Find Us On Social Media :

Gunung Agung di Ujung Ekor Naga yang Masih Liar

By K. Tatik Wardayati, Jumat, 11 Januari 2019 | 20:00 WIB

Malapetaka terhebat disebabkan oleh ledakan Gunung Tambora di Sumbawa (1815) hingga 92.000 manusia mati karenanya.

Dalam tahun 1883 meletuslah Krakatau sampai memakan lebih dari 36.000 korban. Dan dalam beberapa tahun terakhir ini bergolaklah Gunung Merapi di Jawa Tengah dan akhir-akhir ini Gunung Agung di Bali.

Di Timur terdapat lapisan-lapisan batu karang laut yang dahulu kala tentu terdapat dekat laut, tapi kini terangkat sampai setinggi 1.500 meter.

Baca Juga : Pagi Tadi, Gunung Agung Bali Kembali Mengeluarkan Erupsi, Ini Penjelasan Selengkapnya!

Dalam hal lain Indonesia mempunyai kedudukan luar biasa. Di sinilah terjadi pertemuan antara gunung-gunung yang paling muda usianya (hanya 800.000 tahun – muda bila dibandingkan dengan suia dunia tersebut di atas) dengan beberapa wakil dari umat manusia yang tertua seperti Homo mojokertensis yan gmungkin merupakan bentuk muda dari Pithecanthropus  (usianya kira-kira 500 – 800.000 tahun).

Semenjak tahun 1923 profesor Vening Meinesz, seorang sarjana geofisika bangsa Belanda, dengan menumpang kapal selam memeriksa daya tarik (gravitasi) bumi di perairan sepanjang Sumatera, Jawa, dan Nusa Tenggara.

Ternyata di sebagian dari Samudera Indonesia itu daya tarik bumi jauh lebih kurang yaitu sepanjang suatu zona yang lebarnya lebih dari 100 km dan panjangnya kira-kira 8.000 km.

Zona ini terkenal kini sebagai zona Vening Meinesz.

Baca Juga : Artikel Terpopuler 2018: Meletusnya Gunung Agung Akan Jadi Berita Bahagia Bagi Kehidupan Umat Manusia