Mau Coba Diet Raw Food alias Mentahan? Jangan Lupa Tips Berikut Ini

Tatik Ariyani

Penulis

Dari beberapa penelitian, bahan makanan ternyata mengalami penurunan jumlah nutrisi dan enzim saat melalui proses pemasakan. Ini yang menjadi salah satu dasar orang menoleh diet raw food, atau mentahan. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan jika ingin menjalani diet ini.

Intisari-Online.com - Banyak yang mengartikan diet dalam lingkup yang sempit: penurunan berat badan. Sama seperti ketika film “Dilan” populer. Jagad politik merenggutnya untuk jargon salah satu pasangan calon presiden dengan memanjangkannya sebagai “Dilan-jutkan”.

Begitu pula “diet”. Dalam kaitan dengan penurunan berat badan, diet sering dipanjangkan sebagai “diet-ung”.

“Diet-ung” dalam bahasa Jawa berarti dihitung. Jadi setiap makan dihitung kalori yang masuk. Tentu diharapkan kalori yang masuk tak melebihi kalori yang dibakar tubuh. Kalau kelebihan, akan berbuntut panjang bagi kesehatan tubuh.

Padahal, diet tak sesempit itu. Pengertian diet bagi setiap orang berbeda-beda karena setiap orang memiliki tujuan masing-masing dalam melakukan diet. Diet bisa lebih dari sebuah filosofi atau gaya hidup dibandingkan dengan penurunan berat badan semata. Misalnya dalam diet raw food (mentahan).

Baca Juga : Empat Aturan Makan Raw Food Diet

Empat pertimbangan

Gagasan hanya makan makanan mentah telah ada sejak pertengahan abad ke-19 saat Sylvester Graham, pereformasi diet, mengenalkannya sebagai cara untuk menghindari penyakit. Meski mentahan, namun penganut diet ini masih membolehkan proses pemasakan. Asalkan dalam proses memasaknya panas yang digunakan tak lebih dari 47° C. Secara umum, diet mentahan adalah mengonsumsi makanan mentah minimal 70%.

Lantas apakah mereka hanya mengonsumsi sayuran dan buah? Pemain voli pantai paling sukses dari AS, Misty Elizabeth May-Treanor, memang pernah berkata, “Semakin berwarna makananmu, semakin baik. Saya mencoba menambahkan warna pada makananku. Maksudku, sayuran dan buah-buahan.”

Baca Juga : Sel telur Dihargai Rp200 Juta, Sejumlah Mahasiswi China Menjualnya Agar Bisa Beli Ponsel Baru

Akan tetapi dalam dunia mentahan ada beberapa jenis aliran. Ada yang menjadi raw veganism, dalam artian vegetarian murni dan mentahan. Ada yang membolehkan makan produk susu dan telur tetapi memantang daging. Yang lain boleh makan daging, asalkan mentah.

Pada veganisme mentahan, penganutnya banyak mengonsumsi buah-buahan, sayur-sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian, dan kecambah. Mereka percaya bahwa makanan mentah dan sedikit dipanaskan mengandung lebih banyak nutrisi daripada yang dimasak. Sebagai pengganti memasak, mereka melakukan proses alternatif. Seperti membuat jus, mencampur, merendam, mengecambahkan, atau mengeringkannya.

Motivasi mereka yang menjalani pola ini adalah alasan kesehatan. Pertama, kesehatan jantung. Konsumsi buah dan sayuran dikaitkan dengan tekanan darah rendah serta pengurangan risiko penyakit jantung dan stroke. Kemudian konsumsi kacang-kacangan dan biji-bijian serta kecambah dapat meningkatkan kadar kolesterol darah yang pada ujungnya dapat menurunkan risiko penyakit jantung.

Sebuah penelitian lain menambahkan, pelaku diet mentahan memiliki risiko terkena tekanan darah tinggi lebih rendah hingga 75% dan risiko meninggal akibat penyakit jantung 42% lebih rendah. Diet mentahan ini juga sangat efektif dalam mengurangi kolesterol jahat LDL.

Kedua, mengurangi risiko diabetes. Sekali lagi ini karena buah-buahan dan sayuran yang terkait dengan risiko lebih rendah terkena diabetes tipe 2. Juga karena diet ini kaya akan serat, yang erat hubungannya dengan penurunan kadar gula darah dan meningkatkan sensitivitas insulin. Berdasarkan penelitian, diet ini menurunkan risiko terkena diabetes tipe 2 sampai 12%. Sedangkan diet kacang-kacangan dan sejenisnya dapat membantu menurunkan kadar gula darah.

Baca Juga : Diet Sederhana, Berat Badan Pria Ini Sukses Turun 31 kg dan Membuatnya Atletis

Ketiga, membantu menurunkan berat badan. Pola makan mentahan ini tampaknya efektif membantu orang menurunkan berat badan dan mempertahankannya. Seperti terungkap dari sebuah penelitian yang mengaitkan diet mentahan dengan jumlah lemak tubuh yang lebih rendah.

