Find Us On Social Media :

Sejarah Panjang Kekerasan di Sri Lanka, Serta Hubungannya dengan Aksi Pengeboman dan ISIS

By Mentari DP, Selasa, 30 April 2019 | 20:00 WIB

Sejarah panjang kekerasan di Sri Lanka.

Intisari-Online.com – Pada Minggu (21/4/2019) lalu, terjadi aksi pemboman di Sri Lanka.

Bagaimana tidak, terjadi ledakan bom di delapan tempat di seantero negeri dan menewaskan hingga 310 orang.

Bahkan menurut pemerintah Sri Lanka, korban luka mencapai 500 orang dan sekarang tengah dirawat di puluhan rumah sakit.

Diketahui, Sri Lanka sudah lama jadi sasaran kekerasan ekstremis.

Baca Juga : Jika Rencana Pemindahan Ibu Kota Indonesia Terjadi, Bagaimana Nasib Jakarta?

Pengeboman berencana pada hari Minggu Paskah, yang menewaskan hampir 300 orang dan melukai ratusan lainnya, merupakan yang terbaru dalam sejarah panjang tragedi yang berkaitan dengan agama dan etnis di Sri Lanka.

Sesudah pengeboman, polisi menahan 24 orang dan tiga polisi terbunuh dalam penyergapan ini.

Pemerintah Sri Lanka mengkambinghitamkan Jamaah Tauhid Nasional (NTJ), kelompok Islam radikal yang dikenal suka merusak patung-patung Buddha, sebagai otak di balik serangan di hari Minggu Paskah tersebut.

Namun kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) telah mengklaim sebagai pihak yang bertanggung jawab atas ledakan bom yang terjadi.

Serangan-serangan ini beda dengan kekerasan agama dan etnis yang terjadi di Sri Lanka sebelumnya.

Dengan mengobarkan kebencian terhadap agama tertentu, mereka tampaknya memiliki lebih banyak kesamaan dengan Al-Qaeda, yang ingin mengubah sistem politik.

Bagi banyak orang, ledakan bom tersebut mengingatkan mereka pada perang saudara etnis Sri Lanka.

Perang tersebut terjadi antara kelompok Macan Pembebasan Tamil Eelam (Macan Tamil) dan pemerintah Sri Lanka dari tahun 1983 hingga 2009.

Pada minggu-minggu terakhir perang, sekitar 40.000 warga sipil etnis Tamil terbunuh, sehingga jumlah keseluruhan korban tewas mencapai 100.000 jiwa dari sekitar 20 juta populasi Sri Lanka.

Macan Tamil benar-benar hancur pada tahun 2009. Banyak dari anggotanya, termasuk pemimpin mereka, dieksekusi mati.

Etnis Tamil masih memendam kebencian terhadap etnis mayoritas, Sinhala, tetapi mereka tidak berniat untuk mengulang sejarah kelam yang berakhir buruk tersebut.

Baca Juga : Kapal Vietnam Sengaja Tabrak Kapal Indonesia, Menteri Susi: Akan Saya Tenggelamkan Lebih Banyak Kapal Ikan Vietnam!