Find Us On Social Media :

Gunung Agung di Ujung Ekor Naga yang Masih Liar

By K. Tatik Wardayati, Jumat, 11 Januari 2019 | 20:00 WIB

Kemudian ternyatalah sesuatu yang menarik hati: Zona atau wilayah Vening Meinesz itu sebagian besar meliputi pegunungan di bawah laut yang masih muda usianya dan tidak bersifat vulkanis.

Gunung di bawah permukaan laut itu ialah pegunungan dalam pertumbuhan, yang kini pun masih bergerak ke atas, didorong oleh suatu tenaga untuk pelahan-lahan muncul dari laut.

Di wilayah Vening Meinesz dekat Sumatera sebagian dari pegunungan itu sudah timbul, yaitu berbentuk pulau-pulau Nias, Mentawai, Enggano, dll.

Baca Juga : Kembali Meletus, Ternyata Gunung Agung Tidak Bisa Didaki Sembarang Waktu

Tanpa imperilisme dan kolonialisme

Dapat diduga, bahwa suatu hari pun di sebelah selatan Jawa akan lahir beberapa pulau baru.

Alam akan memperluas wilayah Republik Indonesia. Tanpa imperialisme, kolonialisme atau anexasi.

Tenaga apakah gerakan melahirkan pulau-pulau baru itu?

Menurut teori profesor Vening Meinesz berkurangnya daya tarik bumi terkmaksud di atas disebabkan oleh tenaga yang menarik ke bawah sebagian dari kulit bumi itu, hingga menjadi semacam akar (root dalam bahasa Inggris).

Baca Juga : Viral! Pria Ini Nekat 'Tonton' Erupsi Gunung Agung Langsung dari Puncaknya

Tenaga ini pula (subcrustal convection currents) yang mendorong pulau Nias, Mentawai, Enggano, ke atas, sampai timbul dari permukaan laut.

Pada saat sekarang teori profesor Vening Meinesz inilah yang paling umum diterima sebagai teori modern untuk menerangkan lahirnya gunung-gunung.

Tenaga ini juga yagn menyebabkan meletusnya Gunung Agung di Bali pada tanggal 19 Februari 1963.

Baca Juga : Ini Daftar 68 Gunung Api Aktif di Indonesia, Tak Ada Alasan untuk Turunkan Kewaspadaan