Everest Kembali Telan Korban: Mengapa Jasad-jasad 'Abadi' Para Pendaki Everest Terlihat Memilukan?

Tatik Ariyani

Penulis

Ratusan pendaki Gunung Everest telah meninggal. Jasad mereka banyak yang dibiarkan berada di sana, bahkan dijadikan penanda bagi pendaki lainnya.

Intisari-Online.com - Dua pendaki kembali menjadi korban 'keganasan' Everest.

Merekadilaporkan meninggal dunia karena kelelahan dan melawan udara dingin terlalu lama karena padatnya Gunung Everest oleh para pendaki sehingga jalur pendakian menjadi macet.

Antrian besar pendaki telah terbentuk di dekat puncak Gunung Everest penyelenggara ekspedisi Kamis (23 Mei) melaporkan dua kematian lagi di gunung tertinggi di dunia.

Lebih dari 200 pendaki memanfaatkan cuaca cerah pada hari Rabu (22 Mei) untuk mencoba mencapai puncak dari Nepal dan Cina, tetapi tim harus antri berjam-jam dengan risiko membeku karena kedinginan atau menderita sakit di ketinggian, seperti yang diwartakan Asia One.

Baca Juga: Hobi Bikin Tulisan di Pasir Pantai, Jangan Harap Bisa Melakukannya di Jepang, Bisa Kena Denda Jutaan Rupiah!

Dua orang pendaki Amerika dan Indiamenjadi korban, kata penyelenggara ekspedisi mereka, pada salah satu hari tersibuk di puncak setinggi 8.848 meter itu.

Donald Lynn Cash (55) pingsan di puncak pada hari Rabu ketika ia mengambil foto, sementara Anjali Kulkarni (55), meninggal ketika turun setelah mencapai puncak.

Penyelenggara ekspedisi Kulkarni, Arun Treks, mengatakan lalu lintas padat di puncak telah menunda turunnya dan menyebabkan kematiannya, sementaraCash ambruk di puncak dan meninggal di dekat Hillary Step ketika pemandu membawanya kembali.

Bukan rahasia lagi bahwa Everest banyak menelan korban pendaki. Jasad Cash dan Kulkarni mungkin saja diketahui dan bisa segera dievakuasi, namun di luar itu, banyakjasad pendaki lain yang 'abadi' di jalur pendakian Everest.

Baca Juga: Nekat Habiskan Tiga Makanan Pedas Sekaligus, Seorang Pria Harus Masuk ICU, Ternyata Ini Makanan yang Disantapnya

Hal ini dibuktikan dengan banyaknya ditemukan mayat di gunung Everest dan mayat-mayat tersebut dalam kondisi yang cukup memilukan.

Mengapa hal demikian bisa terjadi pada jasad-jasad pendaki tersebut? Dilansir dariranker.com, inilah sebenarnya yang terjadi pada pendaki yang sekarat dan kemudian tewas di Gunung Everest:

1. Jika bukan longsor, mungkin pendaki akan terjatuh

Dari semua pendaki, sekitar 6,5% telah tewas yang berarti bahwa ratusan orang telah meninggal. Es yang licin, tebing dan goresan sesekali membunuh pendaki, namun penyebab kematian nomor satu adalah dingin disertai kelelahan.

Baca Juga: Ustaz Arifin Ilham Idap Kanker Kelenjar Getah Bening Sebelum Wafat, Benjolan di Bagian Tubuh Ini Bisa Jadi Gejalanya

Daerah di atas ketinggian 8.000 meter disebut "Zona Kematian," karena jumlah oksigen rendah, suhu rendah, dan kemungkinan cuaca buruk.

2. Cuaca yangsangat mengerikan

Banyak pendaki akhirnya terjebak di Everest karena cuacanya. Badai bisa menurunkan suhu, menurunkan jarak pandang dan membuat navigasi menuruni gunung hampir tidak mungkin.

3. Pendaki akan terlalu lelah untuk pindah

Tingkat oksigen rendah ini berarti jantung dan paru-paru tidak dapat bekerja seperti seharusnya, mengakibatkan otot-otot sakit, sesak napas, dan kelelahan.

Dingin membuat jantung bekerja lebih keras, setiap langkah akan menjadi perjuangan, sampai pendaki tidak bisa terus berjalan, dan perlu istirahat.

4. Dinginnya akan menyakitkan

Kedinginan sering membawa sensasi panas atau membakar, yang terasa lebih seperti pembakaran daripada pembekuan yang menyebabkan mati rasa dan suhu telah melakukan kerusakan yang serius.

