Find Us On Social Media :

Bukan Cuma Bikin Gemuk, Makanan Berlemak Juga Bisa Sebabkan Gangguan Mental

By Nieko Octavi Septiana, Rabu, 19 Juni 2019 | 06:30 WIB

Ilustrasi makanan tinggi lemak jenuh

Intisari-Online.Com - Secara normal, tubuh sebenarnya membutuhkan lemak untuk menunjang sistem dalam tubuh.

Tapi tak semua jenis lemak memiliki manfaat kebaikan bagi tubuh.

Beberapa justru dapat berbahaya, salah satunya adalah lemak jenuh.

Selama ini kita selalu disarankan untuk membatasi konsumsi lemak, untuk menjauhi obesitas atau kegemukan, tapi ternyata terlalu banyak penumpukan lemak juga bisa menimbulkan gangguan mental.

Baca Juga: Narsis, Gangguan Mental yang Selalu Memutar Kisah Untuk Membuat Diri Mereka Terlihat Sebagai Korban

Sekelompok tim peneliti dari Universitas Glasgow di Inggris dan Gladstone Institutes, di San Francisco, CA, baru-baru ini mempelajari bagaimana makan makanan tinggi lemak jenuh dapat membuat depresi lebih mungkin terjadi, menggunakan model tikus untuk melakukannya.

Para peneliti - yang dipimpin oleh Prof. George Baillie, dari University of Glasgow - mencatat bahwa ini adalah topik penelitian yang sangat penting, karena depresi yang berkaitan dengan obesitas tampaknya terjadi melalui mekanisme berbeda dari depresi pada individu yang sehat.

Dalam makalah studinya, yang muncul dalam jurnal Translational Psychiatry, tim peneliti menjelaskan bahwa banyak orang dengan obesitas dan depresi, yang dokter obati dengan antidepresan biasa, tidak melihat manfaat apa pun dari perawatan.

Pada saat yang sama, orang dengan obesitas dan depresi juga tidak mengalami beberapa efek samping yang biasanya orang kaitkan dengan antidepresan tersebut, seperti penambahan berat badan lebih lanjut.

 

Baca Juga: Jangan Lakukan Lagi! Tidur di Depan TV yang Menyala Buat Risiko Terkena Obesitas Meningkat

"Ketika dibandingkan dengan pasien dengan berat badan normal, pasien yang kelebihan berat badan dan obesitas menunjukkan respons yang secara substansial lebih lambat terhadap pengobatan antidepresan, lebih sedikit peningkatan dalam neuroendokrinologi dan proses kognitif, dan lebih sedikit peningkatan berat badan yang diinduksi antidepresan," tulis para peneliti.

Jadi, apa yang terjadi pada otak orang yang kelebihan berat badan atau memiliki obesitas yang membuat mereka lebih rentan terhadap depresi?

Untuk mendapatkan ide dasar, tim peneliti melakukan studi pendahuluan dalam model tikus dimana para ilmuwan memberi makan makanan tinggi lemak, yang mengandung hingga 60% lemak jenuh dan tak jenuh.

Otak mamalia, termasuk manusia, sebenarnya membutuhkan asam lemak tertentu, seperti omega-3, agar berfungsi dengan benar.

Tubuh manusia, khususnya, tidak dapat mensintesis asam lemak sendiri, sehingga mereka perlu menyerap nutrisi ini dari makanan.

Namun, tidak semua asam lemak sama menyehatkannya, dan kelebihan asam lemak dalam tubuh dapat menyebabkan masalah kesehatan.

Para peneliti melihat bagaimana asam lemak menumpuk di otak tikus yang makan makanan tinggi lemak, dan apakah zat-zat ini memengaruhi mekanisme yang mengikat para ilmuwan pada kesehatan mental dan perubahan perilaku yang konsisten dengan adanya depresi.

Baca Juga: (Video) Ketika Lautan Massa yang Demo di Hong Kong ‘Terbelah Dua’ Saat Ambulans Lewat

Tak lama kemudian, tim menemukan bahwa tikus dalam studi mereka mengalami masuknya asam palmitat ke daerah otak yang dikenal sebagai hipotalamus, yang mengatur pelepasan berbagai hormon ke dalam aliran darah.

Asam palmitat adalah asam lemak jenuh umum yang ada dalam berbagai makanan dan bahan.

Termasuk kelapa sawit dan minyak zaitun, keju, mentega, margarin, dan beberapa produk daging.

Menurut penelitian sebelumnya, asam lemak ini dapat menjelaskan hubungan antara obesitas dan peningkatan risiko masalah kardiovaskular.

Melalui penelitian saat ini, para peneliti telah menemukan peran lain - tampaknya kadar asam palmitat yang tinggi dalam hipotalamus mengubah jalur pensinyalan yang dikaitkan para peneliti dengan ciri-ciri depresi.

Jalur ini, dikenal sebagai cAMP / PKA, terlibat dalam banyak proses metabolisme, termasuk pensinyalan dopamin, yang, pada gilirannya, berkontribusi pada pengaturan emosi.

Jadi, setidaknya pada tikus, para peneliti dapat mengkonfirmasi bahwa penyerapan lemak makanan tertentu memiliki dampak langsung pada jalur pensinyalan otak yang memengaruhi perkembangan depresi. (Soesanti Harini)

Artikel ini telah tayang di gridhealth.id dengan judul Studi Kesehatan: Banyaknya Lemak Makanan di Otak Sebabkan Gangguan Mental

Baca Juga: Bocah 10 Tahun Pengidap Sindrom Rett Meninggal Dunia, Kenali Kelainan Genetik yang Awalnya Terlihat Normal Ini