Penelitian lain menunjukkan, mereka yang menjalani diet mentahan selama lebih dari 3,5 tahun kehilangan sekitar 10–12 kg. Mereka juga memiliki persentase lemak tubuh total antara 7–9,4% lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang makan makanan khas Amerika.

Keempat, membantu meningkatkan pencernaan. Ini karena diet mentahan memberi banyak serat dalam makanan. Baik serat larut dan tidak larut. Serat yang tidak larut akan menambah massa feses sehingga membuat lebih cepat bergerak melalui usus kita. Hasilnya? Kecil kemungkinan kita mengalami sembelit.

Sedangkan serat larut menjadi makanan bakteri baik di usus kita. Pada gilirannya, bakteri baik ini menghasilkan nutrisi seperti lemak rantai pendek yang membantu mengurangi peradangan di usus.

Mereka juga memperbaiki gejala sindrom iritasi usus besar, penyakit Crohn (penyakit radang usus kronis yang memengaruhi lapisan saluran pencernaan), dan kolitis ulseratif (sebuah penyakit yang menyebabkan peradangan pada dinding saluran pencernaan; dikenal juga dengan nama radang usus besar).

Baca Juga : Cerdas Berdiet saat Puasa: 7 Strategi Jitu yang Harus Anda Ketahui

Produk lokal

Sama seperti diet-diet yang tak lazim di mata awam, diet ini pun tak lepas dari pro kontra. Misalnya, menurut Megan Fox, artis dan pelaku diet mentahan, diet mentahan butuh lebih sedikit kalori untuk memperoleh lebih banyak nutrisi. Ia pun merasa lebih kenyang dibandingkan makan masakan yang dimasak.

Akan tetapi pernyataan itu disanggah Keri Glassman, ahli gizi di New York, AS. “Situasinya tidak selalu demikian. Tergantung dari nutrisi tertentu yang Anda harapkan – dan bahan-bahan makanan yang ingin Anda harapkan darinya – makan mentahan mungkin lebih baik untuk memperoleh beberapa tujuan, sementara memasak bisa jadi meningkatkan asupan vitamin dan mineral lainnya.”

Sophie Navita, presenter dan aktris, mencoba mengambil jalan tengah. Ia sudah biasa makan makanan utuh yang tidak diproses terlalu banyak. Seperti saat mau makan singkong, ya hanya dicuci, dikupas, lalu direbus. Bukan dibuat keripik dengan banyak campuran bahan-bahan yang tidak alami.

Menurut Sophie, makanan utuh merupakan makanan yang seharusnya lebih mudah dicerna oleh manusia. Sebelum menjalani diet mentahan, ia mempelajari bermacam diet. Mulai dari golongan darah sampai food combining. Hasilnya, ia malah bingung.

Sampai akhirnya istri dari penyanyi Pongki ini berkenalan dengan raw food. Namun ia tidak menyarankan semua orang untuk 100% raw food. Intinya dikombinasikan.

Baca Juga : Kisah Gadis 2 Tahun yang Terbaring Hidup di Samping Jenazah Ibunya yang Telah Meninggal 9 Hari

Meski beberapa nutrisi sensitif terhadap panas, ada beberapa yang tak terpengaruh. Misalnya vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K). Ada beberapa hal yang bisa Anda pertimbangkan, terlepas mau mengonsumsinya mentah atau dimasak.

Pertama, belilah produk lokal. Beberapa vitamin hilang selama pengiriman dan penyimpanan. Berkaitan dengan penyimpanan, simpan buah-buahan seperti tomat di suhu kamar alih-alih di dalam lemari es. Ini bertujuan untuk mengoptimalkan proses pematangan dan meningkatkan tingkat likopen yang berguna bagi tubuh.

Kedua, siapkan buah dan sayur tepat sebelum Anda membutuhkannya. Untuk menghindari kehilangan vitamin yang larut dalam air, seperti kelompok vitamin B dan vitamin C, masaklah dengan air yang minim atau malah tanpa air sama sekali. Dengan memanggang contohnya. Saat merebus atau mengukus, manfaatkan air rebusan atau air kukusan untuk membuat kuah atau sop.

Sedangkan untuk meningkatkan vitamin yang larut dalam lemak, olahlah sayuran dengan sedikit minyak. Tumis bisa jadi pilihan.

Terakhir, seperti saran Sophie, seimbangkan asupan Anda. Nikmati sayuran mentah yang renyah untuk menambah vitamin C , dan masak yang lain untuk memperoleh perlindungan antioksidan.

Siap menjalani diet raw food?

Baca Juga : Kisah Gadis 2 Tahun yang Terbaring Hidup di Samping Jenazah Ibunya yang Telah Meninggal 9 Hari

Artikel Terkait