Find Us On Social Media :

Jika Bukan karena ‘Malu’ Pernah Dipecundangi Jepang dan Rusia, AS Mungkin Tak Akan Dirikan CIA

By Ade Sulaeman, Sabtu, 10 Maret 2018 | 13:30 WIB

Di dalam pemerintahan, OSS juga tidk diberi ruang gerak oleh sebab resistensi yang terlampau tinggi dari para elite politik.

Mereka risih karena merasa diawasi agen-agen rahasia dari dinas yang sangat tertutup dan diliputi kerahasiaan itu. OSS pun dibubarkan pada 20 September 1945.

Namun, dorongan alamiah bahwa Amerika memerlukan sebuah organisasi intelijen yang mendunia tak pernah padam.

Tanda-tanda untuk hidup kembali muncul tak lama setelah AS (Sekutu) memenangkan Perang Dunia II.

Belum setahun kenangan itu berlalu, AS sudah merasa diperdaya oleh Uni Soviet (Rusia).

Padahal Uni Soviet merupakan salah satu pendukung Sekutu dalam Perang Eropa.

Joseph Stalin, pemimpin Uni Soviet, diam-diam berusaha menebar paham komunis di beberapa negara Eropa dan ini amat tidak disukai AS.

Pasalnya AS justru ingin menjadikan Eropa hidup dengan budaya Barat dan berpaham kapitalis.

Sadar bahwa langkah pencegahan harus bersifat strategis dan jangka panjang, pada 18 September 1947 Presiden AS Harry Truman membentuk Dinas Intelijen Pusat, CIA.

Tugas pertamanya singkat saja, yakni mengantisipasi dan menyabot sepak terjang komunis di Eropa.

Perintah operasi rahasia dinas dikendalikan langsung oleh Dewan Keamanan Nasional, yang bertanggung jawab kepada Presiden.

Pucuk pimpinan pertama diserahkan kepada Laksamana Madya Roscoe Hillenkoeter, perwira AL AS yang kerap dipergunjingkan tak memiliki reputasi apa-apa.

Misi pertama agen CIA waktu itu adalah menjegal terpilihnya pemimpin Italia dalam pemilu yang dibayangi komunis Rusia.

Eropa pasca PD II dengan ekonomi yang morat-marit sangat potensial masuk ke pelukan komunis.

Gedung Putih berpendapat, jika Italia jatuh ke tangan komunis, maka akan ambruk pula “kursi paling tua yang telah berabad-abad memiliki corak budaya b arat”.

Kemenangan komunis di Italia akan mengancam dunia, karena di sini juga berdiri Tahta Suci Vatikan yang memimpin jutaan umat Katolik di dunia.

Jutaan dolar kemudian digelontorkan ke kantong para politisi Italia. Orang-orang komunis itu pun berhasil dihalau.

(Baca juga: Ignatius Dewanto: Satu-satunya Penerbang Indonesia yang Pernah Menembak Jatuh Pesawat Musuh)