Find Us On Social Media :

Kerusuhan 22 Mei: Mengapa Seseorang Mudah Terprovokasi saat Berada dalam Kerumunan?

By Tatik Ariyani, Kamis, 23 Mei 2019 | 14:00 WIB

Massa terlibat bentrok dengan petugas kepolisian di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (22/5/2019). Bentrokan antara polisi dan massa terjadi dari dini hari hingga pagi hari.

Kemudian, aksi tersebut membuat polisi mendatangkan personil untuk mengamankan wilayah tersebut.

Namun, justru berakhir dengan bentrokan dan massa semakin menjadi-jadi bertindak anarkis.

Berkaca dari peristiwa tersebut, suatu peristiwa yang melibatkan orang banyak tidak selalu terjamin ketertibannya.

Contohnya, saat pelaku pencurian/kriminal diamuk massa ketika ketangkap basah menjalankan aksinya.

Baca Juga: Kisah Seorang Penjahat Perang Somalia yang Jadi Sopir Taksi Online Tanpa Ketahuan Selama 18 Bulan

Atau aksi demonstrasi yang menimbulkan kerusuhan besar sehingga kerumunan itu sibuk main hakim sendiri.

Pertanyaannya, apa yang memicu tindakan tersebut? Adakah penjelasan rasionalnya?

Saat peristiwa kerusuhan dan penjarahan terjadi di London tahun 2011, David Cameron menyebut menggambarkan tindakan massa itu sebagai keegoisan dan kecerobohan yang sebenarnya tidak ada artinya.

Sebab akhirnya orang-orang berpikir dan bertindak tanpa akal. Kerusuhan adalah kejadian yang paling tidak diinginkan dari kerumunan massa.

Baca Juga: Tak Ingin Rumahnya Jatuh ke Tangan Mantan Istri, Pria Ini Nekat Ledakkan Rumahnya Sendiri dengan Gas