Find Us On Social Media :

Gara-gara Para Ibu Takut Diusir Suami Jika Hamil Anak Perempuan, Pakistan Jadi Negara dengan Jumlah Aborsi Tertinggi di Dunia

By Mentari DP, Kamis, 29 November 2018 | 12:00 WIB

 

Intisari-Online.com – Ada seorang wanita muda berusia 19 tahun bernama Mehnaz.

Mehnaz adalah seorang warga Pakistan yang tinggal di Abbottabad, Pakistan utara.

Dilansir dari npr.org pada Rabu (28/11/2018), walau masih sangat muda, nyatanya Mehnaz sudah memiliki satu anak laki-laki dan 5 anak perempuan.

Bahkan dia juga sudah melakukan tiga kali aborsi. Alasannya, dia takut akan memiliki anak perempuan lagi.

Baca Juga : Orangtua Menolak Menggugurkan Bayinya yang Cacat, Ketika Beranjak Dewasa Kondisinya Sempurna!

Sebenarnya, ketika hamil untuk kelima kalinya, Mehnaz panik. Sempat dia sudah memiliki empat anak perempuan.

Belum lagi suaminya mengancam akan mengusirnya jika dia punya yang lain.

Jadi dia melakukan apa yang dilakukan jutaan wanita Pakistan lainnya setiap tahun, yaitu melakukan aborsi.

Seperti kebanyakan wanita Pakistan lainnya, aborsinya sebagian dilakukan sendiri.

"Saya terus minum tablet. Saya juga mengangkat benda-benda berat,” cerita Mehnaz.

Lalu ketika dia merasa ada rasa sakit yang luar biasa di perutnya, suaminya membawanya ke bidan. Ternyata, bayinya sudah meninggal.

Mehnaz, yang nama belakangnya dilindungi untuk melindungi identitasnya, adalah satu dari jutaan wanita Pakistan yang melakukan aborsi setiap tahun.

Tahukah Anda bahwa tingkat aborsi di Pakistan jadi salah satu tertinggi di dunia?

Hal ini berdasarkan studi tahun 2012 oleh Dewan Kependudukan yang berbasis di New York, sebuah organisasi nirlaba yang menganjurkan keluarga berencana.

Pada studi tersebut, ada 50 aborsi untuk setiap 1.000 wanita berusia 15 hingga 44 tahun. Angka tersebut kira-kira empat kali lebih tinggi daripada di AS.

Baca Juga : Alergi Pewarna Rambut, Bentuk Kepala Gadis Ini Berubah dan Ia Mengaku Hampir Mati

Salah satu alasan yang membuat tingkat aborsi di Pakistan sangat tinggi ialah ketentuan aborsi dalam hukum pidana negara ini tidak jelas.

Prosedur ini "legal hanya dalam keadaan yang sangat terbatas”, catat Guttmacher Institute.

Padahal seperti yang kita tahu, aborsi sangat berbahaya bagi kesehatan wanita. Sebab, tidak hanya nyawa bayi yang bisa melayang, namun juga nyawa ibunya.

Terlebih lagi, rumah sakit umumnya menolak melakukan aborsi karena sebagian besar dokter percaya itu ilegal.

“Karenanya beberapa wanita yang ingin melakukan aborsi memilih melakukannya sendiri,” kata Xaher Gul, seorang ahli kebijakan kesehatan publik.

Namun Gul menjelaskan dokter baru mau melakukan aborsi hanya dalam kasus mendesak. Seperti aborsi yang wanita tersebut lakukan belum selesai.

Balik ke alasan mengapa wanita Pakistan mau melakukan aborsi.

Beberapa wanita Pakistan, seperti Mehnaz, akan menggugurkan janin jika mereka takut mereka melahirkan seorang anak perempuan.

Sebab, anak perempuan dapat dilihat sebagai beban ekonomi. Tapi itu bukan satu-satunya alasan.

Wanita Pakistan sebagian besar mencari aborsi karena mereka tidak tahu tentang alat kontrasepsi atau tidak dapat mengakses alat kontrasepsi yang baik.

Baca Juga : Korban Perkosaan Malah Dihukum karena Lakukan Aborsi: Ini Syarat Korban Perkosaan Boleh Lakukan Aborsi

Menurut Zeba Sathar, Direktur Population Council Pakistan, sebagian besar wanita yang melakukan aborsi adalah wanita yang menikah, miskin dan sudah memiliki anak.

Tercatat, hanya 30 persen wanita usia subur yang menggunakan kontrasepsi modern, menurut laporan U.N. tahun 2017.

"Kami menemukan bahwa sebagian besar wanita yang melakukan aborsi sudah memiliki lebih dari tiga anak atau mungkin paling banyak lima," kata Sathar.

"Mereka hampir semuanya, 90 hingga 95 persen, sudah menikah. Mereka juga lebih lebih tua dan mereka cenderung lebih miskin atau kurang berpendidikan."

Belum lagi rendahnya kebijakan keluarga berencana.

Dulu, keluarga berencana adalah pekerjaan pemerintah federal, tetapi persetujuan untuk kebijakan nasional tidak jelas selama bertahun-tahun.

Akibatnya pemerintah federal (pusat) menyerahkan masalah ini kepada pemerintah provinsi pada tahun 2011.

Hanya saja, di tingkat provinsi, keluarga berencana telah lama diabaikan dan kurang dana.

Penyebab terakhir mengapa tingkat aborsi di Pakistan jadi salah satu tertinggi di dunia adalah wanita Pakistan tidak disarankan menggunakan alat kontrasepsi.

Jika pun mereka diminta menggunakannya alat konstrasepsi, mereka akan menolak. Terutama jika suaminya juga menolak.

Baca Juga : Tragis, Pria Ini Paksa Istrinya Lakukan 4 Kali Aborsi Hingga Tewas Hanya Karena Ingin Punya Bayi Laki-laki!