5. Anggota badan akan membeku di tempat

Suhu rendah akan membuat cairan di tubuh benar-benar bisa membeku, sehingga saat pendaki meninggal, dia tidak akan bisa menggerakkan anggota badan.

Lengan dan kaki akan menjadi yang pertama menjadi kaku, dan jika dia berada dalam posisi duduk atau melengkung, begitulah posisinya dari bertahan sampai setelah kematian.

Baca Juga: 'Saya Lakukan Operasi Keperawanan Sebelum Menikah, Namun Justru Sangat Menyesal Setelah Tahu Siapa Suami Saya'

6. Daging di tubuh akan menghitam

Saat dingin mulai mempengaruhi kondisi tubuh, selain rasa sakit adalah perubahan warna pada kulit. Nekrosis terjadi saat daging dan jaringan mati saat masih melekat, dan ini terjadi berkali-kali selama hipotermia.

Jari tangan, jari kaki, hidung, telinga, dan bercak kulit yang terpapar pertama akan menjadi hitam, setelah mati, bagian-bagian itu mungkin akan putus dengan sendirinya.

7. Pendaki akan berhalusinasi

Saat hipotermia tubuh terus kekurangan oksigen dan akan menjadi bingung. Mungkin mulai berpikir rasanya panas, bukan dingin, dan mungkin tidak mengerti di mana berada.

Maka pendaki mungkin benar-benar berhalusinasi, karena kombinasi antara ketinggian dan hipotermia, lalu mungkin berpikir bahwa dia melihat orang-orang datang untuk membantu dan akhirnya berbicara dengan orang-orang yang tidak ada di sana.

8. Pendaki akan benar-benar mengantuk

Semakin lama beristirahat, semakin tergoda untuk tidur siang yang panjang, tapi jika menutup mata, kemungkinan besar pendaki tidak akan pernah membukanya lagi karena mungkin mengalami koma.

9. Orang lain mungkin menemukan mayat pendaki, namun mereka tidak akan membantu

Tidak ada cara untuk mengangkut seseorang dari tempat yang tinggi dan tidak ada cara untuk menghangatkan mereka lagi, dan mencoba membantu kemungkinan akan mengakibatkan penyelamat juga meninggal.

Baca Juga: Baru Sadar Naiki Pesawat yang Salah saat Mendarat, Pria Ini Serang Awak Pesawat, Petugas Pemeriksa Jadi Sorotan

Jadi, meski pendaki masih sadar, berbicara, dan meminta bantuan, orang tahu tidak ada yang bisa mereka lakukan, dan kemungkinan besar mereka akan meninggalkannya.

10. Pendaki bisa sekarat berjam-jam, bahkan berhari-hari

Pendaki bisa berada di lereng gunung, sekarat selama berhari-hari. Ada pendaki yang ditinggalkan karena mereka hampir meninggal, kemudian ditemukan keesokan harinya, masih hampir tidak hidup.

Bahkan jika pendaki berhasil diselamatkan, dia masih bisa mati di kamp dari kerusakan fungsi tubuhnya seperti pembengkakan dan pecah otak.

11. Pendaki akan kehilangan kesadaran dan tidak akan bangun lagi

Karena mati rasa, otak akan membanjiri tubuh dengan perasaan yang baik, dan mungkin merasakan kedamaian atau relaksasi.

Kemudian pendaki akan hanyut pada periode ketidaksadaran dapat berlangsung berjam-jam atau bahkan berhari-hari, dan setelah mencapai titik itu, sangat tidak mungkin untuk keluar dari itu.

12. Mayat pendaki digunakan sebagai penanda untuk pendaki lainnya

Jika pendaki mati di Everest, dia mungkin akan tetap berada disana dan percaya atau tidak, tubuhnya sebenarnya bisa membantu pendaki masa depan, misalnya penanda ketinggian untuk pendaki lainnya.

13. Pendaki yang tewas tidak akan mendapatkan pemakaman yang layak

Sebagian besar orang yang meninggal di Everest tidak pernah diturunkan karena terlalu berisiko membawanya turun. Dia hanya ditimbun di tempat dengan bendera dan catatan dari kerabatnya.

Baca Juga: Jangan Sepelekan Mimisan, Bisa Jadi Itu Tanda Kanker Nasofaring Seperti yang Diidap Ustad Arifin Ilham

Artikel Terkait