Find Us On Social Media :

Anak Anda Sering Jatuh Padahal Sudah Bukan Balita Lagi? Wajar atau Justru Sinyal Bahaya?

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 13 Desember 2018 | 13:00 WIB

Intisari-Online.comBerjalan dan terjatuh adalah beberapa bagian dari proses tumbuh kembang anak

Untuk dapat mencapai taraf berjalan, seorang anak harus melalui beberapa proses tumbuh kembangnya. 

Mulai tengkurap, terlentang, duduk, dan merangkak, berdiri dengan bantuan, berjalan dengan merambat, serta akhirnya berjalan tanpa bantuan sama sekali. 

Selama beberapa proses tersebut, anak mungkin saja terjatuh karena  masih belajar mengembangkan keseimbangan tubuh dan kemampuan ototnya. 

Baca Juga : Ibu Memang Berperan dalam Tumbuh Kembang Anak, Tetapi Bapak Berperan Meningkatkan IQ Anak

Keseimbangan ini adalah proses yang rumit karena dikelola oleh sinyal antara otak, telinga, mata, sendi, dan bagian tubuh lainnya.

 Meski wajar terjadi tetapi ibu tetap harus mewaspadai kecenderungan anak sering jatuh ketika usianya sudah cukup besar. 

Dalam beberapa kasus, hal itu bisa menjadi salah satu tanda gangguan tumbuh kembang anak. 

Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap 130 balita berusia 12-19 bulan menemukan bahwa balita rata-rata jatuh 17 kali per jam dan balita yang baru belajar jalan akan jatuh 69 kali per jam. 

Baca Juga : Anak-anak Sule Menangisi Kondisi Keluarganya, Ini Dampak Perceraian Pada Tumbuh Kembang Anak

Saat terjatuh mereka mungkin akan menangis karena respons dalam tubuhnya yang merasakan sakit. 

Sebaiknya segera lakukan pemeriksaan pada dokter bila anak sering jatuh dan menunjukan beberapa gejala lainnya seperti:

Baca Juga : Yuk Kenali Tumbuh Kembang Anak dari Bentuk Kepalanya

Baca Juga : Melindungi Secara Berlebihan, 1 Dari 8 Sikap Orangtua yang Berdampak pada Tumbuh Kembang Anak

Menurut dr. Richardus Herman Waluya, SpA, ada beberapa kemungkinan gangguan yang menyebabkan anak sering jatuh. 

Akibat susunan otak, saraf perifer, dan sensorik yang terganggu, terjadilah kesulitan berpikir, merencanakan, lalu memproses informasi dan mengeksekusinya dalam bentuk gerak. Hal ini disebut motor dyspraxia atau ceroboh (clumsy).

Sejak bayi, dispraksia motor dapat dilihat salah satunya dari keterlambatan mencapai tonggak perkembangan, seperti terlambat berguling, merangkak, dan berjalan.

 Sedangkan di usia batita atau prasekolah, mereka tampak kesulitan ketika mengayuh pedal sepeda roda tiga atau melakukan kegiatan fisik seperti naik tangga, berlari, dan melompat jika dibandingkan dengan anak-anak lain pada usia yang sama.

Baca Juga : Susunan Makanan Seimbang Bagi Tumbuh Kembang Anak

Pada saat berjalan, mereka juga cenderung lebih cepat/sering jatuh dibandingkan anak lain yang normal. 

Kelainan pada bentuk kaki

Kaki adalah fondasi yang menyangga tubuh. Pada saat berdiri, tulang paha, lutut ke bawah, dan engkel harus berada pada posisi lurus.

Pada tungkai bawah kaki anak terjadi pertumbuhan dan perkembangan di mana ada perputaran atau rotasi sampai usia 6-7 tahun.

Baca Juga : Orangtua yang 'Overprotektif' Tidak Baik untuk Tumbuh Kembang Anak

Jika lewat usia tersebut anak masih suka jatuh, maka perlu diduga ada kelainan pada anatomi kaki.

Beberapa kelainan pada anatomi kaki antara lain kaki datar (seluruh bagian telapak menempel di tanah), kaki O atau X, atau berjalan jinjit.

Anak dengan kaki datar biasanya tidak bisa berjalan lama, cepat letih, dan sakit pada kaki karena fungsi peredam telapak kaki tidak berfungsi.

 Kebiasaan duduk posisi W

Baca Juga : Tumbuh Kembang Anak Bisa Terganggu Jika Melihat Ayahnya Stres

Ada juga penyebab anak sering jatuh atau berjalan tidak stabil akibat kebiasaan duduk dengan bersila posisi W seperti orang Jepang bersila.

Pada saat berdiri, jempol kaki menghadap ke dalam dan lututnya membentuk X.

Hal ini yang disebut dengan in-toeing gait yakni berjalan dengan jari kaki-kaki mengarah ke dalam yang seharusnya jari kaki saat berjalan lurus ke depan atau ke luar.

Pada anak dengan masalah in-toeing gait (atau sering disebut pengkor), anak terjatuh karena tersandung kaki sebelahnya saat melangkah dengan cepat.

Baca Juga : Pentingnya Sarapan untuk Pemenuhan Gizi dan Tumbuh Kembang Anak

Jika sangat mengganggu, sebaiknya segera bawa anak ke klinik tumbuh kembang untuk mendapatkan rehabilitasi.

Gangguan penglihatan

Gangguan penglihatan dapat juga menjadi salah satu alasan anak sering jatuh.

 Bentuk kelainan penglihatan bisa kelainan refraksi (rabun jauh atau rabun dekat atau keduanya), kelainan retina (fungsi sel-sel penglihatan), kelainan lensa mata (kekeruhan/katarak), atau kelainan kornea.

Baca Juga : Kecukupan Zat Gizi Mikro Bagi Tumbuh Kembang Anak

Kelainan yang lain bisa berupa juling atau tidak kesesuaian otot mata.

Anak sering jatuh juga bisa terjadi lantaran gangguan lain seperti cerebral palsy, kelainan metabolik, kelainan kromosom, dan lainnya.(*)

Artikel ini sudah tayang di Nakita.grid.id dengan judul, “Berita Kesehatan: Anak Sering Jatuh? Kenali Tanda Wajar atau Tidaknya!”