Advertorial

Kembali Meletus, Ternyata Gunung Agung Tidak Bisa Didaki Sembarang Waktu

Intisari Online
,
Mentari DP

Tim Redaksi

Menurut data PVMBG, erupsi tersebut menyebabkan tinggi kolom abu teramati mencapai 2.000 meter di atas puncak.
Menurut data PVMBG, erupsi tersebut menyebabkan tinggi kolom abu teramati mencapai 2.000 meter di atas puncak.

Intisari-Online.com - Pada Senin (2/7) malam, sekitar pukul 21.04 WITA, Gunung Agung di Bali kembali meletus.

Menurut data PVMBG, erupsi tersebut menyebabkan tinggi kolom abu teramati mencapai 2.000 meter di atas puncak (± 5.142 m di atas permukaan laut).

Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat.

Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 24 mm dan durasi ± 7 menit 21 detik.

Lepas dari aktivitas vulkaniknya yang kian meninggi, sebagai gunung tertinggi di Bali, Gunung Agung punya beberapa fakta menarik yang mestinya kita ketahui.

Baca juga:Menurut Legenda, Gunung Agung Merupakan Potongan Gunung Mahameru di India yang Jatuh di Tanah Bali saat Diangkat oleh Para Dewa

1. Gunung Agung pernah meletus besar pada 1963-1964

Letusan Gunung Agung pada 1963-1964 menjadi salah satu letusan gunung api terbesar di abad ke-20.

Letusan ini dimulai pada 18 Februari 1963 dan berhenti pada 27 Januari 1964.

Letusan ini juga disebut-sebut menurunkan suhu bumi sebesar 0,4 derajat Celcius. Hal tersebut terjadi karena abu dan gas beracun dikeluarkan ke udara.

Diwartakan ABC News, Senin (27/11), menurut Richard Arculus, seorang profesor Emeritus bidang geologi di Universitas Nasional Australia, ketika gunung Agung meletus 54 tahun lalu, ia memuntahkan sejumlah besar abu dan sulfur dioksida ke atmosfer.

Sulfur dioksida itu kemudian bereaksi dengan uap air di udara dan membentuk tetesan asam sulfat.

Sekitar 10 juta ton tetesan tersebut terakumulasi di stratosfer bumi dan membentuk kabut.

Kabut inilah yang kemudian bertindak sebagai penghalang dan mengurangi jumlah sinar ultraviolet (UV) dan menghasilkan efek pendinginan.

2. Gunung Agung tidak bisa didaki sembarang waktu

Seperti yang banyak diketahui, di Gunung Agung terdapat Pura Besakih, yang dinggap sebagai pura paling penting di Pulau Bali.

Karenanya, saat ada upaca keagamaan Gunung Agung ditutup untuk pendakian. Aturan setempat menyebutkan bahwa tidak boleh ada yang lebih tinggi dari Pura Besakih.

Untuk itu, jika ingin mendaki Gunung Agung, Anda perlu ke Pura Besakih terlebih dahulu untuk memastikan apakah ada upacara keagamaan atau tidak.

Baca juga:BREAKING NEWS: Gunung Agung Kembali Meletus, Kolom Abunya Capai 2.000 Meter di Atas Puncak

3. Pernah terdeteksi anomali termal di Gunung Agung

Anomali termal dideteksi oleh MODIS sepanjang tahun 2001-2002 di zona proksimal ke puncak gunung Agung.

Peringatan pertama terjadi pada 23 September 2001 dan yang terbesar terjadi pada 12 Agustus dan 5 Oktober 2002.

Semua peringatan tersebut terjadi di luar kawah puncak dan diasumsikan kebakaran dibandingkan aktivitas gunung berapi.

4. Pada 1989 sempat terekam gempa tektonik di sekitar Gunung Agung

Pada Juli 1989, terpantau aktivitas fumarolik dan solfatorik (terbatas pada kawah) yang mengeluarkan lumut putih tipis yang secara berkala terlihat dari observatorium.

Pada akhir Juli, bahkan tercatat terdapat 69 aktivitas tektonik, 3 tipe vulkanik A, dan 6 kejadian tipe B vulkanik.

Selain itu, pada November tercatat juga ada aktivitas di gunung Agung.

Pengamatan dari obesrvatorium Rendang dan Bundakeling tidak menangkap kabut putih dari lapangan solfatara atau material yang terlepas dari dinding kawah.

Hanya saja, pada bulan November tercatat 59 tektonik dan dua guncangan vulkanik di gunung Agung.

(Artikel ini sebelumnya tayang di Tribunnews.com dengan judul "Fakta-fakta Sejarah Kedahsyatan Gunung Agung, Dari Letusan Terbesar Abad ke-20 Hingga Gempa 1989")

Baca juga:Aktivitas Gunung Agung Meningkat, Bandara Ngurah Rai Bali Ditutup Sementara

Artikel Terkait