 Juli 2006.
Lima prajurit Israel lainnya terbunuh di Lebanon dalam sebuah usaha penyelamatan yang gagal.
Hizbullah menuntut pembebasan para tawanan Lebanon yang ditahan oleh Israel sebagai imbalan pembebasan prajurit yang diculik.
Menganggap Lebanon bertanggung jawab karena membiarkan Hizbullah beroperasi di wilayahnya, Tzahal segera melancarkan serangan artileri.
Baca Juga: Saling Todong Pistol, Pengawal PM Israel Jebolan Mossad Pernah Hadapi Paspampres Era Soeharto
Di antara tempat-tempat yang disasar adalah jembatan-jembatan dan jalan-jalan di Lebanon, yang dihantam untuk mencegah Hizbullah memindahkan korban penculikan ke utara.
Suatu serangan udara udara Israel juga menghancurkan landasan Bandara Internasional Rafic Hariri Beirut.
Empat puluh empat orang sipil terbunuh dalam serangan.
Chel Ha'Avir juga menggempur gudang penimbunan roket dan rudal jarak jauh HIzbullah.
Ia menghancurkan banyak di antaranya di tempat pada hari-hari pertama perang.
Baca Juga: Jika Perang Meletus, Ini Empat Senjata Israel yang Harus Diwaspadai Iran