Advertorial
Intisari-Online.com -Dari Penang, Malaysia, warga Indonesia mendapat kabar bahwa dai kondang ustaz Arifin Ilham tutup usia pada Rabu (22/5/2019).
Seperti diketahui sebelumnya, Ustaz Arifin Ilham sedang berjuang melawan penyakit kanker kelenjar getah bening dan kanker nasofaring sebelum wafat.
Seperti penyakit keganasan pada umumnya, kanker nasofaring ternyata masih menjadi momok yang menakutkan.
Betapa tidak, penyakit ini tidak mempunyai gejala spesifik, sehingga banyak pasien yang didiagnosa sudah dalam tahap lanjut.
Menurut Prof. dr. Bambang Hermani, Sp. THT-KL (K), Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, kanker nasofaring merupakan tumor ganas yang timbul di bagian belakang hidung.
Akibat letaknya yang secara anatomis sulit, membuat penyakit ini sulit dideteksi secara dini.
Kanker ini berasal dari sel epitel nasofaring yang berada di rongga belakang hidung dan di belakang langit-langit rongga mulut.
Letaknya yang berdekatan, membuat penyebarannya menjadi mudah terjadi pada bagian mata, telinga, kelenjar leher dan otak.
"Biasanya pasien datang dalam stadium yang sudah lanjut. Kalau baru tumbuh di daerah nasofaring sendiri, biasanya belum menimbulkan gejala-gejala yang khas," ungkapnya, Rabu, (1/6/2011) di Jakarta.
Menurut Bambang, pasien yang dalam stadium lanjut biasanya akan mengalami gejala seperti, pembesaran kelenjar leher, mimisan, mata juling, dan penutupan saluran pendengaran.
"Jadi kalau sudah seperti itu biasanya sudah stadium lanjut," imbuhnya.
Prof. Dr. dr. R.Susworo, Sp Rad. (K) Onk.Rad., Guru Besar Tetap Ilmu Radioterapi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mengatakan, apabila sudah ada kelainan saraf seperti mata juling, dan pembesaran kelenjar leher, maka diagnosis menjadi mudah dan sederhana.
"Tapi terus terang, memang sebagian besar pasien yang datang sudah dalam keadaan lanjut, stadium 3 dan 4. Yang stadium dini masih jarang," imbuhnya.
Susworo juga mengaku masih prihatin melihat banyak masyarakat yang lebih mempercayai pengobatan alternatif dengan alasan lebih mudah dan murah.
Bahkan menurutnya, kebiasaan menunda-nunda untuk berobat dan terlalu menyepelekan penyakit menjadi faktor penyebab utama pasien terlambat mendapat pertolongan.
"Jadi itu memang fenomena sekarang. Orang ingin cari jalan pintas yang dekat. Kalau sudah parah baru ke kita," terangnya.
Baca Juga: Sebelum Meninggal Ustaz Arifin Ilham Sempat Memberikan Wasiat Seperti Ini
Menurut Susworo, ada kemungkinan pasien kanker nasofaring akan kembali mengalami kekambuhan, namun kekambuhan itu kecil kemungkinan terjadi, apa bila diketahui sejak dini (stadium awal).
"Kalau pasien stadium 1-2 mungkin kekambuhannya 15 persen sampai 20 persen dalam waktu lima tahun. Tapi kalau sudah stadium 3-4, sering terjadi kekambuhan," jelasnya.
Susworo menambahkan, untuk pasien nasofaring stadium dini biasanya akan dilakukan kemoterapi.
Namun untuk yang stadium lanjut, kemoterapi saja tidak cukup melainkan harus dikombinasikan dengan terapi target.
Sebagai upaya pencegahan, Susworo menganjurkan agar lebih meningkatkan kewaspadaan terutama bila sudah mengalami gejala seperti mimisan dan pilek-pilek.
Dia menganjurkan supaya segera memeriksakan minimal ke bagian THT.
"Nggak ada salahnya di cek ke THT. Dengan cara endoskopi, diteropong ke dalam hidungnya untuk masuk ke nasofaring dan kalau ada curiga baru di MRI," tandasnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kanker Nasofaring Sulit Dideteksi Dini".
Baca Juga: Ustaz Arifin Ilham Meninggal Dunia, Ini Orang-orang yang Berisiko Kanker Kelenjar Getah Bening